Setelah hampir dua minggu beristirahat dari rutinitas belajar sihir, kini Luna Kembali merasakan kegairahan di dalam hati dan jiwanya saat Zelda dan Dyas datang Kembali ke istananya untuk Kembali mengajarkannya sesuatu dan cabang ilmu lain tentang sihir ; ramuan.
"Senang bertemu Kembali denganmu, Zelda, aku tidak sabar dengan pembelajaran baru kita yang semakin menarik kali ini," ucapnya ceria.
"Halo, Luna, akupun tak kalah senang karena bisa berjumpa denganmu lagi, kali ini aku dan Dyas akan mengajarmu Bersama-sama, dia sedang beristirahat dari petualangannya untuk saat ini..." Zelda tertawa, menepuk main-main lengan suaminya itu.
"Ah, bagus, kurasa ini akan semakin menarik, aku jadi semakin tidak sabar," ucap Luna dengan antusiasme yang memuncak dalam dirinya.
"Baiklah, kalau begitu, kita harus berangkat sekarang, karena pembelajaran kita kali ini tidak akan dilakukan di ruangan khusus dalam istana..."
"Oh, keren! Lantas Dimana kita akan belajar, Zelda?" Luna semakin penasaran.
"kita akan pergi ke Desa Luminaria. Aku sudah meminta izin pada raja dan ratu..."
"Oh, Dimana? Jauhkah dari sini?" tanya Luna lagi.
"Lumayan, itu sebabnya kita harus berangkat pagi-pagi sekali..."
"Wow! Ini benar-benar menarik, aku setuju, aku siap berangkat kapanpun kau minta!" seru Luna bersemangat.
"Tapi jangan lupakan bekalmu, nona..." kelakar Marry seraya menyerahkan tas berisi berbagai makanan untuk mereka nikmati di perjalanan atau habis belajar nanti.
"Marry!" Luna memutar bola matanya malas, bukan karena bekalnya, tapi karena panggilan yang disematkan Marry untuknya. Marry hanya tertawa, terus pergi. Ia memang tidak ikut untuk agenda Luna kali ini, karena ada banyak urusan lain yang harus diselesaikannya disini. Setelah semua – termasuk urusan perbekalan siap, mereka pun menaiki kereta kuda yang dikendarai sendiri oleh Dyas menuju ke tempat belajar mereka, sebuah desa penyihir.
***
Desa Luminaria terletak di pinggir hutan yang lebat dan hijau. Desa ini dikenal sebagai tempat para penyihir belajar dan mengembangkan kemampuan mereka. Luna dan Zelda tiba di desa ini setelah kurang lebih menghabiskan waktu 4 jam perjalanan.Tiba di pintu masuk desa, mereka disambut oleh seorang penyihir tua yang bernama Elara. Elara adalah seorang penyihir yang sangat terkenal di Eldoria karena kemampuan dan pengetahuannya yang luas tentang sihir dan ramuan.
"Selamat datang, kalian bertiga," kata Elara dengan senyum. "Aku senang sekali bisa membantu kalian dalam pembelajaran sihir."
Luna dan Zelda mengikuti Elara ke dalam hutan, di mana mereka akan belajar tentang berbagai jenis tumbuhan dan bahan-bahan yang digunakan untuk membuat ramuan. Sementara Dyas memilih untuk mampir sebentar ke sebuah pusat pertokoan Dimana teman-teman penyihirnya biasa berkumpul dan bercakap-cakap. Elara menjelaskan tentang sifat-sifat dan kegunaan dari setiap tumbuhan, serta cara-cara untuk menggunakannya dalam pembuatan ramuan.
Luna sangat antusias dan bersemangat dalam pembelajaran ini. Ia sangat ingin mempelajari lebih lanjut tentang sihir dan ramuan, serta cara-cara untuk menggunakannya untuk membantu orang lain.
Setelah beberapa saat belajar, Elara membawa Luna dan Zelda ke sebuah tempat yang bernama Taman Ramuan. Taman ini dipenuhi dengan berbagai jenis tumbuhan yang digunakan untuk membuat ramuan.
"Ini adalah tempat favoritku," Elara tersenyum. "Aku senang sekali bisa membagikan pengetahuanku tentang ramuan dengan kalian."
Luna dan Zelda menghabiskan sisa hari mereka di Taman Ramuan, belajar tentang berbagai jenis tumbuhan dan bahan-bahan yang digunakan untuk membuat ramuan. Mereka juga mempraktikkan cara-cara untuk membuatnya dengan bantuan Elara.
Setelah matahari terbenam, Luna dan Zelda kembali ke Desa Luminaria, merasa lelah tetapi juga sangat puas dengan pembelajaran mereka hari ini. Mereka berterima kasih kepada Elara dan berjanji untuk kembali lagi esok hari.
***
Luna Kembali lagi di dalam istana megahnya sekitar pukul delapan malam, Zelda dan Dyas juga ikut serta, bahkan mereka menginap juga disana, karena besok mereka harus Kembali lagi ke desa di pinggir hutan yang indah itu. Usai membersihkan tubuhnya, Luna membaca-baca lagi semua catatan hasil pembelajarannya hari ini. Dan ini benar-benar untuk pertama kali baginya harus menyentuh limpa kadal, usus kodok, hati kelinci atau angsa yang sudah dikeringkan. Mereka semua adalah bahan-bahan/elemen penting yang diperlukan sebagai salah satu bahan komponen pembuat ramuan, selain beberapa tumbuhan aneh yang membuatnya berdebar ; seperti ada sebuah pohon yang Ketika batang dan daunnya hendak dicabut, dia akan berpindah tempat. Atau ada lagi sebuah tanaman merambat yang harus diambil sambil menggunakan penutup telinga ; karena ia akan menjerit kencang sekali, dan jeritannya itu berpotensi menulikan. Atau ada lagi tanaman yang disebut sebagai "bunga penyanyi" yang setiap didekati, kelopaknya akan membuka dan mengeluarkan suara seperti mulut yang bisa bernyanyi, suaranya juga sangat indah. Itu tanaman agak berbahaya kalau jatuh ke tangan yang salah, karena bisa dibilang, fungsinya hampir-hampir mirip dengan efek "fly" yang diberikan Ketika seseorang mengkonsumsi narkotika. Walaupun begitu, tanaman itu ampuh sekali untuk menyembuhkan banyak penyakit di dunia sihir. Usai ia membaca Kembali catatan tadi, entah kenapa tiba-tiba ia tergelitik untuk menghubungi Deric – yang sekarang sudah menjadi kekasihnya, melalui sebuah pesan singkat.[Hi, Deric...]
[Hai, kemana saja? Aku tidak mendengar kabarmu seharian ini, Luna, apa kau baik-baik saja?] Luna tersenyum senang dengan perhatian sederhana tapi manis yang selalu diberikan oleh kekasihnya itu. Tapi seketika ingatannya melayang lagi pada kehidupannya yang dulu; karena baginya, Deric benar-benar mirip dengan sosok di masalalunya, yang dia lupa itu siapa.
[Aku baik-baik saja, aku baru selesai belajar sihir lagi.]
[Syukurlah, aku juga tadi belajar sihir, belajar mantra dasar, tapi nampaknya kepalaku kosong, aku sama sekali tidak mengerti akan apa yang sedang aku pelajari, besok, aku ingin bilang pada ayah, agar aku belajar pada guru yang sama denganmu saja, sepertinya itu lebih membuatku merasa nyaman.]
[Itu bagus, Deric, kita bisa belajar Bersama-sama setelah ini, tenang saja, aku akan membantumu nanti. Kutunggu kabar baikmu, dear...] Luna membubuhkan emot wajah tersenyum di ujung pesan, terus langsung memejamkan matanya dan tidur. Sementara jauh di ujung kota sana, di dalam kamar di sebuah istana, ada seorang remaja pria yang sedang excited sendirian ; loncat-loncat kegirangan sampai akhirnya ujung kepalanya membentur tiang tempat tidur. Duh, elah, happy sih happy, tapi nggak gitu juga kaliii!
(TBC).

KAMU SEDANG MEMBACA
TIBA-TIBA MENJADI PUTRI
Teen FictionApa yang terlintas di benakmu Ketika kamu terbangun dari tidurmu dan menyadari bahwa kamu tidak berada di tempat yang kamu kenal? Pertanyaan yang sama juga ada di benak Alunanda Sagita, seorang siswi SMA penyandang tunanetra yang sedang mengikuti ke...