Missing You

125 11 2
                                    

Semua orang bersorak dan saling bersulang. Joni membawa seluruh karyawan beserta modelnya untuk makan malam dan berpesta bersama dengan membuka ruang tamu dan ruang santai salah satu villanya. Hampir seluruh model, terutama model yang sudah senior dan yang sedang naik daun, berpartisipasi di Jakarta Fashion Week beberapa hari sebelumnya dan Joni ingin mengapresiasi pencapaian mereka.

Julius berkali-kali memeriksa jam di tangannya. Acara sudah dimulai dua jam yang lalu. Bahkan semua makanan utama sudah hampir habis. Saat ini semua orang sedang menikmati minuman dan makanan sambil mengobrol satu sama lain. Ada juga yang memanfaatkan karaoke yang tersedia untuk menghabiskan suara mereka. Kecuali Julius. Bahkan Jesse di sebelahnya sedang mengobrol dengan manager lain.

Bagaimana Julius bisa tenang. Joni bilang ini makan malam bersama seluruh karyawan dan model. Apa Marshal bukan termasuk karyawan? Kenapa managernya itu lagi-lagi absen di kegiatan yang harusnya dia ada, ada di samping Julius. Julius tidak ingin marah. Julius ingin biasa saja. Tapi apa dayanya, Julius merasa sebal tidak bisa melihat Marshal hari itu.

Sudah lebih dari satu bulan Marshal sering kali absen dari jadwal Julius. Lelaki itu hanya memastikan untuk muncul di meeting penting dan beberapa jadwal penting Julius seperti pemotretan dengan brand besar, fashion week, atau syuting perdana film. Banyak sekali jadwal syuting dan pemotretan yang perannya digantikan oleh Jese.

Bukannya Julius mengeluh karena bekerja dengan Jese. Jese sudah bersamanya hampir setahun lamanya. Dia sudah cukup mampu untuk mendampingi Julius. Jese tahu kebutuhan dan apa saja preferensi Julius terkait pekerjaannya. Tapi Julius mau Marshal.

Perhatian Julius tidak berada di tempat itu tentu saja. Pandangannya terpusat di ponselnya menanti kabar, jam tangannya atau sesekali memandang ke sekeliling tanpa fokus pasti.

Tapi sedetik itu ia asal melempar pandangan ke pintu utama villa itu, jantungnya berdetak lebih kencang. Marshal datang. Hoodie masih menutup kepalanya, melapisi kaos oversize berwarna putih dengan celana baggy membungkus kakinya.

Marshal mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan. Mencari satu orang. Julius.

Ketemu.

Marshal tersenyum lalu berjalan ke arah Julius, berhenti untuk menyapa Joni sebentar lalu menghampiri lelakinya itu.

"Hei," ujar Marshal setengah berbisik. Entah apa yang membuatnya begitu. Riuhnya suara orang mengobrol dan bernyanyi harusnya membuat Marshal bersuara lebih keras.

Marshal hanya tercekat. Atensinya terikat dan tidak bisa memikirkan hal lain selain lelaki dengan kemeja flanel dan celana hitam di depannya. Ia hanya ingin merengkuh dan mencium sang model kesayangannya.

Marshal merindukan Julius.

Julius mendengus, tidak bisa menyembunyikan rasa kesal yang menumpuk di dadanya. "Kirain lupa kalo masih kerja jadi manager gue."

Marshal terkekeh lalu tangannya reflek mengacak rambut Julius gemas. "Mana bisa gue lupa."

Lagi-lagi Julius mendengus. Tapi kali ini ia tidak bisa menyembunyikan senyumnya. Merasa lega bahwa Marshal sudah datang.

Acara berlangsung hingga lewat tengah malam. Beberapa orang memilih untuk tidak tidur dan bersenang-senang hingga pagi. Beberapa orang memilih untuk menginvasi kamar-kamar yang disediakan. Dan beberapa orang, termasuk Marshal dan Julius, memilih untuk mengakhiri hari dan pulang.

Setelah berpamitan pada Joni dan mengabari Jese, Julius keluar dari villa itu diikuti oleh Marshal di belakangnya. Tidak hanya berdua. Ada beberapa orang yang juga memilih untuk pulang bersama mereka. Di parkiran, Julius menuju mobilnya di ujung kiri saat orang lain ada yang masuk ke mobil van perusahaan untuk kembali ke kantor bersama dan mengambil kendaraan mereka atau menumpang hingga tempat tinggal mereka.

A Story of Marshal & Julius - MarkMin AUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang