Part 9

1 1 0
                                    

"Apa? Aku yang ke sana? Tapi kalian bilang akan menjemputku. Astaga, tunggu-hei, dengar ya aku tidak-" Sepotong kalimat yang belum sempat terucap dari sudut bibir sebelum dialihkan dengan geraman serta decakan kesal oleh sang pemilik wajah, Kang Hyemi.

Katakan saja kalau dia adalah gadis bodoh yang mau menerima begitu saja permintaan konyol dari dua pria yang bahkan tidak dirinya kenal begitu akrab. Tentu ia menolak namun karena kedua teman Jungkook itu sangat cerdik-gadis sepertinya hanya bisa pasrah.

Hyemi bahkan berjalan enggan dengan raut wajah ditekuk tak rela. Ia bahkan harus bolos bekerja hari ini dan mau tidak mau berdampak buruk pada kinerjanya sebagai pelayan cafe baru. huh, baiklah hanya jika ia pikir tugasnya mudah dengan mendamaikan orang yang bertikai, nasibnya juga dipertaruhkan di sini.

Hyemi men-dial nomor tak bernama yang masuk sebelumnya tadi.

"Yeobseyo,"

"Kalian di mana. Jangan membuatku kesal ya. Aku rela tidak beke—"

"Kau sudah di depan gedung?"

Hyemi meniup poni rambutnya gemas, "Ya."

"Baiklah, lantai tujuh flat nomor dua puluh."

"Hei, tapi, tapi, aish! brengsek!" umpat Hyemi saat panggilan itu dimatikan seenak jidat oleh Bambam.

Menghela napas dan mendengkus kasar, "Baiklah. Hanya untuk kali ini saja kau bersikap bodoh, Hyemi." ujar gadis itu seraya melangkah menuju tempat yang diberitahu.

Sesampainya Hyemi di lantai tujuh gadis itu mengitari lorong mencari satu persatu unit kamar nomor dua puluh. Ketika netranya bersibobok dengan benda yang ia cari gadis itu berdecak pelan mengetuk pintu bewarna abu-abu tersebut.

Hyemi menekan bel pintu flat tersebut dengan sabar. Entah karena apa, saat ia ingin melakukannya lagi pintu terbuka tiba-tiba sampai kening Hyemi mengernyit samar. Aneh, pikirnya sesaat namun ia tidak ambil pusing dan melangkah masuk hingga pintu itu tertutup kembali secara otomatis. Yang bahkan tidak gadis itu sadari kalau ia masuk atau mungkin memang sudah terjebak dalam perangkap.

Penerangan yang tidak ada dan ruangan yang gelap membuat Hyemi sedikit kepayahan melihat objek sekelilingnya. Ia meraba dinding dan merasakan benda persegi di sana kemudian menekan tombol yang ia rasa adalah sakelar listrik. Gotcha, lampu ruangan hidup bersamaan dengan Hyemi yang melebarkan kedua mata terkejut saat melihat subjek familiar tidak jauh di depannya.

Seorang pria dengan kedua tangan terikat di atas kursi bersama mulut yang diberi selotip hitam.

"Lho, Jeon Jungkook?" ucap Hyemi heran.

Dua insan berbeda gender dalam satu ruangan yang terjebak bersama-sama

Dua insan berbeda gender dalam satu ruangan yang terjebak bersama-sama.

Astaga, klise sekali.

Hyemi bersedekap menyilangkan kedua tangannya dan bersender di dinding memperhatikan Jungkook yang juga tengah menatapnya sama.

"Harusnya aku tidak mendengar kata-kata kedua temanmu itu." Hyemi menggelengkan kepalanya merasa bodoh. Di sini bersama pria yang bahkan terakhir kali memiliki hubungan yang canggung dan kurang bagus itu terasa tidak nyaman.

"Kalian pasti sengaja. Astaga Kang Hyemi betapa bodohnya dirimu." gadis itu masih bermonolog tanpa menghiraukan Jungkook yang mengerutkan dahinya.

Hyemi menatap Jungkook tajam dengan pandangan menuduh, "Ini rencanamu? Iya kan? Mengaku!"

Jungkook tidak mengerti. Ia meronta ingin dilepaskan. Hyemi berdecak kemudian membuka penutup mulutnya. "Giliranku yang bicara." ucapnya datar.

"Dengar nona Kang," Hyemi terkejut saat Jungkook memanggilnya dengan nama depannya yang sangat jarang sekali ia dengar dari mulut laki-laki itu. "Kau pikir aku mau melakukan hal konyol seperti ini?"

CANDOR (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang