Part 22

1 1 0
                                    

Enjoy it!


Katanya sih kencan satu hari! Tapi...

Ini bahkan lebih mirip dengan sistem perbudakan yang dilakukan oleh seorang ratu kejam pada seorang hamba yang belum dimerdekakan. Sungguh, Hyeri itu benar-benar seorang gadis teraneh dan tersinting yang pernah Jungkook temui sepanjang usia hidupnya di muka bumi. Sejak pagi tadi hingga kini, keduanya terjebak di salah satu pusat perbelanjaan terbesar di Seoul. Gadis itu membangunkannya dengan cara mengetuk pintu kamar Jungkook secara barbar, memaksanya agar ditemani belanja dan jalan-jalan.

Kalau bukan karena menginginkan eksistensi Hyemi untuk kembali, Jungkook tidak akan pernah mau disuruh-suruh mengitari mall metropolitan yang memiliki banyak lantai begini. Tangannya bahkan kini sudah penuh oleh paper bag barang-barang dengan tren ternama. Oh, tentu saja! Siapa lagi pelakunya kalau gadis yang tengah bersenandung sukaria sembari memilih pakaian di salah satu butik di depan sana.

Hyeri tertawa begitu riang seolah-olah tempat ini adalah surga untuknya. Sungguh, kaki kecilnya itu tidak ada lelahnya sama sekali. Setengah tersiksa Jungkook lalu berujar gusar, "Hyeri, belanjanya sudah selesai belum?"

Bukannya Jungkook pelit ya. Tapi kan dia juga belum bekerja. Limit kartunya memang tidak dibatasi oleh sang kakak tapi tetap saja kalau dihabiskan setengahnya secara cuma-cuma pasti nanti Seokjin akan mengomelinya habis-habisan. Membayangkan bibir tebal cerewet kakaknya yang tidak berhenti menceramahi pasti akan membuat telinganya gatal-gatal nanti. Duh, jangan sampai deh.

Namun, alih-alih ingin menuntaskan hasrat belanjanya. Hyeri mendelik tak suka seraya memberi Jungkook tatapan tajam, "Kenapa? Kau takut uangmu habis? Pelit sekali sih, Jeon." gerutu gadis itu padanya sembari terus memilah pakaian demi pakaian yang ia inginkan.

"Bukan begitu, tapi kakiku rasanya mau patah karena mengekorimu terus sedari tadi."

"Yasudah nanti aku yang gendong."

Hah?

"Jangan bercanda." sahut Jungkook tak terima. Badan kecil seperti semut begitu mau coba menggendong tubuhnya yang dua kali lipat lebih besar. Jelas. Tidak mungkin.

"Habisnya kau cerewet sekali. Lagipula belanjaku masih sedikit. Tuh, lihat sela-sela jemari tanganmu masih banyak kosongnya."

Double sinting.

Tidak ingin kembali berdebat Jungkook hanya menahan kesal dalam benaknya lalu memalingkan wajah. Stok kesabarannya masih tersisa setengah. Kalau-kalau ada yang membuatnya marah mungkin Jungkook akan mengamuk di dalam mall ini. Persetan. Jungkook sudah sebal mampus. Beberapa menit pemuda itu habiskan untuk mengembuskan napas berat memperhatikan para pengunjung lain yang tampak berlalu lalang.

Hingga tanpa sengaja Jungkook mendengar vokal yang asing namun terasa familier mampir menusuk liang telinganya. Pemuda itu lantas menolehkan kepalanya ke sumber suara.

Di sana presensi dua wanita yang Jungkook tidak harapkan sama sekali tengah tersenyum menatapnya. Wanita pertengahan empat puluhan bersama wanita muda yang Jungkook hindari semampu mungkin.

"Jungkook, kebetulan sekali kita bertemu di sini, Nak." ujar wanita itu ramah.

Sial, sial, demi Tuhan. Aku muak. Batin Jungkook memejamkan matanya sepersekon.

"Lho, tante Mirae kenal dengan Jeon Jungkook ya?" sahut sang wanita muda antusias.

"Iya, Yura. Dia anak Jeon Jinho." sahut wanita itu tanpa malu. Tidak tahu apa kalau subjek dihadapannya menatapnya murka. Genggaman tangan Jungkook mengerat satu sama lain. Tolong, ia hanya ingin pergi segera mungkin dan berharap agar Hyeri cepat selesai berbelanja.

CANDOR (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang