Chapter 20- Clarissa- Grand Final

14 4 2
                                    

Aku duduk di belakang panggung, menunggu giliran untuk presentasi. Urutan tampil kali ini adalah Kayla, Arif, aku, dan terakhir Renjiro. Arif sedang mempresentasikan ide bisnisnya, dan sebentar lagi giliranku akan tiba.

"Clarissa, kamu bisa!" bisik Renjiro, yang berdiri di sampingku. Senyumannya memberiku sedikit ketenangan di tengah kegugupan yang menggebu. "Kamu sudah mempersiapkannya dengan baik."

Aku mengangguk, berusaha menenangkan diri. Ini adalah kesempatan untuk menunjukkan seberapa jauh rencana bisnisku telah berkembang.

Setelah Arif menyelesaikan presentasinya, aku melangkah maju. Langkahku sedikit bergetar, tetapi aku berusaha fokus pada juri di depan, terutama Tari, yang sudah mengenal karakter para peserta. Terungkapnya dia sebagai salah satu juri cukup membuatku terkejut.

"Terima kasih atas kesempatannya. Hari ini saya akan mempresentasikan ide bisnis saya, yakni Clatagor," aku memulai dengan suara tegas. Dengan percaya diri, aku menjelaskan satu persatu data di slide presentasiku, mulai dari visi, misi, hingga analisis pasar.

Saat sesi tanya jawab dimulai, Tari menunjukkan ketertarikan. "Apa yang membedakan Clatagor dengan usaha kuliner lainnya?"

"Sangat bagus pertanyaannya," aku menjawab, merasa kepercayaan diriku meningkat. "Kami menggunakan bahan-bahan lokal dan organik, mendukung petani setempat. Setiap hidangan kami dirancang dengan keseimbangan gizi yang baik, sehingga pelanggan dapat menikmati makanan lezat dan menerapkan gaya hidup sehat."

Dokter Adi mengangkat tangannya. "Bagaimana kamu memastikan kualitas bahan yang kamu gunakan? Apakah ada sertifikasi atau standar tertentu yang diikuti?"

"Pertanyaan yang sangat penting, Dokter. Kami akan bekerja sama dengan petani lokal yang sudah terverifikasi, dan kami juga melakukan pengujian rutin terhadap bahan-bahan yang kami gunakan untuk memastikan kualitas dan kesegaran."

Nia, juri lainnya, kemudian bertanya. "Bagaimana dengan strategi pemasarannya? Apakah kamu memiliki rencana untuk menjangkau lebih banyak pelanggan?"

"Ada beberapa pendekatan yang kami ambil," jawabku. "Kami berfokus pada pemasaran digital, bekerja sama dengan influencer kesehatan, dan mengadakan kelas memasak online. Ini memberikan nilai tambah kepada pelanggan dan mendidik mereka tentang pentingnya gaya hidup sehat."

Budi, salah satu juri, bertanya. "Apa tantangan terbesar yang kamu hadapi saat memulai bisnis ini, dan bagaimana cara kamu mengatasinya?"

"Tantangan terbesar adalah membangun kesadaran akan pentingnya konsumsi makanan sehat," jawabku. "Untuk menanggulangi tantangan tersebut, kami akan menjalankan kampanye edukasi di media sosial dan mengadakan demo masak di berbagai acara komunitas. Dengan begitu, kami berharap bisa mengubah persepsi masyarakat."

Tari kembali bertanya. "Apakah kamu memiliki rencana untuk mengembangkan menu? Seiring waktu, bagaimana kamu akan menjaga inovasi dalam hidangan?"

"Sangat bagus! Kami berencana untuk mengembangkan menu musiman yang mengikuti ketersediaan bahan lokal. Selain itu, kami juga akan melakukan survei kepada pelanggan untuk memahami preferensi mereka, sehingga kami bisa selalu menghadirkan sesuatu yang baru."

Dokter Adi bertanya lagi, "Bagaimana kamu akan menangani persaingan di industri kuliner yang sangat ketat ini?"

"Ada beberapa strategi yang kami gunakan. Kami akan terus meningkatkan kualitas produk dan layanan, serta membangun hubungan baik dengan pelanggan melalui program loyalitas. Kami percaya bahwa pengalaman pelanggan yang luar biasa adalah kunci untuk bersaing."

Sesi tanya jawab berlanjut, dan aku merasa semakin percaya diri. Pertanyaan dari Budi menambah tantangan. "Bagaimana kamu memastikan keberlanjutan dalam operasional bisnis ini? Apakah ada langkah-langkah yang diambil untuk mengurangi limbah?"

"Kami sangat memperhatikan keberlanjutan," jawabku. "Kami menggunakan kemasan ramah lingkungan dan mendukung praktik pengelolaan limbah yang baik. Selain itu, kami juga berencana untuk mendonasikan makanan yang tidak terpakai ke panti asuhan setempat."

Setelah pertanyaan demi pertanyaan bisa kujawab dengan baik, akhirnya presentasiku berakhir. Aku merasa bangga telah menyampaikan pesan yang ingin kusampaikan.

Setelah aku turun dari panggung, saatnya bagi Renjiro untuk tampil. Aku kembali ke belakang panggung dan melihatnya bersiap. Dia tampak tenang dan percaya diri, meskipun aku tahu tekanan yang dihadapinya.

Renjiro kemudian menjalankan presentasinya dengan sangat baik. Ia menjelaskan inovasi dalam bisnisnya dengan penuh semangat dan keyakinan, memikat perhatian semua orang yang ada di ruangan.

Setelah presentasinya selesai dan sesi tanya jawab berakhir, Renjiro tiba-tiba mengangkat tangannya.

"Maaf, ada video yang ingin saya tunjukkan," ucap Renjiro. "Saya harap ini akan menjelaskan beberapa hal lebih lanjut."

Video dimulai. Semua orang terfokus pada layar. Aku melirik ke arah Kayla yang tampak gusar. Wajar saja, karna dia merupakan salah satu pemeran dalam video yang ditampilkan.

Bersambung

BEST IN CLASS (SEGERA TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang