07. Adik

56 6 0
                                    

Lian Hua berdiri di hadapan Wang Zifei dengan kepala yang tegak. Rambut panjangnya yang selalu tertata rapi kini berantakan. Wajahnya begitu pucat, bibirnya kering dan matanya sembab. Pakaian putih tipis yang ia gunakan tidak berguna untuk mengusir hawa dingin yang ia rasakan, sangat berbeda dengan mantel bulu lembut maupun sutra terbaik yang selalu ia gunakan.

Akan tetapi, Lian Hua kini mulai sadar, itu semua bukan miliknya. Sejak awal semua kemewahan yang ia dapatkan bukan miliknya.

Menatap mata seorang pria yang selama ini ia anggap akan menjadi pasangan seumur hidupnya, Lian Hua harus tertawa pahit melihat tidak ada sedikitpun emosi yang diperlihatkan Wang Zifei untuk dirinya. Di sana ia kembali tertampar kenyataan, termasuk sang pangeran sendiri, bukanlah miliknya, serta sejak awal, sang pengeran tidak pernah menyukainya.

Lian Hua seperti kembali ketika mereka pertama kali bertemu. Ia bersembunyi di balik pohon dari kejaran dayang istana yang selalu mengikutinya, mengerjai mereka dan tertawa ketika mereka berteriak ke sana kemari mencarinya dengan wajah yang panik. Ia hanya ingin melihat pangeran Wang Zifei, calon tunangannya, tetapi orang-orang ini terus-terusan menghalanginya.

Ia berlari ke kediaman tempat utusan dari kerajaan Zhanshi berada, dan disanalah ia melihat seorang pemuda nan tinggi, menggunakan jubah hitam yang menatap jauh ke arah danau. Ujung jubah beserta rambutnya terbang dibawa angin. Dari samping, matanya seperti menatap begitu jauh, keningnya bertaut namun tidak ada satupun ekspresi yang terlihat di wajah itu. Lalu tiba-tiba saja, sebuah senyuman tipis muncul di wajah yang begitu tenang.

Lian Hua terpaku, dadanya berdesir, sebuah perasaan aneh langsung menggerayangi seluruh tubuhnya. Ia menyentuh dadanya, bertanya apakah perasaan itu.

Akan tetapi, senyuman itu segera menghilang di saat Lian Hua mendekat, tergantikan dengan wajah yang begitu dingin, beserta mata yang mamandangnya tidak peduli. 

Sekarang, sudah lima tahun berlalu, dan mata itu masih menatapnya dengan pandangan yang sama. Malah terlihat semakin dingin dari sebelumnya.

"Kau pasti senang." ujar Lian Hua, menampilkan senyuman mencemooh dari wajah pucatnya. "Akhirnya kau lepas dari wanita sepertiku. Sejak awal aku tahu betapa tidak sukanya kau dengan pertunangan ini, dengan diriku." Lian Hua menggigit bibir bawahnya, menahan air mata yang hendak keluar. "Hah, selamat, wanita pelayan itu ternyata adalah seorang putri. Kau bisa menikahinya sekarang." tawanya dibuat-buat yang kemudian berhenti.

"Tetapi setidaknya kau tidak seperti yang lain, kau tidak pernah berpura-pura menyukaiku. Setidaknya, dalam enam belas tahun kehidupanku, kau adalah yang paling nyata dari semuanya." Lian Hua mengangkat kepalanya, menatap langit yang mendung. Ini adalah terakhir kalinya ia melihat langit itu dari ibu kota Yishu seperti ini.

"Aku tidak akan meminta maaf atas apa yang telah aku lakukan padamu. Aku tidak menyesal sama sekali. Mungkin ini adalah terakhir kalinya kita bertemu, namun aku ingin kau selalu mengingat diriku." Lian Hua menunjukan seluruh perasaannya dengan jelas dari matanya, ia menatap Wang Zifei dalam. "Aku juga ingin hidupmu tidak tenang. Aku harap kau tidak pernah merasa bahagia dalam hidupmu." Lian Hua memberikan penghormatan terakhirnya untuk Wang Zifei sebelum ia berbalik, meninggalkan masa lalunya, baik kehidupannya sebagai seorang putri maupun cinta pertamanya kepada Pangeran Wang Zifei yang ia kagumi sejak lama.

.........

Lian Hua bersama para tahanan yang lain berjalan dengan lemah. Sudah dua hari mereka lalui dari dua bulan perjalanan menuju Perbatasan. Orang-orang yang lebih tua akan selalu mengeluh dan tidak sedikit dari mereka yang pingsan, namun para penjaga ini seolah tidak peduli sedikitpun. Mereka akan berhenti untuk beberapa saat, namun itu semua tidak cukup untuk menghilangkan rasa penat serta lelah yang melandanya.

The Bloom of Your Flower Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang