*désolé d'accord*

642 80 13
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


.
.
.
.
.



"Pstt jangan berisik, udah ditegur sama suster aja masih ngak tau malu" Kedua gadis itu saling sikut menyikut hanya untuk membuka pintu kamar, mereka lalu saling melempar tatapan sebelum berjongkok didepan sofa.



"Coba ulurin tangan lu, cek hidungnya masih nafas engga?" pinta Karina diangguki oleh yang lebih muda. Jenica beranjak dari duduk dan mendekatkan dirinya dengan Mark, tapi disaat itu juga Karina dengan ide jahilnya ngedorong pantat Jenica dari belakang.



Alhasil tubuh gadis itu limbung dan nimpa Mark yang ada di bawahnya,  sementara si pelaku malah terkikik sambil memegang perutnya yang serasa dikocok kocok.



"BABI LU KARIN" pekikan kencang keluar tanpa dikontrol, berhasil membuat kedua mata Mark terbuka saking kagetnya. Tapi betapa kagetnya lagi saat melihat wajah Jenica yang hanya berjarak beberapa inchi darinya.



Begitu tersadar akan tatapan Mark, Jenica langsung menarik tubuhnya dan menutupi wajahnya yang bersemu merah bak tomat. Ia berjalan cepat kearah kasur dan menyusupkan seluruh tubuhnya kesana.



Karina lagi-lagi hampir tertawa melihat tingkah kocak Jenica, ia sengaja memanas-manasi yang lebih muda dengan candaan nya.  "Aduh iparku satu ini emang ganas ya, baru lahiran masa udah mau proses making baby?"



"Kalau iri bilang, sana bikin sendiri! Jangan malah ngedorong gua, fitnah itu dosa" Mark tersenyum tipis begitu mendengar balasan kesal dari sosok dibalik selimut. Benar bukan ini Jenicanya, gadis yang dinikahinya setahun lalu masihlah orang yang sama, dan tidak pernah berubah.



"Kak Mark, liat deh tingkah Jenica kayak bocah bangetkan? Daripada punya istri yang ngerepotin mending cari cewek yang lebih dewasa, pengertian sama kakak, terus yang paling penting bisa jaga anak anak kakak. Emang kakak yakin Jenica bisa jaga anak? Orang dianya aja masih bayi" Yang namanya kompor pasti bakal nyulut api, nah disini posisi Karina adalah sebagai kompor dan Jenica jadi apinya.



Karina melempar tatapan penuh arti pada kakak sepupunya agar mengikuti skenario drama yang ia buat. "Sekalian aja talak cerai aku rela! Ngak papa kok tinggal nyari suami baru yang kaya raya susah amat, kalau bisa yang pinter kayak Dokter Dilan"



Masih bertahan dalam posisinya didalam selimut, Jenica sama sekali ngak tau kalau dua orang diluar sana mati-matian nahan tawa begitu umpan yang mereka lempar udah ketangkep dengan mudahnya. Orang yang emosian emang selalu gampang kepancing kan.



"Serius kamu mau nyari suami baru? Emang kamu yakin bisa jatuh cinta sama orang lain selain aku? Yang mau nerima anak anak kita, kamu kan udah punya empat anak" Begitu Mark membuka suaranya, inilah akhir dari batas sabar seorang Jenica.



Ia menyampirkan selimut yang menutupi seluruh badan nya dan melempar tatapan remeh, "Yang ngehamilin siapa? Kamu kan? Artinya kalau kita cerai dan pisah ke jalan masing masing, hak asuh bakal aku kasih ke kamu"



𝑬𝒙𝒊𝒔𝒕𝒆𝒏𝒄𝒆 𝑿 𝑬𝒙𝒄𝒉𝒂𝒏𝒈𝒆Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang