*revenons en arrière*

95 15 9
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.
.
.



“Wah mas mbaknya baru nikah ya? Selamat menempuh hidup baru mas, mbak. Apakah sudah booking kamar? Kita ada paket villa buat honeymoon dengan view langsung menghadap pantai, private pool, dan free breakfast. Mau book untuk berapa malam?” Mbak front office tersenyum sumringah, berbanding terbalik dengan kedua sosok didepan nya yang membeku di tempat.



Mark dan Jenica sontak melihat kearah bawah secara bersamaan, mengecek pakaian mereka yang memang terlihat seperti orang yang baru saja melaksanakan resepsi pernikahan. Muka keduanya memerah dan terlihat salah tingkah. Kini hampir pukul dua dini hari, disaat kantuk menyerang mana mungkin mereka memikirkan jenis kamar untuk sekedar beristirahat. 



Dalam hati Jenica merutuki Choi Siwon yang membawanya kedalam situasi tidak mengenakan seperti ini. Mbak front office itu melanjutkan ucapannya yang terus dibalas anggukan oleh Mark. Sepertinya pria itu tidak mau berlama-lama disini, melihat bagaimana pria itu terus mengiyakan dan langsung mengurus pembayaran. Jenica mau protes pun enggan. Pertama, dia ngak punya uang buat nyewa kamar sendiri. Kedua, dia udah terlalu ngantuk buat adu bacot sama Mark.



“Untuk 7 hari, ini kartunya. Bisa check-in sekarang ya, terima kasih” Manik Jenica membulat mendengar penuturan si mbak front office. 



TUJUH HARI? Artinya dia bakal terjebak sama mantannya selama seminggu woi?!



Bibirnya kelu hanya untuk mengucapkan sepatah kata, ia tahu Mark kesini untuk urusan bisnis. Namun bagaimana nasibnya berduaan dengan sang mantan? Mengingat masa lalu mereka yang seburuk itu, dan bahkan lebih cocok dibilang sebagai partner one night stand dibanding suami istri. Mereka nyaris gak punya chemistry selama nikah kecuali pas nganu.



Jenica mendesah lelah. Dia boleh kabur dari Choi Siwon, tapi sekarang malah terjebak dengan Mark Christoffel Geovanni, mantan tercintanya. Yah mau bagaimana lagi, Jenica ngak bisa ngapa-ngapain. Mau kabur lagi pun kemana? Dia buta arah dan sama sekali ngak punya uang. Tungkai lunglainya terus mengikuti kemana Mark membawanya. "Mungkin nasibku lebih baik disini dibanding dikawinin sama bapak-bapak yang anaknya bahkan seumuran gueh..."



Jenica ngelihat kearah sekitarnya, pemandangan pantai di malam hari terlihat begitu indah. Suara deburan ombak menyatu dengan lanskap langit yang bertabur bintang. Mark benar-benar menyewa villa yang direkomendasikan oleh si mbak front office ternyata! Villanya cantik banget, gaji Jenica sebulan bahkan mungkin ngak cukup buat nyewa villa ini sehari. Gajinya UMR Jogja, mungkin harus jual ginjal dulu baru bisa staycation disini. Yaah Mark emang orang kaya, dia ngak perlu mikir dua kali buat ngabisin uang, beda sama Jenica yang kayak anak kucing yang dibuang di kolong jembatan.



Tapi....kira-kira berapa banyak uang yang digelontorkan Mark untuk menginap di villa seluas ini? Kamar ini benar-benar didesain buat orang honeymoon. Lihat aja handuk yang dilipat berbentuk angsa dan betapa banyak bunga mawar yang ditebar di atas kasur. 



Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 01 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

𝑬𝒙𝒊𝒔𝒕𝒆𝒏𝒄𝒆 𝑿 𝑬𝒙𝒄𝒉𝒂𝒏𝒈𝒆Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang