Bab 40

1.3K 149 91
                                    

















"Permisi tuan Demian, ada kiriman untuk anda".

"Kiriman?" Tanyanya bingung.

"Iya tuan".

"Bawa kemari" Titahnya.

"Baik".




Demian menyernyitkan keningnya, karena merasa jika dirinya tak memesan apapun tapi kenapa ada kiriman untuknya, lantas ia bangkit dari kursinya lalu berjalan mendekati koper yang lumayan besar itu, dengan santai ia memperhatikan dan memeriksa koper itu.

Raut wajahnya langsung berubah setelah membuka koper tadi, mata elangnya memancarkan aura mencengkam, tatapannya benar-benar berubah menjadi tajam dan menunjukkan kemarahan yang besar.

"Gadis bodoh ini, benar-benar tak berguna" geramnya.



'𝘽𝙧𝙪𝙜𝙝𝙝'



Demian menendang koper yang berisi mayat seorang gadis, ia benar-benar tak habis pikir bisa-bisanya dapat kiriman mayat seseorang yang sudah ia jadikan boneka untuk menghancurkan orang-orang yang berurusan dengannya.


"Kanaya, kau pantas mati. Karena kau sudah menghianatiku dan lalai dalam tugasmu" Ucap nya.

"Jadi terima saja nasib malangmu itu" tekannya.

"MAX" panggilnya.

"Ya, tuan" Jawab Max.

"Buang mayat busuk ini" Titahnya.



Max langsung menatap koper berisi mayat Kanaya, lalu Max menutup kembali koper itu dan membawanya keluar ruangan. Menyusahkan, itu yang ada dipikiran Max saat ini.

Demian memejamkan mata menahan emosinya yang sudah memuncak, siapa yang mengirim mayat gadis tak berguna itu padanya.



"Zion tunggu sebentar lagi boy, Daddy akan menjemputmu" Ucapnya berseringai.

"Dad" Panggil seseorang.

"Ada apa?" Tanyanya.

"Kapan? kenapa lama sekali".

"Sebentar lagi, Zion akan bersama kita dan selamanya bersama kita" Jawab Demian menatap lekat figura foto Zion.

"Dia sangat mirip dengan mommy mu" Ucapnya tersenyum kecut.

"Berhenti menyebut wanita sialan itu, dia bukan mommy ku" Sahut seseorang tadi.

"Ya, kau benar" Setuju pria itu.





















Maria duduk disofa kamarnya, ia nampak gelisah memikirkan saat ia datang ke mansion utama dimana Zion kembali menolak kehadirannya.

"Aku harus bagaimana" Gumam Maria gelisah.



Sementara diruang keluarga, ada Devanno dan Devinna yang sedang menonton televisi.


"Vann" Panggil Devinna

"Apaan" Sahut Devanno yang serius menonton.

"Mommy jadi aneh, kamu nyadar ga?" Ucap Devinna menatap kembarannya itu.

"Entah, tapi aku rasa ada yang mommy sembunyiin deh" Ujar Devanno.

"Nah, berarti bukan aku aja yang curiga" Timpal Devinna.





Keduanya saling pandang lalu kompak mengangkat bahu mereka, karena keduanya sering melihat Maria yang selalu terlihat gelisah dan seperti mempunyai masalah besar tapi dirahasiakan.

Transmigrasi : The Death I WantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang