BAB 6, UJIAN SEKOLAH

1 0 0
                                    

Di sore yang cerah, Luna tampak lega dan bersemangat ketika Marry mengajaknya keluar dari suasana belajar yang membuatnya tegang. Pada akhirnya, setelah beberapa bulan bersekolah, akhirnya kita tiba juga di waktu Dimana Luna akhirnya menjalani ujian akhir semesternya. Dan tak peduli baik saat ia masih jadi rakyat biasa maupun Ketika ia sudah menjadi seorang putri, tetap saja ujian adalah sesuatu yang tidak pernah menyenangkan. Apa lagi Luna adalah anak yang mudah merasa cemas, maka segala ketegangan itu bertumpuk dan memperburuk suasana hatinya.

Setibanya di istal, wajah Luna langsung ceria saat mendengar ringkikkan Aurora, kuda yang sudah begitu ia sayangi. Dengan penuh semangat, ia segera bersiap menaiki kudanya, mengenakan peralatan berkuda dengan lincah dan percaya diri.

Marry tersenyum melihat semangat Luna yang sudah begitu ahli menunggang kuda. Setelah beberapa putaran pemanasan, Luna yang sudah semakin luwes dalam berkuda tiba-tiba menantang Marry untuk adu cepat.

"Ayo, Marry! Jangan kalah ya!" seru Luna sambil tertawa.

Marry, yang jarang menolak tantangan sahabatnya, segera naik ke kuda lain. Mereka berdua berlari kencang di lapangan rumput yang luas, angin sore menyapu wajah mereka, dan sesekali terdengar tawa renyah Luna yang menikmati setiap detik kebebasan itu. Untuk sesaat, Luna bisa melupakan ujian yang mengganggu pikirannya dan larut dalam kegembiraan balapan bersama sahabatnya.

"Bagaimana, Luna, main-main di sore yang cerah itu menyenangkan, bukan?" tanya Marry setelah mereka merasa kelelahan dan berkeringat usai berkuda Bersama tadi.

"Tentu saja, ini sangat menyenangkan, Marry, tapi aku merasa sedikit panas dan haus..."

"Oh, astaga, maafkan aku Yang Mulia, aku lupa mengambilkan minum untukmu..."

"Marry, kalau tidak ada raja dan ratu, jangan memanggilku seperti itu!" pinta Luna tegas. Marry tertawa, menampakkan barisan giginya yang putih rapi.

"Aku bercanda, Luna, tunggulah sebentar, aku akan Kembali membawa minuman dan beberapa makanan ringan untukmu," ucapnya. Luna mengangguk, lalu mengelus-elus punggung Aurora yang mengilap basah oleh keringat.

"Aurora, apakah kau bisa merasakan sesuatu, terutama tentang siapa aku?" tanya Luna iseng. Sayangnya kuda betina itu tidak bisa menjawab pakai Bahasa manusia, dia Cuma bisa meringkik pelan dan menyentuhkan kepalanya ke tangan gadis itu.

"Maaf ya, manis, kamu kan hanya seekor kuda, kenapa juga aku harus bertanya hal-hal aneh padamu?" Luna tertawa sendiri, lalu mengelus surai kuda betina itu yang akhirnya malah merebahkan diri di sebelahnya. Marry Kembali ke tempat mereka duduk dengan nampan di tangannya.

"Ini semua baru matang dari dapur istana, Luna, ini adalah pie labu kesukaan baginda ratu, semoga kau juga menyukainya." Jelas gadis itu tanpa ditanya. Luna terkejut. Ini alur hidup macam apa lagi? Pie labu, bukannya itu hanya ada di cerita fiksi faforitnya?

"Ternyata yang seperti ini betulan ada ya?" tanyanya.

"Tentu saja, apapun yang terasa tidak mungkin bisa jadi mungkin disini, Luna..."

"Termasuk meleburnya antara khayalan dan kenyataan?" Luna cepat memotong.

"Mungkin saja, tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini jika diupayakan, bukan? Tentunya kau tau itu, Luna..." kata Marry pelan. Luna menghela napas. Perassaannya berubah murung lagi. Sampai hari ini segalanya tetaplah abu-abu baginya, ia benar-benar hampir gila memikirkan semua ini.

"Oh tidak, Luna, apa kau baik-baik saja?" tanya Marry khawatir.

"Ah, yaa, tentu, aku akan menikmati pie labu ini..." Luna menyahut riang. Ia berusaha untuk mempertahankan segalanya tetap dalam kendalinya. Urusan misteri ini, yang pasti adalah Ketika satu misteri terungkap, lapisan yang lain menuntut serupa itu juga. Namun yang terpenting sekarang adalah ujian sekolahnya dulu, itulah yang menyita Sebagian besar ruang di pikirannya.

TIBA-TIBA MENJADI PUTRITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang