PT 26

1.5K 110 2
                                    

Saat sampai di kamar, jaemin menyiapkan segala kebutuhan Jeno setelah mandi. Kemudian dia duduk di balkon kamarnya dan melamun sambil menatap langit.

Tiba-tiba ia rindu dengan bundanya, harusnya dia punya tempat berbagi cerita ketika hidup berumah tangga seperti ini. Apalagi ia belum berpengalaman sama sekali, kepada siapa dia harus berbagi dan meminta saran. Haechan bukan orang berpengalaman dan tidak mungkin dia cerita hal ini dengan ayahnya. Dia tidak punya ibu untuk berbagi dan tidak punya ibu mertua juga untuk berdiskusi.

" Bunda, Nana harus apa?" Ucap jaemin sambil menatap langit.

" Nana bingung Bun, katanya dominan kalau udah nikah, butuh nafkah batin. Kalau ga di kasih, Nana bakal berdosa dan Nana ga mau om Jeno jajan di luar. Emangnya Nana, se ga menarik itu ya Bun, sampai om Jeno ga tertarik sama sekali sama nana. Nana berhenti aja kali ya Bun, buat goda om Jeno. Kayanya dia ga suka orang manja dan kurus kaya Nana. Tapi, kalau nanti om Jeno punya yang lain di luar gimana?, Nana ga mau jadi janda di usia muda, nanti Nana bakal sama siapa?"

" Kalau tau nikah bakal seribet ini, Nana bakal nolak waktu itu Bun. Mending Nana fokus sama sekolah aja. Percuma juga Nana nikah, toh om Jeno sibuk kerja, ayah juga sibuk kerja. Nana cuma di temani tidur doang, kalau memang om Jeno tugasnya jagain Nana, selama ini kan dia juga jaga Nana, kenapa harus nikah sih. Mikir hal kaya gini aja, udah bikin Nana insecure, Bun."

Jaemin menghela nafas dalam, obrolan ia bersama haechan dan Mingyu tadi membuat dia jadi kepikiran dan over thinking. Dia memang orang yang gampang overthinking dan omongan seperti itu akan menggangu pikirannya. Sepertinya dia harus mengikuti saran Mingyu, dia tidak ingin Jeno memandangnya rendah karena dia yang terlalu manja dan seolah-olah selalu menggoda Jeno. Mungkin memang benar ucapan Mingyu, hubungan mereka memang lebih ke kakak dan adik, bukan suami dan istri. Jadi, jaemin harus bisa menempatkan diri, biar semua terjalin sesuai berjalannya waktu saja.

Di tengah lamunannya, Jeno datang dan duduk di sampingnya. Tentu saja hal itu membuat jaemin kaget.

" Lagi ngelamunin apa sih ?"

" Ga papa mas, Nana cuma lagi kangen bunda aja."

" Lagi curhat sama bunda ya, lagi bahas apa sih, cantik?" Balas Jeno sambil mengusap kepala jaemin.

" Ga bahas apa-apa kok mas, mas udah makan malam?" Ucap jaemin mengalihkan pembicaraan.

" Sudah tadi, sebelum pulang mas makan dulu di jalan. Soalnya, mas tau. Kamu pasti udah makan juga tadi sama haechan. Kenapa ga ngabarin mas dulu, kalau kamu udah pulang."

" Nana lupa mas, Nana ke asyik an ngobrol sama haechan. Maaf ya mas."

" Ga papa. Mas senang, kalau Nana happy."

" Iya mas, kalau gitu kita tidur aja yuk. Nana udah capek banget, ngantuk juga."

" Yaudah, ayok kita tidur."

Mereka pun kembali ke dalam kamar, Jeno menutup pintu kamar dan jaemin mengganti pakaian dan memakai skincare nya terlebih dahulu ke kamar mandi.

Saat jaemin keluar kamar mandi, Jeno sedikit terkejut melihat penampilan jaemin. Malam ini, dia memakai piyama yang tertutup dan tidak seperti biasanya, saat tidurpun, dia tidak tidur memeluk Jeno, melainkan memeluk guling yang ada di sebelahnya. Ada apa dengan jaemin, sepertinya terjadi sesuatu sama anak ini.

" Nana ga mau, tidurnya mas peluk."

" Ga usah mas, kasian nanti tangan mas jadi pegal. Nana udah gapapa kok, udah ga mimpi buruk juga."

" Beneran?" Ucap Jeno memastikan lagi.

" Iya mas, ayo kita tidur. Selamat malam, mas Jen." Ucap jaemin dan setelah itu dia mulai memejamkan matanya.

Akhirnya malam ini, Jeno pasrah. Mungkin mood jaemin memang lagi ga baik, karena dia sedang rindu dengan bundanya. Mungkin besok, Jeno akan mengajak jaemin ke makam bundanya, siapa tau itu bisa mengobati rindunya.

----------

Saat pagi datang, jaemin bangun terlebih dahulu. Selesai mandi, ia membangunkan Jeno. Hal ini cukup membuat Jeno terkejut, biasanya jeno lah yang akan bangun lebih dulu.

" Mas Jen, ayo bangun." Ucap jaemin sambil menepuk pundak Jeno.

Jeno yang memang tidurnya gampang terusik, dia pun bangun dan langsung tersenyum ke arah istrinya.

" Selamat pagi, cantik. Tumben Nana bangun duluan, udah rapih juga. Nana mau kemana, sayang?" Tanya Jeno

" Ga kemana-mana mas. Kebetulan aja Nana bangunnya cepet. Ayo mas, mandi dan habis itu kita sarapan."

" Hari ini, mau jalan-jalan sama mas, ga?"

" Kemana?"

" Nanti kita ke makam bunda, habis itu kita nongkrong di cafe favorit Nana. Pasti Nana udah kangen kan, ngopi disana. Mau ga?"

" Boleh mas."

" Yaudah, kalau gitu, mas mandi dulu ya. Selesai sarapan, kita langsung ke makam bunda."

" Oke, Nana tunggu di bawah ya." Ucap jaemin dan langsung beranjak keluar

" Na, kamu ga lupa sesuatu kan?," panggil Jeno

" Lupa apa mas?," tanya jaemin balik.

" Beneran ga inget?," tanya Jeno lagi

" Apa sih mas, nanya yang jelas dong. Nana bingung."

" Yaudah, mas cuma bercanda." Ucap Jeno kecewa. Karena biasanya setiap bangun tidur, dia akan mendapat ciuman dari jaemin. Tapi, pagi ini malah tidak dapat sama sekali. Setelah semalam tidak tidur memeluk sang istri, paginya malah tidak mendapat ciuman.

ProtectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang