🌲Father Of Yours (6) | [END]

734 27 2
                                    

****

"Ayah, aku dan Adik sakit."

"Lumi, jangan merengek terus, Nak. Bermainlah dengan Rosalin."

"Ayah tidak dengar ya?! Aku dan Adik sakit!" Lumina berteriak sekencang mungkin di samping ayahnya. Membuat Randall pusing sendiri. Ia meletakkan penanya dan menatap Lumina.

"Mengapa Lumi jadi nakal sekarang?" tanya Randall.

"Aku tidak pernah menjadi nakal karena Ibu selalu bilang supaya aku jadi anak baik. Apa Ayah tidak lihat? Wajahku pucat dan keningku panas, Rosa juga begitu. Kenapa Ayah selalu bekerja dan mengabaikan kami?!"

Lumina bertingkah manja dan selalu berteriak di depan Randall setelah Malea pergi. Kini sudah 2 bulan sejak Malea meninggalkan mansion ini. Seperti pesan Malea, Lumina menjaga dirinya dengan baik dan menjaga adiknya juga. Tapi mereka terlalu merindukan Malea sehingga mereka kerap kesulitan untuk tidur di malam hari.

"Katakan pada Butler untuk membuatkan makanan kesukaan Lumi dan Rosa." ucap Randall.

"Sepertinya Ayah bahkan tidak akan bersedih jika aku dan Adik pergi. Ayah bahkan tidak mencari Ibu! Ayah, jika Ayah membenci Ibu maka itu artinya Ayah juga membenci kami!" Lumina berlari keluar dari ruang kerja Ayahnya.

Randall memijit pelipisnya yang berdenyut. Ia juga tak menyangka Malea akan kabur seperti itu. Ia pikir karena wanita itu tak ingin berpisah dengan anak-anak, maka ia tak akan kemana-mana. Memangnya kenapa sehingga Malea merasa perlu untuk pergi dari mansion ini? Bukankah ini yang dia inginkan? Bukankah ia ingin menjadi Nyonya rumah ini karena merasa mirip dengan Lusiana?

Di tempat lain, Rosalin menunggu kedatangan kakaknya. Begitu Lumina masuk ke dalam kamar, Rosalin menghampirinya. "Bagaimana, Kak?"

Lumina menggeleng.

"Ayah bahkan tak ingin bermain dengan kita. Sepertinya kita perlu menjalankan rencana yang selanjutnya." kata Lumina.

"Aku akan mengemasi semuanya." Lumina mengangguk. "Kakak, kita harus meminta koki membuat kue kesukaan Ibu." Lumina mengangguk lagi.

"Aku dengar, kita hanya perlu menyewa kereta kuda. Tapi sepertinya kita tidak bisa melakukannya."

"Mengapa?"

"Karena jika kita keluar dari kota dengan kereta kuda, bisa saja mereka akan mengenali kita. Kita harus menumpang kereta yang mengangkut bahan makanan. Aku sering melihatnya keluar masuk pintu belakang mansion." ujar Lumina.

"Kalau begitu, kita harus masuk diam-diam."

"Rosalin pandai. Sekarang kita berkemas. Kita harus bertemu Ibu secepatnya." Rosalin memeluk kakaknya dengan erat.

Beberapa jam kemudian, seperti yang telah direncanakan oleh kedua anak kecil itu, mereka mampu menyelinap diam-diam masuk ke dalam kereta kuda yang membawa bahan makanan ke mansion kediaman Sorvel. Ketika kereta itu mulai bergerak keluar dari halaman belakang mansion, Lumina membuka penutup yang menyembunyikan keberadaan keduanya.

"Kakak, sampai kapan kita harus naik kereta ini?"

Lumina menatap sang adik. Mereka tak bisa terus menaiki kereta kuda ini karena mereka tak tahu kereta ini akan kemana. "Bagaimana jika kita keluar saat kereta ini berhasil keluar dari kota?" Rosalin mengangguk. Ia tak tahu caranya, tapi kakaknya adalah orang yang pandai, jadi Rosalin tidak khawatir.

"Makan ini." Rosalin mengulurkan apel merah pada Lumina.

"Terima kasih." Mereka memakan buah apel itu hingga tak sadar kereta sudah melaju mulai meninggalkan kota. Kereta itu melewati check point dengan aman. Lumina merasa lega. Seharusnya kereta ini berhenti di suatu tempat yang tak terlalu jauh dari distrik Luis-75. Ada banyak sekali distrik, tapi Lumina masih ingat kata gurunya, daerah yang paling subur di Sorvel adalah distrik Luis-37 dan Luis-75. Yang paling dekat dengan kota adalah Luis-75. Seharusnya mereka berhenti di sana.

Not Your Typical Romance Fantasy StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang