[Bro gue gak masuk sekolah, gue udah izin] Gabriel mendapatkan chat dari Gavin. Ia melirik ponselnya dengaan perasaan sedikit khawatir. Dari semenjak penyelidikan mereka yang terakhir itu, memang kondisi Kesehatan anak itu perlahan mengalami penurunan. Dan permasalahan tidak berhenti sampai disana, kemarin di pesta ulang tahun sepupunya (Celine) Gabriel melihat pacarnya Gabriel – Caroline – jalan sama cowok lain dan kelihatan mesra banget. Sampai hari ini, dia bertekad mengumpulkan bukti supaya Gavin bisa lepas dari cewek toxic itu, lewat sepupunya. Kebetulan Caroline sama Celine itu satu tempaat les, jadi segalanya akan lebih mudah baginya. Lagian, dia ingat betul, bagaimana Gavin menolongnya dulu dari para pem-bully di sekolah mereka sejak kecil, jadi bukan tidak mungkin kalau hari ini ia akan melakukan hal yang sama.
"Duh, kasian amat ini si Gavin yak, harus gimana gue sekarang?" Gabriel bergumam sendiri sambil menghadapi sarapannya. Hari ini mamanya stay di apartemen untuk masak dan menemaninya, setelah berhari-hari business trip ke Jepang.
"Gab, kamu mau bekal apa?" tanya mamanya dari dapur.
"Nggak usah, ma, mama masakin buat makan siang aja, nanti pulang sekolah aku makan," jawab cowok itu seraya menyelesaikan sarapannya dengan tergesa.
"Kamu kenapa nak? Kayaknya panik banget," sang ibu menangkap kegelisahan di wajah dan hati anaknya.
"Nggak tau nih ma, yang jelas Gavin sakit, nggak masuk sekolah, kayaknya masih down soal apa yang menimpa Luna sepuppunya itu, ditambah lagi, ceweknya dia, si Caroline kayaknya selingkuh, kemarin aku lihat sendiri di pesta ultahnya Celine, dia datang tapi nggak sama Gavin..."
"Ya ampun, anak itu, kasihan juga, jadi rencanamu selanjutnya gimana?" tanya mamanya lagi.
"Aku ke sekolah dulu, terus nanti mungkin mampir ke rumah Celine atau iseng jemput dia, sambil coba kutanyain pelan-pelan..."
"Ya udah, gitu aja nggak papa, tapi kamu tau nggak nak, Gavin itu sakit apa sekarang?"
"Kurang tau ma, tapi tadi dia ngirim foto kamar rumah sakit, kayaknya jantungnya kumat lagi..."
"Ya ampun, ya udah, nanti mama beliin sesuatu aja deh kalau kamu mau nengok dia..."
"Jangan beli, ma, bikinin cheesecake aja, aku juga kangen sama cheesecake buatan mama..." kata Gabriel rada manja.
"Ya ampun, baru juga seminggu ditinggal, dasar, ya udah itu diabisin sarapannya, terus ceppetan berangkat, ini Senin kan, pasti macet..." titah sang ibu.
"Ah, mama, sebenernya aku males banget nih harus masuk sekolah, apa lagi posisi mama baru pulang dari luar negeri gini..." keluh cowok berzodiak cancer itu.
"La emang kenapa? Apa hubungannya sama mama yang baru pulang ini?" mamanya heran.
"Ya nanti kalau aku ditinggal lagi pas aku masih di sekolah gimana?" Gabriel mengerucutkan bibirnya.
"Astagaaaa anak jelek! Nggak kok, mama nggak akan pergi kemana-mana dalam waktu dekat ini, udah sana, berangkat dulu, hadeeeh!" omel mamanya. Gabriel nyengir. Setelah berpamitan akhirnya ia mengambil kunci mobilnya, terus berangkat ke sekolah. Untung sekolahnya dia sekolah swasta yang jarang ada upacara benderanya, jadi ya hari Senin-nya gak terlalu gedombrangan banget.
***
Sepulang sekolah, seperti janjinya tadi, dia memutuskan untuk menjemput sepupunya Celine di sekolahnya. Mereka emang beda sekolah sih, kalau Gabriel sekolah di Dream High School, kalau si Celine sekolah di SMA Nusa-Bangsa. Walaupun jadinya muter-muter dan terkesan seperti kerja dua kali karena jarak kedua sekolah itu yang saling berjauhan - dari ujung ke ujung – tapi Gabriel nggak peduli, yang penting dia tau kebenarannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TIBA-TIBA MENJADI PUTRI
Novela JuvenilApa yang terlintas di benakmu Ketika kamu terbangun dari tidurmu dan menyadari bahwa kamu tidak berada di tempat yang kamu kenal? Pertanyaan yang sama juga ada di benak Alunanda Sagita, seorang siswi SMA penyandang tunanetra yang sedang mengikuti ke...