Sesuai janjinya, Jeno mengajak jaemin ke makam bundanya.
Saat sampai di sana, jaemin langsung saja menitikkan air matanya.
Dia duduk di sebelah makam sang bunda dan mengelus nisannya.
" Bun, apa kabar?" Ucap jaemin.
" Maafin Nana ya Bun, maaf kalau Nana berpikir buruk soal pilihan bunda. Maaf kalau Nana punya pikiran menyesal dengan pilihan Nana saat ini. Bunda tau kan, Nana orangnya gampang overthinking. Banyaknya omongan dari luar membuat Nana berpikir macam-macam. Gara-gara hal ini saja, Nana sampai kaya gini, gimana Nana menghadapi masalah kedepannya. Bun maafin Nana, kayanya mental Nana memang belum Mateng untuk berumah tangga, Nana ga punya tempat diskusi yang bisa mengarahkan Nana buat jalani ini Bun. Nana takut, jika om Jeno sebenarnya melakukan ini hanya karena hutang Budi dan ga enak sama kita Bun. Nana takut, dia sebenarnya risih dengan sikap manja Nana. Sikap baiknya selama menikah, mungkin saja itu karena dia kasihan sama Nana, dia berusaha menghibur Nana di saat Nana sedang berduka." Ucap jaemin dalam batinnya.
" Bunda, Nana butuh bunda. Cuma bunda yang bisa menghilangkan pikiran Nana yang terlalu overthinking, cuma bunda yang bisa paham dan bisa menempatkan diri dalam masalah Nana. Bun, Nana sebenarnya masih merasa kesepian, tidak semua bisa Nana sampaikan kepada ayah maupun om Jeno. Kenapa bunda ninggalin Nana begitu cepat dan di saat Nana memang butuh bunda banget. Nana pikir, omongan om Mingyu memang benar Bun, Nana dan om Jeno itu memang sudah nyaman dengan hubungan kakak dan adik, rasa nyaman yang om Jeno berikan selama ini memang cara dia untuk menyayangi Nana sebagai adiknya. Bun, Nana ga berharap sama hubungan Nana dan om Jeno kedepannya. Maaf jika nanti, kami bakal berhenti karena memang hubungan yang kami jalani memang lebih pantas sebagai kakak dan adik. Maafin Nana ya, Nana harap bunda tidak kecewa."
Setelah mengucapkan itu semua, jaemin menangis meraung. Hal itu membuat Jeno langsung sigap memeluknya, dia selalu sakit setiap mendengar raungan jaemin. Ntah apa masalah yang di hadapi jaemin saat ini, cerita apa yang baru ia sampaikan kepada bundanya, Jeno tidak tau. Dia juga tidak bisa memaksa jaemin untuk menceritakan semua hal padanya.
" Nangis aja sampai puas, sampai Nana lega, jika itu bisa membuat rasa rindu Nana ke bunda lepas dan beban Nana sedikit terangkat." Ucap Jeno sambil mengelus pundak jaemin.
Jeno menatap makam winwin, cukup lama mengenal jaemin, dia tau kalau jaemin sedang menyembunyikan sesuatu.
" Bun, Jeno tidak tau masalah Nana apa. Beban apa yang sedang dia pikirkan. Jeno harap, itu bukan tentang Jeno atau sesuatu yang membuat Jeno gagal selama ini menjaga Nana. Bun, tolong kasih petunjuk, Jeno juga takut memaksa Nana cerita ke Jeno." Batin jeno
Jeno mendekap tubuh jaemin dan mengusap-usap punggungnya.
" Udah ya, Nana kalau ada masalah, Nana cerita ke mas, ya sayang. Jangan di simpan sendiri, tujuan orang-orang menikah itu ga cuma tentang hubungan suami istri saja sayang, tapi juga tempat melepas lelah dan tempat diskusi. Mas ga tau, masalah Nana saat ini apa, tapi mas Pahan, kalau Nana saat ini lagi banyak pikiran, mas tau kalau Nana anaknya gampang overthinking, apapun masalah Nana, semua ada jalan keluarnya, jangan selalu berpikir buruk untuk sesuatu yang belum terjadi, Nana bisa diskusi dengan mas, mas bakal bantu Nana cari solusinya bareng-bareng. Kamu, dengar sayang?." Ucap Jeno lembut.
Begitu puas menangis, jaemin mengurai pelukannya dengan Jeno. Dengan sesegukan, ia menatap Jeno dan menganggukkan kepala.
" Sekarang kita pergi ya, pamit dulu ke bunda." Ucap Jeno sambil menghapus sisa air mata jaemin dan menyibak rambutnya yang menutupi mata.
Setelah itu, mereka pergi meninggalkan makam dan mampir ke cafe langganan jaemin.
" Nana duduk duluan ya, biar mas saja yang pesankan. Menunya seperti biasa kan?" Tanya Jeno dan jaemin pun menganggukan kepala, kemudian duduk di salah satu meja yang kosong.
Setelah selesai memesan menu yang akan mereka santap, Jeno memilih duduk di sebelah jaemin.
" Ini kopi kesukaan Nana dan cake nya."
" Banyak banget, cake nya mas?"
" Biasanya kan Nana juga gitu, nyicip-nyicip semua. Biar Nana kenyang juga, kopi kesukaan kamu itu terlalu pait, jadi harus di imbangi sama makanan kaya gini."
" Mas Jen, cuma pesan minum doang?"
" Biasanya juga kan kita makannya bareng sayang, mas ikut nyicip punya kamu juga."
" Mas ga jijik, makan sisaan sama Nana?,"
" Kok nanya nya gitu, kita udah biasa kaya gitu sayang. Ngapain juga mas jijik."
" Beneran?, atau makanannya di bagi dua aja ya?," jawab jaemin ngotot.
" Na, kamu kenapa sih. Mas kan bilang gapapa. Sisa mulut kamu juga bakal mas makan, sekarang ayo makan, jangan ngomong aneh-aneh lagi."
" Maaf mas," lirih jaemin
" Gapapa, sekarang lanjut aja ya." Balas Jeno lembut.
Jeno curiga, ada yang ngomong aneh soal dia dan jaemin. Kenapa jaemin sampai bicara seperti tadi padanya. Biasanya, sebelum menikah, jaemin tidak pernah ngomong seperti itu.
Untuk membantah pikiran buruk jaemin, Jeno pun mendapat kesempatan saat melihat ada noda cream di sudut bibir jaemin, dia mendekatkan wajahnya dan menjilat noda cream itu, kemudian mengecup bibir jaemin.
" Rasanya jadi lebih enak." Ucap Jeno tersenyum
Namun, reaksi jaemin biasa saja. Dia menganggap itu hanya goda an dari Jeno saja, yang berusaha menghiburnya.
" Jeno." Panggil seseorang dan itu mengalihkan perhatian jaemin dan juga Jeno.
" Juyeon, apa kabar?" Balas Jeno
" Baik. Wah, dia siapa?," balas pria tersebut.
" Perkenalkan, ini jaemin, istri gue." Ucap Jeno dan jaemin pun mengulurkan tangannya.
" Masih muda banget wajahnya, lo nikahin bocah ya jen, sama banget kaya Abang lo. Jangan-jangan juga karena hamil duluan." Ucap juyeon dengan wajah sombongnya
" Maksud Lo apa ya, ngomong kaya gitu. Segala bawa-bawa Abang gue."
" Ya kan si Mark sampai punya anak sama muridnya dan di keluarkan dari sekolah. Pasti Lo juga gitu, anak siapa yang Lo bikin hamil, di lihat-lihat sih orangnya bersih, bukan anak majikan Lo kan ini?" Tantang juyeon
" Tolong jaga mulut Lo, jangan asal bicara."
" Lah, gue ga asal bicara, emang faktanya Abang Lo begitu, udah pasti Lo juga gitu kan. Pantes aja kalian dari dulu ga kaya-kaya. Ga orang tua, ga anak kelakuannya sama. Hidupnya mentok-mentok jadi petani atau ga ya jadi babu orang." Ledek juyeon dengan smirk face nya.
" Mending Lo pergi, ini masih tempat umum. Jangan cari masalah sama gue, juyeon." Tekan Jeno
" Sensi banget Lo, liatin tuh ponakan Lo di kampung. Jangan keenakan Mulu di kota, saudara di kampung kesusahan ga di perhatiin." Setelah mengucap itu, juyeon langsung pergi meninggalkan meja mereka.
Jaemin tentu saja bingung dengan interaksi mereka berdua, sebenarnya siapa pria tadi. Kenapa omongannya begitu tajam kepada Jeno dan keluarganya. Dan kenapa dia membahas soal Mark yang sudah punya anak. Bukannya Mark belum menikah?

KAMU SEDANG MEMBACA
Protect
Romanceperjuangan lee Jeno dalam menjaga amanah dari orang yang berjasa dalam hidupnya. 🚫 misgendering 🚫 Mprag