Hari demi hari berlalu, pembelajaran sihir Luna maju semakin pesat. Dan sesuai harapan, guru sihirnya di sekolah (Miss Glinda) sangat senang dengan hal ini.
Sekarang Luna sudah bisa memindahkan barang, mentransfigurasi/merubah bentuk, dan memunculkan mantra-mantra lain yang bisa berakhir baik maupun buruk bagi yang bersentuhan dengan mantra tersebut. Kini, Zelda akan memulai pembelajaran mengenai ramalan dan pembacaan tanda-tanda, ia sendirian karena Dyas sedang ke festival sihir di Amorea, dan ia berjanji akan menyusul Zelda ke kerajaan sekitar setengah jam lagi.
Di ruangan yang penuh dengan aroma rempah dan cahaya lembut dari lilin-lilin yang disusun mengelilingi mereka, Zelda tersenyum hangat pada Luna. "Hari ini, Luna, kita akan mulai belajar tentang ramalan dan seni membaca tanda-tanda," katanya sambil mengangkat satu set kartu tarot dan sebuah bola kristal berukuran kecil di hadapannya.
Luna mengangguk, antusiasme terpancar dari wajahnya. "Jadi, apa yang sebenarnya harus kulakukan, Zelda? Apakah aku hanya perlu merasakan energinya atau ada teknik khusus?"
Zelda tersenyum lebih lebar mendengar pertanyaan itu. "Bagus, pertanyaan yang sangat tepat untuk permulaan. Ramalan itu memang tentang merasakan, tetapi juga memahami makna simbol dan pesan yang disampaikan oleh tanda-tanda di sekitarmu," jelasnya lembut. "Hari ini, kita akan mulai dari kartu tarot. Setiap kartu ini memiliki cerita, dan tugasmu adalah menyelami ceritanya."
"Seperti membaca buku?" tanya Luna sambil meraba salah satu kartu di antara jemarinya.
"Ya, tepat sekali. Seperti membaca buku, tetapi kamu tak hanya membaca dengan mata—kamu membaca dengan hati dan naluri." Zelda melanjutkan, "Aku ingin kau membiarkan instingmu memandu saat kau menyentuh kartu-kartu ini. Mulailah dengan menyentuhnya satu per satu dan fokus pada perasaan atau gambaran yang muncul."
Luna menghela napas pelan, menyiapkan dirinya. "Aku siap," katanya mantap, kemudian menyentuh kartu-kartu di hadapannya.
Zelda memperhatikan dengan bangga, yakin bahwa kemampuan bawaan Luna akan membimbingnya jauh di dunia ramalan dan membaca tanda-tanda, sebuah seni yang membutuhkan ketenangan pikiran dan kejernihan hati. Mereka terus melanjutkan, sementara Zelda dengan sabar membimbing Luna untuk menyelami dunia misterius di antara realitas dan isyarat tersembunyi.
"Tapi Zelda..." Luna sedikit khawatir.
"Ada apa, Luna?" tanya Zelda tenang.
"Bukankah... Bukankah jika aku mengetahui masadepan itu adalah sesuatu yang menakutkan? Bagaimana jika aku tidak siap menghadapi itu?" Luna mencoba menyuarakan ketakutannya.
"Hidup ini penuh misteri, Luna, sedikit saja "tanda" yang kita ketahui darinya, tidak lantas membuat kita bisa mengetahui semua scenario yang di atas, bisa dibilang, ini hanyalah semacam ancang-ancang, atau persiapan..." Zelda menjelaskan dengan sabar. Luna mengangguk-angguk, paham. Ketertarikannya yang sempat sirna karena rasa takut, kini Kembali muncul dengan semangat baru, terutama tentang misinya, yakni menjelajahi misteri hidupnya sendiri.
Luna kembali memegang kartu-kartu tarot itu, tidak seperti penyihir yang lain yang bisa melihat dengan mata, gadis itu mencoba meraba setiap titik dan simbol misterius pada kartu itu ; mencoba menerjemahkannya. Zelda sengaja memberikan kartu khusus ini padanya, ini adalah kiriman dari Adara, sahabat penyihirnya yang juga tunanetra dari negeri lain yang tak jauh dari sini.
Setelah merasa sedikit pusing, mual dan berkeringat, Luna meletakkan kartu itu kembali ke meja, ia meminta waktu istirahat sejenak, ternyata menerjemahkan tanda-tanda bisa menguras energinya.
Zelda dengan cepat menyadari kelelahan yang dirasakan Luna. Ia segera menuangkan teh madu dari teko kecil yang ada di samping meja dan menyodorkan cangkir hangat itu kepada Luna. "Minumlah, ini akan membantumu merasa lebih baik," kata Zelda dengan lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
TIBA-TIBA MENJADI PUTRI
Teen FictionApa yang terlintas di benakmu Ketika kamu terbangun dari tidurmu dan menyadari bahwa kamu tidak berada di tempat yang kamu kenal? Pertanyaan yang sama juga ada di benak Alunanda Sagita, seorang siswi SMA penyandang tunanetra yang sedang mengikuti ke...