Bab 38

1.6K 198 98
                                    



























Pagi sekali Zeon sudah lebih dulu bersiap, lalu ia membangunkan Zion yang masih bergulung dengan selimut. Zeon berkacak pinggang, ia menatap malas kembarannya yang masih betah bermimpi.

Zion membuka matanya dengan jantung yang berdegup kencang, ia menatap linglung Zeon yang tersenyum padanya. Namun taklama Zeon panik saat Zion mengeluarkan air mata, apa dia keterlaluan karena menarik tangan kembarannya hingga langsung terbangun.




"Sakit" Lirih Zion dengan suara parau, membuat Zeon semakin panik.

"Maaf gue ga sengaja, mana yang sakit" Khawatir Zeon.

"Dada gue sakit" Jawab Zion meremat kuat dadanya, bahkan kepalanya terasa sangat pusing.




Mendengar jawaban Zion membuat Zeon dikalang kabut saking paniknya, dengan perlahan ia mengelus dada Zion agar mengurangi sakit dan sesak.

Sementara Zion masih menahan sesak dan rasa pusing dikepalanya, yang menjadi masalahnya adalah samar-samar ingatan wajah seseorang membuat Zion langsung terdiam.

Zeon terus menenangkan Zion, ia tak mau trauma saudara kembarnya itu kambuh. Cukup waktu itu saja Zion bergelut dengan traumanya, tapi sekarang jangan sampai Zion  kembali terpuruk oleh trauma itu.

Perlahan Zion mulai tenang dan bisa menjawab pertanyaan Zeon, walau ia masih linglung dan tak fokus tapi masih bisa mendengar jelas ucapan Zeon.



"Zi, dengarkan?" Tanya Zeon khawatir.

"Ya, tapi gue kaya dicabut nyawa terus hidup lagi" Jawab Zion.

"Maaf, tadi gue ga sengaja" Timpal Zeon merasa bersalah.

"Lo inget waktu Opa narik kita buat bangun, kan" Ucap Zion.

"I-iya, gue inget" Balas Zeon gugup.

"Rasanya kaya gitu" Ujar Zion, membuat Zeon tersenyum kikuk alias merasa bersalah.

Jelas ia tau rasanya, ketika Sebastian menarik mereka yang tengah tertidur pulas saat akan berlibur ke pantai waktu itu.




Zeon mundur beberapa langkah saat Zion mendorongnya, ia melihat tatapan menusuk dari kembarannya itu. Sial, kenapa dia melakukan kesalahan lagi padahal mereka baru saja akrab tapi sekarang malah jadi berantakan.

Akhirnya Zeon hanya menunggu sambil mengotak-ngatik ponselnya, taklama Zion keluar dari kamar mandi. Sekali lagi Zeon  membuat Zion jantungan dengan menariknya untuk duduk, lalu Zeon membantu mengeringkan rambutnya.



Setelah mengeringkan rambut Zion, kini Zeon  memasangkan dasi dan merapikan seragam Zion. Melihat kembarannya sudah rapi Zeon mengangguk puas, lalu ia membawa tas Zion dan juga tasnya.

Sedangkan Zion hanya acuh, dia bahkan lebih dulu keluar kamar disusul oleh Zeon yang memasang wajah datar, sebab ia memikirkan bagaimana cara agar bisa lebih akrab dengan Zion.





"Muka lo ga pantes, so cool gitu" Celetuk Zeon, saat mereka sudah berada didalam lift.

"Ya" Balas Zion.

"Ga jel--"..

"Ngomong aneh gue tabok ya mulut lo" Potong Zion.

"Dihh, serem kagak jijik iya" Ucap Zeon menatap julid Zion, yang kini merotasikan matanya malas.







Sarapan kali ini sedikit tenang karena Zion nampak tak banyak tingkah, Altas dan Sebastian hanya bisa tersenyum saja toh nanti Zion akan bertingkah diluar nalar lagi.

Transmigrasi : The Death I WantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang