Part 20

1 1 0
                                    

Jungkook tak mengerti. Benar-benar tidak tahu apa yang terjadi pada otaknya atau yang terjadi pada Hyemi. Beberapa menit yang lalu gadis itu meraung-raung memegang kepalanya karena kesakitan seraya memukul dadanya yang terasa sesak. Lalu, tentang kalimat Hyemi sebelumnya yang menyapanya dengan vokal rendah dan dalam. Jungkook seketika merinding bukan main. Berbagai pertanyaan bercokol dalam kepala bercampur menjadi satu kesatuan dan mendadak kusut.

Pengurus panti itu namanya Bibi Nara. Sejujurnya Jungkook hendak menyela meminta penjelasan pada Hyemi tapi disaat yang tidak tepat tepat presensi Bibi Nara datang tiba-tiba mengatakan bahwa Jinwoo sudah siuman-ah, bocah kecil yang Jungkook selamatkan itu rupanya. Maka, mau tak mau ia mendesah pasrah selain mengikuti ke mana arah tungkai Hyemi melangkah.

Jungkook menumpu setengah massa tubuhnya pada dinding pintu. Alisnya saling bertautan satu sama lain ditambah guratan-guratan samar muncul di dahinya. Jungkook diam saja tapi jelas manik hitam bulatnya tak pernah absen melihat punggung kecil sang gadis dipinggiran ranjang di depan sana.

"Noona..." ujar Jinwoo pelan tatkala ia membuka kelopak matanya. Raut wajahnya terlihat lebih mendingan dari sebelumnya yang tampak pucat bukan main.

"Iya, Jinwoo." balas Hyemi membungkus dua jemarinya pada jemari kecil Jinwoo erat. Tatapan penuh afeksi ia berikan pada subjek yang terbaring di atas ranjang.

"Tadi, Jinwoo memetik daun maple untuk Noona, tapi... Tapi pohonnya terlalu tinggi. Jadi Jinwoo hanya memetik daun yang gugur saja. Padahal Noona kan sukanya daun yang cantik..." manik Jinwoo yang terlihat redup seketika mulai terisi oleh genangan bulir bening yang hendak tumpah. Bocah kecil itu merasa tidak berdaya dan berguna karena penyakit yang dideritanya.

Jungkook terus saja memperhatikan punggung Hyemi dari tempatnya tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Jungkook dapat melihat pergerakan demi pergerakan yang Hyemi tunjukkan pada Jinwoo.

"Jinwoo, Noona sudah bilang kan kalau Jinwoo tidak perlu memetik daun maple lagi. Kemarin kan sudah." tutut gadis itu lembut. Arah mata Hyemi kini beralih melihat beberapa luka lecet yang timbul pada kulit tangan Jinwoo. Gadis itu semakin mendesah pelan.

"Tapi, tapi kan..." Jinwoo menggigit bibirnya, maniknya berkedip tanpa aturan selagi melanjutkan perkataannya dengan sesegukan kecil penuh sesal, "Tapi, Jinwoo ingin melihat Noona bahagia. Tadi pagi Jinwoo lihat kok kalau Noona menangis sendirian di taman belakang." air mata Jinwoo tumpah. Hyemi lalu merengkuhnya hangat tak lupa mengecup pucuk kepalanya dan mengusap surainya lembut.

"Sudah, tidak apa-apa. Tadi pagi Noona bukannya menangis karena sedih tapi Noona menangis karena bahagia bisa menjenguk Jinwoo ke sini. Sudah ya jangan menangis lagi, Noona tidak suka kalau adik Noona yang tampan ini bersedih." Hyemi mengeratkan rengkuhannya mengecup dahi Jinwoo sekali lagi lalu mengusap bekas air mata yang melekat pada pipi gembil bocah itu.

"Nah, sekarang ayo kita obati lukamu." Hyemi menarik laci nakas disamping ranjang lalu mengeluarkan kotak p3k. Menutupi luka gores Jinwoo dengan plester bermotif kelinci.

Selepas Jinwoo merasa lebih rileks dan tenang ketika Hyemi memberinya segelas air untuk minum, tak sengaja arah matanya menangkap satu sosok asing di ujung pintu. "Noona, Hyung yang di sana itu siapa?" tunjuk bocah itu dengan ujung dagunya.

Hyemi lantas menoleh saat itu maniknya dan manik Jungkook bertatapan satu sama lain. Jungkook memicing lantas mengunci gadis itu dalam pandangan yang sulit untuk diinterpretasikan.

Hyemi lantas memutusnya dengan mencebik kemudian menjawab pertanyaan Jinwo, "Oh dia teman Noona, Jinwoo. Jeon... Ayo ke sini!" titah Hyemi melambaikan tangannya agar Jungkook mendekat ke arah mereka.

CANDOR (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang