Part 2

1 1 0
                                    

"Aw, astaga. Bisakah kau pelan-pelan?"

"Ini sudah pelan-pelan. Kau saja yang cengeng. Lihat! Tanganmu jadi memar seperti ini pasti akan menyusahkan."

"Ini semua juga karena ulahmu bodoh. Aku mana tahu kalau Yura akan mengamuk padaku—Aw... sakit Jungkook... brengsek! Kau mau mematahkan tanganku ya?!" protes Hyemi menahan perih pada punggung tangannya ketika Jungkook mengompresnya sedikit keras. Seperti sengaja.

"Lihat! Sekarang kau bahkan memakai kacamataku pokoknya hutangmu bertambah lagi. Itu mahal tahu." tunjuk Jungkook pada kacamata miliknya yang membingkai wajah mungil Hyemi.

"Aku bahkan juga tidak bisa menyuruhmu bekerja di dapur. Kalau begini kan terpaksa harus memesan makanan di luar. Ruginya kalau punya pelayan yang bodoh." ejek Jungkook disela-sela kegiatan mengompresnya. Bibir tebalnya terus saja mengoceh tanpa henti. Dia laki-laki cerewet menyebalkan yang memaksa Hyemi menghuni apartemennya yang amat sangat jorok ini.

Satu setengah bulan tinggal di apartemen ini Hyemi merasa banyak berubah mulai dari keadaan yang semakin membaik. Tempo hari ketika ia datang untuk kali pertama, apartemen Jungkook mirip seperti kandang babi yang mengenaskan. Ia mengecek dapur dan membuka pintu kulkas isinya pun makin menyedihkan. Bahan-bahan makanannya dipenuhi jamur dan kadaluarsa serta hanya tersisa beberapa stok banana milk milik pria kelinci berotot tersebut.

Ngomong-ngomong Hyemi tidak merasakan sakit lagi bukankah tadi ia mendengar Jungkook mengomel padanya. Atensinya melirik pergelangan tangan dan jemari kanannya yang terbungkus perban begitu rapi berganti ke raut wajah Jungkook yang juga tengah menatapnya lamat.

"Kenapa kau menatapku begitu?" tanya Hyemi ketus.

"Terserah aku dong. Punya mata kan memang untuk melihat." respon Jungkook enteng tetap fokus pada wajah Hyemi.

"Aku tak suka."

"Tapi aku suka."

"Jungkook berhentilah bersikap konyol dan biarkan aku pergi." tutur Hyemi sebal karena sejak siuman dari pingsan satu jam yang lalu ia tidak di izinkan kemanapun bahkan beranjak dari ranjang pun ia dimarahi oleh Jungkook.

"Kau itu masih sakit, Kang Hyemi. Suhu tubuhmu bahkan meningkat bersyukurlah karena ada aku di sini merawatmu. Jangan cerewet." kukuh Jungkook pada pendiriannya.

"Iya terima kasih karena sudah menolong tapi sungguh aku baik-baik saja. Sekarang biarkan aku turun!" pinta Hyemi dengan teramat sangat. Ada yang harus ia tuntaskan segera.

"Tidak boleh!"

"Astaga, Ya Tuhan. Sabarkan aku ya Tuhan." jerit Hyemi tertahan menepuk dadanya berulang kali sembari menghela napas kasar tak tahan dengan sifat kekanakan Jungkook.

"Kau pasti mau kembali ke rumah reotmu itu kan? Aku tidak akan membiarkanmu pergi titik. Kau lupa ya kalau kau itu pelayanku," ujar Jungkook seraya memicingkan matanya penuh curiga.

"Tidak, aku bahkan tidak berpikir sampai ke sana."

"Lalu?"

"Aku mau buang air kecil, puas?" sentak Hyemi kemudian gesit menyibakkan selimut yang membungkus tubuhnya dan menuju toilet meninggalkan Jungkook yang terdiam karena telah berpikiran aneh.

"Hyemi sudut bibirmu juga luka, kau tak mau mengobatinya?" sergah Jungkook namun Hyemi menggeleng, "Nanti aku bisa mengobatinya sendiri." lantas ia membuka pintu toilet dan menghilang dari baliknya. Bunyi gemericik air terdengar tak lama setelah Hyemi berada di dalam sana. Jungkook beranjak dan setengah berteriak penasaran. "Hyemi apa kau mandi?"

"Aku mandi atau berenang juga bukan urusanmu bodoh."

"Jawab iya apa susahnya sih."

"Iya... Iya dan sebaiknya kau cepat pergi dari kamarku sekarang atau aku akan memukulmu dengan tongkat bisbol." ancam Hyemi.

CANDOR (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang