Sabtu itu, suasana di depan rumah terasa hening meski matahari bersinar cerah. Yerin dan Jungkook berdiri di ambang pintu, melihat kedua orang tua mereka sibuk mengatur koper dan berkas-berkas sebelum kembali berangkat ke New York. Supir mereka, Pak Han, memasukkan koper besar satu per satu ke dalam bagasi mobil, menambah rasa berat yang mulai menyelimuti hati Yerin.
"Kenapa harus pergi lagi?" bisik Yerin pelan, hampir seperti berbicara pada dirinya sendiri.
Ibu yang mendengarnya menoleh, tersenyum lelah. "Maafkan kami, Yerin. Ini semua untuk masa depanmu dan Jungkook."
Yerin mencoba tersenyum, tapi rasa pahit memenuhi hatinya. “Aku mengerti, Bu... Semoga perjalanan kalian lancar,” katanya, walaupun ia ingin sekali memohon agar mereka tinggal lebih lama.
Sang ibu mengelus kepala Yerin dengan penuh kasih sayang. “Jaga diri baik-baik, ya. Kami akan pulang secepat mungkin.”
Ayah menepuk bahu Jungkook dan tersenyum bangga. "Jungkook, seperti biasa, kami percayakan Yerin padamu. Pastikan dia aman dan baik-baik saja."
“Tenang saja, Ayah,” jawab Jungkook dengan nada yang terasa terlalu serius. “Aku akan menjaga Yerin... sebaik mungkin,” tambahnya, dengan senyum yang menyiratkan sesuatu yang sulit diterjemahkan.
Kedua orang tua mereka memandang Jungkook penuh percaya, tak menyadari arti tersembunyi di balik kalimatnya. Setelah beberapa pelukan singkat, orang tua mereka akhirnya masuk ke dalam mobil, melambaikan tangan saat mobil mulai bergerak menjauh.
Yerin tetap diam, melihat mobil perlahan-lahan menghilang dari pandangan. Di sampingnya, Jungkook menatap Yerin dengan senyum samar. Tanpa mengatakan apa-apa, ia merangkul pundak adiknya, membuat tubuh Yerin refleks menegang.
"Ayo, kita masuk," ucap Jungkook pelan namun tegas, suaranya terdengar seperti instruksi yang tak bisa dibantah.
Yerin mengangguk pelan, mengikuti langkah Jungkook masuk ke dalam rumah, meski hatinya terasa tak nyaman. Mereka berjalan melewati lorong rumah yang sepi, dan setiap langkah kaki mereka bergema di keheningan.
Begitu sampai di dalam, Jungkook melepas rangkulannya. “Kamu ada tugas sekolah, kan?” tanyanya sambil menatap Yerin, senyumnya samar namun ada ketegasan yang tak bisa diabaikan.
“Iya... kak,” Yerin mencoba tersenyum kecil, meskipun kegelisahan terus bergelung di dalam dirinya.
“Datanglah ke kamarku. Kita bisa kerjakan bersama-sama,” perintah Jungkook tanpa memberi Yerin kesempatan menolak.
“Oh… Baik, Kak. Yerin ambil buku dulu ya di kamar,” ujar Yerin, mencoba mencari alasan untuk menunda meski hanya sejenak.
Jungkook mengangguk. “Jangan lama-lama.”
Yerin bergegas menuju kamarnya, menarik napas panjang begitu ia sudah sendirian. Di dalam kamarnya, Yerin menenangkan dirinya, mencoba mengusir perasaan tak nyaman yang memenuhi hatinya. Ia mengambil buku pelajaran dan perlengkapan tugas, lalu berjalan menuju kamar Jungkook, tempat yang selalu membuatnya merasa seperti kelinci kecil yang masuk kandang singa.
Begitu membuka pintu, Yerin merasa atmosfir kamar Jungkook yang sunyi dan kelam menekan dirinya. Jungkook sudah duduk di kursinya, dengan laptop menyala di hadapannya, dan tumpukan catatan di meja. Saat ia melihat Yerin masuk, senyum samar muncul di wajahnya.
“Duduklah di sini,” ucapnya sambil menunjuk kursi di sampingnya.
Yerin menurut dan duduk di kursi itu, merasa tidak nyaman dengan jarak mereka yang terlalu dekat. Jungkook memandang Yerin, menunggu adiknya mulai membuka buku, namun ketika Yerin tampak terdiam beberapa detik, ia mendekatkan wajahnya ke arah Yerin.
“Kenapa diam saja?” tanyanya dengan nada tenang tapi penuh kendali.
“Ah… iya, Kak,” Yerin gugup membuka bukunya, mencoba fokus pada tugas yang ada di depannya.
Namun tiba-tiba, tangan Jungkook menarik tangan Yerin, membawanya lebih dekat hingga Yerin terpaksa duduk di pangkuannya. “Kak…” bisik Yerin, merasa tidak nyaman.
“Tenang saja. Aku hanya ingin memastikan kamu tidak kemana-mana,” jawab Jungkook sambil tersenyum, tatapannya sulit diterjemahkan. “Bukankah kamu senang ditemani? Kenapa sekarang malah merasa canggung?”
Yerin terdiam, merasa lidahnya kelu. “Aku… aku hanya ingin mengerjakan tugasku, Kak,” ujarnya pelan.
“Dan aku di sini untuk membantu,” balas Jungkook dengan nada yang lembut tapi mengintimidasi. Ia menunjuk layar laptop di hadapannya, lalu melanjutkan, “Fokus di sini. Aku akan membimbingmu.”
Yerin mencoba untuk fokus pada laptop di depannya, namun kehadiran Jungkook yang begitu dekat membuatnya sulit berkonsentrasi. Tangannya bahkan sedikit bergetar saat mencatat, dan Jungkook yang menyadarinya tersenyum sinis.
“Kamu takut?” tanyanya sambil mengusap rambut Yerin dengan lembut namun penuh kendali.
Yerin mencoba menelan ludah, menguatkan diri. “Tidak, Kak… aku tidak takut.”
“Bagus,” balas Jungkook dengan tatapan tajam. “Karena kamu tahu, aku hanya ingin melindungi kamu. Selama kamu menuruti apa yang aku katakan, kamu akan baik-baik saja.”
Yerin mengangguk pelan, merasa semakin terperangkap dalam situasi yang tak bisa ia hindari. Jungkook memintanya untuk fokus pada tugas, tapi setiap gerakan atau kontak fisik kecil darinya membuat Yerin semakin tertekan. Setiap kata yang diucapkan Jungkook terasa seperti belenggu yang menjerat, membuat Yerin tak berdaya untuk melawan.
Setelah beberapa saat, Jungkook melepaskan tangannya dari Yerin, namun ia tetap memandang Yerin dengan sorot mata yang penuh makna. “Kamu tahu, kan, kalau aku ini satu-satunya orang yang bisa kamu percaya?”
“Iya, Kak,” jawab Yerin pelan, berusaha menenangkan diri.
“Kalau begitu, ingat selalu. Jangan pernah ada yang kamu sembunyikan dariku. Apa pun yang terjadi,” ucapnya lagi, suaranya yang lembut membuat Yerin merasa semakin tak nyaman.
Yerin menundukkan kepala, berusaha menyembunyikan perasaan takut yang bercampur kebingungan. Hatinya penuh ketidakpastian, seolah-olah ia terkunci dalam permainan yang diciptakan Jungkook, dan ia tidak tahu bagaimana cara keluar dari sana.
tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
captiva
FanfictionYerin adalah seorang gadis polos yang tumbuh sebagai anak angkat di keluarga kaya raya, keluarga Jeon. Di balik kehidupan mewahnya, Yerin terperangkap dalam kendali Jungkook, putra tunggal keluarga itu yang keras, dingin, dan memiliki kekuasaan penu...