Namaku Jeon Jungkook. Laki-laki menakjubkan abad dua puluh satu ini.
Keren? Mungkin kau tak perlu bertanya lagi, itu sudah pasti.
Digilai dan di puja-puja oleh kaum hawa adalah rutinitas hidupku sejak sekolah dasar meski terdengar gila memang. Aku tau pesonaku tak terbantahkan makanya tak ada satupun gadis yang mampu menolak Jeon Jungkook yang keren ini.
Oh, aku lupa. Satu. Hanya ada satu gadis yang selalu menatapku dengan api kebencian yang tersulut dalam jiwanya. Gadis yang tak pernah mengumbar senyum padaku. Kadang, aku sering berpikir apakah dia itu perempuan normal? Karena sejujurnya gadis manapun akan selalu tunduk akan pesonaku.
"Kau tak cukup keren untuk gadis itu, Jeon. Menyerahlah." ejek Bambam padaku seraya terkekeh sedangkan netra hitamku terus memperhatika gerak-geriknya. Gadis yang asyik dengan dunianya sendiri yang larut dalam sebuah buku.
"Tak kusangka hanya gadis itulah satu-satunya yang tak mempan oleh pesonamu, kasihan. Turut berduka cita ya," sahut Yugyeom serupa. Ingatkan aku untuk menenggelamkan kepala kedua temanku yang amat menyebalkan ini.
"Berisik aku tak percaya! Dia pasti berakting. Kau tak lihat seberapa lihainya gadis itu menyembunyikan topeng dan tabiat aslinya?" protesku tak terima.
Yugyeom dan Bambam menggelengkan kepala mereka pelan menatap kasihan padaku.
"Orang gila pun tahu kalau dia gadis lugu dan tak banyak tingkah. Kalau di lihat-lihat dia cukup manis kok," goda bambam mengerlingkan matanya yang sukses kuberi toyoran cantik pada kepalanya.
"Bambam benar, bagaimana dengan sebuah taruhan?" tanya Yugyeom menyeringai.
"Buat gadis itu bertekuk lutut padamu dan sampai saat tiba dia menyatakan perasaannya padamu. Hancurkan hatinya. Bagaimana?"
Aku terdiam, bukan karena bingung. Hanya saja otakku dalam proses berpikir namun setelah itu seulas senyum miring terbit diujung bibirku. "Ide yang bagus kalau aku berhasil apa imbalannya?"
"Mobilku jadi milikmu." Yugyeom berucap yakin tanpa berpikir terlebih dahulu.
"Kuberikan kau satu unit apartement baru." tukas Bambam menantang.
"Deal."
"Kalian akan lihat bagaimana aksiku." ucapku tersenyum remeh. Karena seorang Jeon Jungkook tidak akan pernah kalah. Seorang Jeon Jungkook tidak pernah kalah dalam hidupnya.
"Tidak ada yang bisa menolak pesonaku! tidak ada! Termasuk kau nona ramyeon kering." batinku yakin.
Hari ini suasana di taman kampus terlihat lebih sepi dari lalu-lalang para mahasiswa. Namun, satu hal yang dapat aku tangkap kalau gadis itu memang suka sendiri dan melakukan semuanya sendiri. Apa dia tidak punya teman? Ck, kebiasaannya itu tak pernah berubah sejak dulu.
Bambam dan Yugyeom yang berada di gazebo fakultas mengedipkan sebelah mata mereka padaku, seakan memberi semangat semoga berhasil. Ada sedikit keraguan yang timbul tapi aku berusaha menepisnya.
Aku bisa melihat dengan jelas kalau gadis itu benar-benar tak acuh dengan lingkungan sekelilingnya, terbukti saat ia berjalan menuju arahku tatapan matanya datar nyaris tanpa ekspresi lebih.
Aku pura-pura menjatuhkan ponselku saat ia berpapasan disampingku. Hingga posisi kami saling membelakangi aku berbalik menatapnya yang tak bergeming.
Hei, apa dia tuli? Harusnya dia memanggilku kan? Apa-apaan ini! Harusnya dia memungut ponselku yang terjatuh lalu memberikannya padaku dengan tatapan malu-malu. "YA!" sentakku padanya tak terima.
Dia tak acuh tetap melangkah. "YA! Berhenti!"
Langkahnya stagnan tanpa menoleh membiarkanku menyusul ke tempatnya cepat, "Kau ini pura-pura buta? Tak lihat ponselku jatuh di samping kakimu tapi kau tak memanggilku sama sekali?!" Aku menatapnya kesal.
"Kau punya tangan kan? Kenapa tak ambil sendiri." balasnya datar.
What the fuck, gadis ini benar-benar menguji kesabaran. Ingatkan aku kalau yang kulakukan sekarang masih dalam tahap pendekatan padanya. Jikalau tidak sudah kumasukan dia ke dalam kardus.
"Heh, beraninya kau. Asal kau tahu saja ya? Semua gadis di kampus ini menyukaiku." Aku berkata dengan sombong.
"Urusannya denganku apa?"
Aku sedikit gelagapan bingung ingin membalasnya seperti apa. Bagaimana cara membuat gadis ini menyukaiku.
"Aku suka padamu, jadi kekasihku!" itu bukan pertanyaan melainkan klaim sepihak pada akhirnya. Persetan dengan cara murahan atau ledekan dari Yugyeom dan Bambam nanti.
"Tapi aku tidak mau! Tidak untuk yang kedua kalinya." terang gadis ini sukses membuat rahangku merosot drastis. "Apa sudah selesai bicaranya? kalau begitu minggir! jangan menghalangi jalanku." sentaknya menyenggol pundakku kasar.
Tanganku terkepal memandang punggungnya yang semakin buram ditelan pandang, "Lihat saja ya Kang Hyemi! Aku akan menaklukkanmu tak peduli dengan cara licik sekalipun."
Aku benci gadis sombong sepertinya karena sudah berani menantang dan meremehkanku. Lihat saja nanti.
•
•
•
#Milkyways Cafetaria
"Hahaha... Benar kan kataku! Gadis itu tidak akan mudah ditaklukkan, Kook." Tawa Bambam meledak memenuhi ruang cafetaria.
"Ah, berisik! Aku belum menyerah." ucapku kesal. "Gyeom, buatkan minum dong." Aku menyuruhnya.
"Heh, enak saja. Kau pikir aku pembantumu apa?!" dengkus Yugyeom tak terima.
"Cafe ini kan milik keluargamu. Apa salahnya kami minum minuman hasil buatan tanganmu. Dasar pelit!" Bambam berkata sewot.
"Eiy, dua brengsek ini benar-benar ya." Yugyeom merotasikan kedua bola matanya namun tak urung beranjak dari kursinya menuju pantry.
Sang surya semakin naik di atas kepala, beruntung suhu ruangan dalam cafetaria menyelamatkanku dan para pengunjung lain. Masih asyik bersenda gurau suara keras dari arah pantry membuat kami mau tak mau mendongakkan kepala saling memandang satu sama lain penuh arti.
Tak pelak tanpa menunggu waktu kami berlari ke sana. Di sela kepanikan para pelayan lainnya, Aku dan Bambam terkejut kala melihat satu-satunya gadis yang terpojok di sudut pantry dengan kepala menunduk ketika kepala pelayan memarahinya habis-habisan sedangkan disamping pelayan itu ada Yugyeom menatapnya dalam diam. Belum lagi pecahan properti serta peralatan dapur berserakan amat banyak di dekat kakinya.
Hingga aku memajukan langkah demi langkah pelan memastikan agar leluasa melihat wajah gadis itu. Detik itu juga aku tersenyum puas.
"Kena kau Kang Hyemi! Aku mendapatkanmu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
CANDOR (COMPLETED)
Fanfiction[COMPLETED] Kau tidak tahu kebenaran seperti apa yang tersimpan dalam hidupku karena yang kau lihat hanya sisi buruknya. - Jeon Jungkook Bagaimana kalau ternyata kisah hidup kita berdua ini sama atau mungkin milikku lebih kelam dari hidupmu? Hanya s...