•
~"Hold and Hug me tight, then never let me go."~
••
#Enjoy it...
Jam menunjukan tepat pukul sebelas malam saat Hyemi baru saja selesai bekerja di coffee break. Gadis itu melirik sang waktu yang melekat di dinding cafe. Ia menghela napasnya berat seakan mengeluarkan semua rasa lelah yang mendera tubuhnya sejak tadi siang. Hari ini pengunjung cafe benar-benar ramai-biasanya juga tidak pernah sepi namun hari ini jumlah piring yang ia cuci betul-betul membludak.
Ugh, tangannya terasa ingin terlepas begitu saja saking pegalnya. Untung saja semua kumpulan rangka dalam tubuhnya ini diciptakan oleh Tuhan jikalau tidak sudah tercerai berai tubuhnya itu menjadi beberapa potong seperti robot rusak karena overload dimainkan.
Ia berpamitan kepada rekan-rekan kerjanya yang sesama pelayan. Gadis itu membungkuk hormat mengucap salam lantas menarik tas selempang miliknya yang sempat ia gantung di sudut dapur. Udara musim semi tahun ini begitu menyengat sepanjang jalan, Hyemi dapat melihat beberapa potong helai bunga sakura berjatuhan di sudut jalan kemudian berserakan tak beraturan menemani hitamnya aspal.
Terpujilah wortel dan sebangsanya yang menemani Hyemi selama beberapa minggu ini, berkat buah berwarna orange sedikit kemerahan tersebut penglihatan Hyemi sedikit membaik meskipun ia benar-benar butuh kacamata untuk membaca buku-buku kuliah. Hyemi juga sekaligus mengeratkan tali hoodie di sekitar rahangnya. Angin malam jelas tidak terlalu baik untuk kesehatan terutama pada seorang gadis yang mudah masuk angin seperti dirinya.
Motor milik Hyemi terus berjalan dengan kecepatan pelan membelah jalanan. Tidak apa-apa jika ia telat pulang ke rumahnya sampai tengah malam, lagipula memangnya siapa yang mau membegal Hyemi yang miskin dan tidak punya apa-apa ini? Oh, kecuali jika Choi Yura kembali berulah mungkin itu bisa menjadi pengecualian.
Puluhan menit sudah berlalu begitu cepat, kini rupa jalanan benar-benar sepi dari para pengendara terlebih ketika ia mulai memasuki kawasan sekitar rumahnya. Hanya ada satu ada dua kendaraan saja yang terlihat berlalu lalang. Belum sampai ia ke rumah dalam jarak dua ratus meter tiba-tiba saja motor tua miliknya itu berhenti tanpa aba-aba membuatnya harus mengutuk pelan di tengah malam yang hening. "Kenapa aku selalu kena sial? Sudah berminggu-minggu nasibku tidak pernah bagus?" monolog Hyemi pada dirinya sendiri.
Ingatan tentang beberapa hari sebelumnya datang tanpa diundang merangkak masuk memenuhi isi kepala Hyemi. Ia ditipu dan dikerjai lalu dijebak untuk satu ruangan bersama Jungkook. Di mana dia harus rela bermain Truth or Dare dan berakhir dalam pelukan Jungkook. Dasar dua teman Jungkook sial-jika ia dipaksa untuk mengingat itu kembali seketika rona merah tanpa diundang mengaliri kedua sisi wajahnya. Oke, lupakan saja ia merasa terbawa suasana terlebih saat melihat sorot mata Jungkook yang begitu teduh kala menatap matanya dan suara Jungkook yang begitu lirih menusuk daun telinganya.
"Ah, astaga kenapa aku harus mengingatnya lagi?! Hyemi ayo lupakan! Lebih baik fokus mendorong motormu saja." Hyemi memukul kecil kepalanya agar ia segera sadar dan tidak berlarut-larut memikirkan hal tersebut.
Memang benar jika motornya itu adalah motor tua yang harusnya pantas dimuseumkan tapi Hyemi tidak punya pilihan lain selain harus memperbaikinya tiap bulan. Sekarang ia harus tertatih-tatih mendorong motornya penuh kesabaran. Beginikah susahnya menjadi orang yang serba kekurangan? Ingin meminta bantuan juga tidak ada gunanya.
Ponsel butut miliknya bahkan sudah mati dari satu jam yang lalu sejak ia masih ada di cafe. Berjalan tenang sembari memajukan laju motor, Hyemi menghiasinya dengan senandung kecil ditemani oleh tiang-tiang lampu temaram di setiap sisi tepi jalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
CANDOR (COMPLETED)
Fanfiction[COMPLETED] Kau tidak tahu kebenaran seperti apa yang tersimpan dalam hidupku karena yang kau lihat hanya sisi buruknya. - Jeon Jungkook Bagaimana kalau ternyata kisah hidup kita berdua ini sama atau mungkin milikku lebih kelam dari hidupmu? Hanya s...