Part 4

1 1 0
                                    

Rumah singgah yang tak terlihat seperti rumah mungkin hampir dikatakan ini adalah paviliun. Markas bagi Jungkook dan teman-temannya. Hunian yang memuat kisah bersama hingga bertahun-tahun berisi segala macam memori yang tersimpan rapi. Tidak ada orang asing yang mengetahui kalau kotak pandoranya bertebaran di setiap sudut jikalau mereka pandai mencari.

Tak ingin berlarut membicarakan tentang rumah, namun yang satu ini terasa menarik untuk diperbincangkan. Bagaimana surai kehitaman miliknya terlihat berantakan, kaus hitam tanpa lengan mempertontonkan otot lengannya yang kekar yang amat sangat cukup untuk menjerat hati para gadis supaya berada dalam pangkuan.

Tapi, yang namanya Jeon Jungkook itu kini terlihat begitu gelisah. Raut wajahnya sulit ditebak pun sejak tadi langkah kakinya hanya berputar maju mundur di tempat-sejujurnya agak mengganggu barangkali bagi kedua orang yang tengah memperhatikan tingkahnya sekarang.

"Wajahmu persis seperti baju yang belum disetrika, Kook." Yugyeom menggeleng bersama pertanyaan yang merangkap menuju saraf. Ia tak pernah melihat Jungkook dalam keadaan kacau begini karena biasanya ia akan selalu abai dan persetan. Jadi jelas pasti ada yang dipikirkan dan disimpan olehnya sendiri.

"Kau hanya diam dan berjalan kesana kemari di depan tv menutup pandangan kami yang tengah asyik bermain game. Coba katakan apa masalahnya sebelum aku hilang kesabaran dan menembak bokongmu pakai pistol ayahku." bicara Bambang ketus dan galak.

"Maaf," ujar Jungkook pelan. Yugyeom dan Bambam hanya melongo saling tatap dan memintanya untuk berkata dengan jelas.

"Minta maaf." kata Jungkook sekali lagi.

"Bicaralah yang jelas bodoh. Minta maaf apanya sih?" tanya Yugyeom keningnya berkerut bingung.

"Ah ya, aku baru ingat," sela Bambam selagi melanjutkan, "Kau juga seperti ini sama... Ya, sama persis saat di kampus tadi wajahmu kusut dan kau juga tidak banyak bicara."

"Ck, bisa gila aku." raung Jungkook menggaruk kepalanya kasar. Ia menatap kedua temannya satu persatu kemudian menghela napas kasar. Meraup jaket kulit hitamnya yang tersampir di tangan sofa kemudian mengenakannya, Ia berjalan menuju pintu keluar mengabaikan teriakan demi teriakan dari Yugyeom dan Bambam.

"Anak itu kenapa sih?" tanya Yugyeom.

"Mana aku tahu... Hei, apa mungkin," Bambam terdiam sejenak kemudian menebak, "Apa ada hubungannya dengan si manis ya?"

"Manis itu siapa?"

"Itu si manis Kang Hyemi."

"Kalau benar begitu," pikir Yugyeom. Ia pun mengeluarkan ponsel dari sakunya menimbulkan kerutan di dahi Bambam.

"Mau apa dengan ponselmu?"

"Menghubungi Jin Hyung untuk memberitahu dia kalau adiknya itu sedang dilema asmara." Yugyeom tertawa menaikan kedua alisnya sembari tersenyum jahat.

"Kau tidak tahu bagaimana cerewetnya kakak Jungkook yang satu itu kan?"

"Hei, sekali-kali kita harus membuat Jungkook diomeli tahu."

"Aish, dasar pria kejam." sindir Bambam.

Jeon corporation Group adalah salah satu perusahaan yang bergerak di bidang properti di Korea

Jeon corporation Group adalah salah satu perusahaan yang bergerak di bidang properti di Korea. Prospek kerja juga bayaran yang ditawarkan pada setiap calon karyawan juga tidak main-main namun sesuai dengan basis juga kompentensi yang di miliki masing-masing pegawai haruslah seimbang. Bangunan bertingkat itu terlihat menjulang hingga mencakar langit dengan jumlah tiga puluh lantai.

Mobil hitam mercedes ben yang melaju dari kejauhan sampai di basement perusahaan. Pintu mobil terbuka menampakkan presensi seorang pria yang tidak asing sama sekali. Dia si mata bulat bergigi kelinci anak bungsu dari keluarga Jeon yang bermartabat.

CANDOR (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang