Part 15

1 1 0
                                    

¤¤¤

¤¤¤

¤¤¤

Tahukah kalian kalau memendam sesuatu itu tidak baik? Karena gadis bermanik cokelat terang satu ini juga tengah mengalaminya sekarang. Sudah berapa kali hari ini ia harus memasrahkan dirinya ditarik ke sana ke mari. Sejak siang hingga sang fajar terbenam pun Hyemi persis bagaikan anak ayam yang mengekori induknya ke mana pun sang Ibu ayam itu melangkah. Satu hal yang Hyemi tahu, Jeon Jungkook itu adalah seorang pemuda yang mudah terbawa emosi. Selain, eum... brengsek, ia juga menakutkan ketika sedang marah-Hyemi tidak ragu untuk mengakuinya.

Terbukti sekarang pergelangan tangannya terasa kebas saat Jungkook menggenggamnya teramat erat, sejujurnya Hyemi ingin meringis dan memberontak ingin melepaskan diri tapi apalah daya, gadis itu berusaha menahannya sejak tadi hanya karena tidak ingin memperkeruh suasana hati Jungkook yang memang tidak terlihat baik-baik saja atau mungkin sangat buruk.

Jungkook membawa Hyemi menuju mobilnya tanpa sepatah kata. Hanya gerakan-gerakan dinamis yang ia tunjukkan mulai dari membukakan pintu, memberikan tatapan yang tajam serta bahu yang bergetar naik turun menahan amarah. Hyemi menaruh bokongnya di kursi penumpang. Ia harus menahan napas tatkala Jungkook memasangkan seat-belt padanya.

Harum aroma tubuh Jungkook menusuk rongga pernapasannya, menghasilkan wangi yang memabukkan dan membuat candu. Hyemi berkedip dengan cepat menetralkan rasa gugup yang mendera, ia dapat menghela napas bebas saat Jungkook beringsut menjauh kemudian menjalankan kemudi mobil membelah jalanan Seoul yang terlihat padat ketika malam mulai menjelang.

Masih setia dengan bibir yang terkatup rapat, Hyemi sesaat melirik melihat side-profile Jungkook yang tampak serius dengan kegiatan mengemudinya. Pemuda itu tak gentar menatap tajam arah depan sesekali bibirnya bergerak kecil menggumam sesuatu tanpa suara yang Hyemi kira kalau lelaki ini tengah mengumpat. Hyemi menelan salivanya yang tersumbat di kerongkongan, sebelah tangannya terulur hendak menyentuh lengan kekar Jungkook namun lelaki itu memutus aksinya dengan vokal yang rendah dan tajam, "Nanti saja bicaranya!" titah Jungkook tak dapat diganggu gugat tanpa mengalihkan wajah.

Hyemi kini menatap ke bawah dengan perasaan campur aduk seraya melihat jemarinya yang memilin ujung seragam yang ia kenakan-monoton sekali. Sesekali tatapannya menatap ke luar kaca mobil menikmati pemandangan jalan raya Seoul ditemani seutas kecanggungan yang tidak bertepi.

Jungkook berhenti tiba-tiba di pinggiran jalanan Seoul yang terlihat sepi dari jalan yang lain. Ia melepas seat-belt miliknya tak lupa mengambil sesuatu dari belakang kursi. Pemuda bertubuh tegap tersebut membawa bungkusan kemasan berukuran sedang lalu menutup pintu meninggalkan Hyemi dengan sejuta kebungkaman.

Hyemi berdecak pelan, kenapa dia disuruh berdiam di mobil bak orang bodoh sementara melihat figur belakang tubuh Jungkook yang besar tengah bersandar seraya menikmati sekaleng minuman bersoda. Gadis itu membuka pintu lantas menyamakan tubuhnya di samping Jungkook. Masih diam dan tak ada yang memulai konversasi ketika Jungkook menawarkan isi bungkusan tersebut kepada Hyemi.

Terima saja Hyemi, si ikan hiu sedang marah. Kau tidak ingin dicabik-cabik lalu dimakannya bukan? Hyemi mengambil sekaleng coke yang tidak lagi terasa dingin namun cukup menemani rasa dahaganya sejak tadi. Park Jimin tentunya laki-laki yang baik meskipun mengajak Hyemi jalan-jalan ia tidak lupa membelikan Hyemi makanan untuk mengisi perut. Tetapi, gadis itu tak habis pikir dan tak pernah menyangka mengapa Jimin sampai nekat melakukan hal tak terduga seperti kejadian saat di taman tadi? Kepalanya bahkan berdenyut pening dihantam repetisi memori acak dan tak jelas yang merongrong pikirannya tanpa jeda.

"Siapa?"

Hyemi yang tengah menyeruput minuman sedikit tertegun saat pemuda disampingnya ini akhirnya membuka suara emasnya. Mengulum bibir yang terasa dilumuri soda, gadis itu berdeham singkat sembari menjawab semampu yang ia bisa dan sebisa yang ia tahu, "Namanya Park Jimin."

CANDOR (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang