***
"Saya adalah Rozart Kaleon Oliver, sebuah kehormatan dapat membantu dalam proses persidangan ini."
"Bukankah itu Tuan Oliver? Ia sangat sulit ditemui, tapi bagaimana bisa ada di sini?"
"Aku juga terkejut. Ada hubungan apa beliau dengan Nona Lilian?"
"Tuan Oliver sangat tertutup. Aku dengar hanya Duke Winterwood yang dapat berhubungan dengan bebas padanya. Bahkan Baginda Raja saja kesulitan mengendalikannya."
"Ini hebat."
"Tuan Rozart, beliau lebih muda dari bayanganku."
"Beliau sangat muda dan tampan."
Lilian melirik ke aran Leon. Ini, orang ini kan Leon. Lilian menutup bibirnya rapat-rapat. Kenapa dia memperkenalkan diri sebagai Rozart? Apa Leon sudah gila?
Lilian tak sempat bicara karena hakim langsung meminta Leon untuk bicara. Pria itu membeberkan alasannya mengapa Lilian tidak bersalah dalam hal ini. Ia bahkan membawa sebuah alat sihir yang dapat membantu argumennya. Di sisi lain, Leon sudah menahan seseorang yang kemungkinan besar akan melarikan diri jika ia muncul. Sejak tadi, ia menyembunyikan auranya supaya orang itu muncul di persidangan.
"Jika Anda semua penasaran, siapa pelakunya. Maka mari kita lihat yang satu ini."
Dengan sebuah belenggu di sekujur tubuhnya, seseorang masuk ke tengah-tengah ruang sidang. Tampak jelas wajahnya. Mirip dengan mendiang pemimpin menara sihir, hanya saja yang ini lebih muda. Carlo Volderno. Ia adalah putra dari mendiang pemimpin menara sihir. Orang yang dicari-cari oleh Leon.
"Saya telah mencarinya sejak lama setelah menyebabkan kekacauan di menara sihir. Dia mempelajari sejumlah sihir terlarang dan menggunakannya untuk sebuah kejahatan. Selama ini, ia pandai sekali menyembunyikan aura dan mananya, sehingga butuh waktu yang agak lama untuk menemukannya. Saya berterima kasih pada Lady Winterwood, karena secara tidak langsung, telah membantu saya menemukannya."
Semua orang kini mengerti. Ternyata dalangnya adalah Carmina Sharten. Putri Viscount Sharten itu nampak panik sekarang. Ia bahkan menggeleng. Melihat ke arah Alan dan mencoba untuk meyakinkan Alan bahwa ia tidak bersalah.
Tapi Alan memalingkan wajahnya. Ia tidak berpikir bahwa Carmina yang lemah lembut dan polos dapat terpikirkan cara jahat seperti ini.
"Tapi saya melakukan ini bukan karena saya ingin." ujar Carmina.
Ia melihat ke arah ayahnya yang duduk di kursi para tamu undangan.
"Saya melakukannya karena ayah saya menggunakan sihir hitam untuk mendapatkan kekayaan! Saya terpaksa! Jika saya tidak menukar jiwa saya dengan Nona Winterwood, saya akan mati sebagai tumbal!" Perkataan mencengangkan itu kembali membuat heboh satu ruangan.
"Sa-saya tidak berbohong, Yang Mulia! Ia hendak memanggil iblis untuk meminta harta, dan saya dipilih sebagai tumbalnya! Sa-saya juga melihat ruangan rahasia itu! Ada di bawah ta--"
"Apa yang kau katakan Carmina! Tutup mulut kotormu itu!" teriak Viscount.
"Ini bukan omong kosong, silakan kalian lihat sendiri! Saya tidak berbohong!"
Jangankan hakim dan jaksa, Pangeran Alan juga dibuat bingung. Pasalnya jika benar apa kata Carmina, maka bukan hanya Carmina yang akan dihukum atas semua kejahatan ini.
Lilian tersenyum tipis di tempatnya. Ia tidak perlu mengungkap borok Viscount karena Carmina yang lebih dulu melakukannya.
Maka, ia akan bekerja sama untuk menyerahkan bukti-bukti kejahatan Viscount yang lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Your Typical Romance Fantasy Story
ContoIt's just a oneshot/short story. Don't forget to vote and comment. *** Dipelopori oleh ide yang seret dan kemalasan mengetik. 🪴🪴🪴