bab 1

29 1 0
                                    

Pagi itu, dapur mansion keluarga Jeon dipenuhi dengan kehangatan yang jarang ada. Aroma masakan menggantung di udara, dan para pelayan bekerja dengan cekatan namun santai, berbagi cerita sambil tersenyum satu sama lain. Suara dentingan panci dan gemerisik sayuran yang dipotong mengisi ruang, menciptakan suasana nyaman yang menenangkan hati.

Di tengah kesibukan itu, Yerin bersembunyi di sudut dapur, mengamati para pelayan yang sibuk bekerja. Ia sebenarnya sudah tahu bahwa dapur adalah tempat yang seharusnya ia hindari—Jungkook, kakak angkatnya, selalu mengingatkannya untuk tetap di kamarnya atau hanya berkeliaran di beberapa ruangan yang telah diizinkan. Tapi rasa ingin tahunya tak terbendung. Diam-diam, ia menunggu saat semua pelayan tampak terlalu sibuk untuk menyadari kehadirannya.

Namun, ada satu sosok yang tak pernah terlalu sibuk untuk memperhatikan Yerin—Nyonya Kim, seorang pelayan tua yang sangat baik dan lembut pada semua orang. Dengan cepat, Nyonya Kim menyadari kehadiran Yerin di dapur dan menghampirinya dengan senyum lembut.

“Yerin, sayang,” bisik Nyonya Kim sambil berjongkok di samping Yerin. “Apa yang kamu lakukan di sini? Kalau Tuan Muda Jungkook tahu, ia pasti akan sangat marah.”

Yerin menunduk malu, tetapi matanya berbinar, penuh rasa ingin tahu. “Bibi Kim... aku hanya ingin melihat dunia luar. Aku ingin tahu... seperti apa rasanya berada di luar rumah?"

Nyonya Kim terdiam sejenak, sedikit terkejut mendengar keinginan polos dari gadis kecil ini. Ia tahu, selama ini Yerin seperti hidup di dalam sangkar emas, tanpa pernah diizinkan merasakan dunia di luar mansion besar ini.

“Kenapa kamu ingin tahu, Yerin?” tanya Nyonya Kim dengan lembut. “Bukankah di sini kamu sudah punya segala yang kamu butuhkan?”

Yerin menunduk lagi, memainkan ujung bajunya dengan cemas. “Aku hanya penasaran, Bibi. Aku sering melihat dari televisi, ada anak-anak yang bermain di taman, orang-orang berjalan-jalan. Mereka kelihatan bebas... Aku ingin tahu rasanya seperti apa.”

Nyonya Kim menghela napas, merasakan simpati yang dalam. Di satu sisi, ia mengerti alasan di balik perlakuan Jungkook yang keras—pria muda itu tampak melindungi Yerin dengan cara yang tak bisa dipahami banyak orang. Tetapi, di sisi lain, ia merasa kasihan pada Yerin yang harus hidup dalam batasan-batasan yang begitu ketat.

“Yerin, setiap orang punya hidup yang berbeda. Mungkin di luar sana terlihat menyenangkan, tapi kamu harus ingat, Tuan Muda Jungkook pasti punya alasan kenapa ia melarangmu keluar,” ujar Nyonya Kim lembut.

Nyonya Kim mengulurkan tangan dan mengusap kepala Yerin dengan lembut. “Kamu memang anak yang baik, Yerin. Tapi ingat, Tuan Muda Jungkook hanya ingin melindungimu, meskipun caranya... mungkin terasa sulit untuk kamu pahami.”

Yerin menatap Nyonya Kim dengan mata yang penuh pertanyaan, tapi sebelum ia sempat menjawab, sebuah suara berat terdengar dari arah pintu dapur.

“mana Yerin?”

Suasana di dapur berubah drastis. Udara hangat yang tadi menyelimuti ruangan seketika sirna. Semua pelayan yang sedang bekerja langsung terdiam, beberapa bahkan tampak sedikit mundur, berusaha menjauh dari sosok yang baru saja masuk—Jungkook.

Aura dingin dan tatapan tajam dari pemuda itu membuat setiap orang di ruangan menahan napas. Hanya suara langkah berat Jungkook yang terdengar, mengisi kekosongan yang mencekam. Para pelayan saling bertukar pandang penuh ketakutan, masing-masing menyadari betapa buruknya situasi yang akan terjadi.

Yerin merasakan tubuhnya menegang. Tangannya yang kecil menggenggam erat kain bajunya, sementara kepalanya tertunduk, tak berani menatap langsung ke arah Jungkook.

Jungkook melangkah mendekati mereka, matanya dingin dan tajam seperti pisau. Setiap langkahnya menambah ketegangan di ruangan, dan ketika ia sampai di hadapan Yerin dan Nyonya Kim, ia berhenti, menyapu keduanya dengan tatapan penuh amarah yang menakutkan.

“Apa yang kalian bicarakan?” suara Jungkook terdengar rendah dan pelan, namun membawa nada ancaman yang sangat jelas.

“Yerin, seharusnya kamu ada di kamarmu,” kata Jungkook dengan nada datar, tetapi jelas mengandung ancaman yang menggetarkan. “Dan, Nyonya Kim...,” suaranya semakin menegang, “kenapa kamu justru mendorongnya berbicara soal hal-hal yang tidak penting?”

Nyonya Kim menelan ludah, takut namun mencoba untuk tetap tenang. “Maafkan saya, Tuan Muda. Nona Yerin hanya merasa penasaran, jadi saya—”

“Penasaran?” Jungkook memotong dengan suara yang lebih keras, membuat seluruh dapur terdiam mencekam.

Yerin mencoba berkata sesuatu, “Kak, aku hanya ingin tahu tentang dunia luar—”

Namun, Jungkook mengangkat tangannya, memberi tanda agar Yerin diam. “Aku tidak mau dengar alasanmu, Yerin. Kau tidak perlu berpikir soal hal-hal seperti itu. Tugasku adalah memastikan kamu tetap aman, dan kau seharusnya patuh!”

Ia menatap Nyonya Kim dengan tajam. “Dan kamu... seharusnya tahu bahwa aku tidak akan mentolerir siapa pun yang mengabaikan perintahku, apalagi yang mencoba mempengaruhi adikku dengan ide-ide bodoh. Kamu hampir membuat Yerin membangkang!”

Nyonya Kim tertunduk, air mata mulai membasahi pipinya. “Saya... saya benar-benar minta maaf, Tuan Muda. Saya tidak bermaksud mempengaruhi Nona Yerin...”

Yerin, yang tidak tahan melihat ketakutan di wajah Nyonya Kim, memberanikan diri menggenggam lengan Jungkook. “Kak, jangan marah pada Bibi Kim...”

Namun, Jungkook melepaskan genggamannya dengan kasar, menatap Yerin dengan tatapan yang tajam. “Yerin, sudah kubilang. Kamu tidak perlu tahu apa-apa selain perintahku!"

Yerin berusaha mencari keberanian untuk menjawab, suaranya nyaris tak terdengar. “Aku... aku hanya ingin tahu, Kak. Aku tidak bermaksud melanggar...”

Dengan satu gerakan kasar, Jungkook menarik Yerin, memaksanya menatap matanya. “Kamu pikir ini lelucon, Yerin? Kamu pikir aku mengurungmu di rumah ini tanpa alasan?!”

Yerin hanya bisa mengangguk kecil, suaranya hilang dalam ketakutan. “M-maaf, Kak…”

Diam!” kata Jungkook dengan nada dingin, membuat Yerin langsung membisu, tubuhnya gemetar di hadapannya. “Kamu tidak perlu tahu apa-apa selain perintahku. Dan ini peringatan untukmu, Nyonya Kim,” ia menatap tajam ke arah pelayan tua itu, yang hanya bisa membungkuk dalam ketakutan.

Yerin hanya bisa mengikuti Jungkook yang menyeretnya keluar dari dapur, matanya berusaha menahan air mata. Suasana hangat di dapur itu kini telah berubah mencekam, meninggalkan kesan ketakutan yang mendalam bagi semua orang. Yerin sadar, keinginannya yang sederhana untuk tahu lebih banyak tentang dunia luar adalah hal yang terlarang dalam hidupnya. Dan kini, ia benar-benar takut untuk melangkah di luar garis-garis yang telah Jungkook tentukan.




tbc

captivaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang