Yerin merasa lega melihat Eunbi sudah jauh lebih baik. Terakhir kali ia melihat, kaki Eunbi masih diperban, tapi sekarang perban itu sudah dilepas. Melihat temannya bisa berjalan dengan bebas lagi membuat Yerin sedikit tersenyum lega dari kejauhan.Namun, meski ingin sekali berkumpul dengan Eunbi dan teman-temannya, bayangan ancaman Jungkook selalu menghantui. Jadi, Yerin hanya berani menyapa Eunbi dan teman-temannya dari jauh, sambil sesekali tersenyum dan melambaikan tangan singkat ketika Jungkook tak sedang memperhatikannya. Eunbi membalas senyum Yerin dengan hangat, seolah memahami perasaan yang tidak bisa diungkapkan Yerin.
Waktu berlalu, dan ketika bel sekolah berbunyi menandakan jam pelajaran selesai, Yerin keluar kelas. Saat ia melangkah ke luar, Jungkook sudah menunggunya di koridor.
"Yerin," panggil Jungkook sambil menghampirinya.
"Iya, Kak?" Yerin menatap kakaknya, berusaha tetap tenang.
"Aku ada latihan basket sampai sore," ucap Jungkook dengan nada tegas namun datar. "Kamu pulang sekarang. Jangan keluyuran."
Yerin mengangguk pelan. "Baik, Kak."
Tanpa banyak bicara, Jungkook mengantar Yerin ke gerbang sekolah, memastikan ia masuk ke dalam mobil yang sudah menunggunya.
“Langsung pulang,” perintah Jungkook sekali lagi, tatapannya dingin namun penuh arti.
“Ya, Kak. Aku langsung pulang,” jawab Yerin dengan suara pelan. Setelah memastikan Yerin masuk ke dalam mobil, Jungkook memandangi adiknya sejenak sebelum berbalik kembali menuju lapangan basket.
Di dalam mobil, Yerin hanya bisa duduk diam, menatap jalanan dengan perasaan kosong. Mobil yang mereka naiki terjebak dalam kemacetan yang cukup panjang, membuat suasana semakin terasa lambat dan membosankan. Yerin menatap keluar jendela, matanya terpaku pada pemandangan yang berlalu perlahan.
Di antara hiruk-pikuk kendaraan, ia melihat seorang gadis kecil yang berjalan sendirian di antara mobil-mobil yang terhenti. Gadis itu terlihat sangat kurus, memegang beberapa bungkus tisu dengan tangan kecilnya yang lusuh. Wajahnya kotor berdebu, namun ada semangat yang terpancar dari matanya yang besar.
Yerin merasa iba, hatinya tergerak melihat gadis kecil itu. Tanpa uang sepeser pun di tangannya, Yerin pun menoleh ke arah supirnya, Pak Han, dan dengan suara pelan ia memohon, “Pak Han, bolehkah saya minta sedikit uang? Saya ingin membeli tisu dari anak itu.”
Pak Han tersenyum lembut. “Tentu, Nona Yerin.” Ia merogoh saku dan memberikan sejumlah uang pada Yerin. “Ini, belilah semua tisu dari anak itu jika Nona ingin.”
“Terima kasih, Pak,” kata Yerin dengan nada penuh rasa terima kasih.
Ia membuka jendela dan memanggil gadis kecil itu, “Hei, sini!”
Gadis kecil itu terkejut, tetapi senyumnya langsung merekah saat mendengar panggilan Yerin. Ia berlari kecil mendekati jendela mobil Yerin dan mengulurkan tangannya yang membawa tisu.
“Kakak mau beli tisu?” tanyanya, matanya berbinar penuh harap.
“Iya, adik kecil,” jawab Yerin lembut. “Aku beli semuanya, ya.”
Yerin memberikan uang yang lebih banyak dari harga tisu yang ditawarkan anak itu. Gadis kecil itu tertegun, lalu menggeleng pelan. “Kakak, ini terlalu banyak…”
“Nggak apa-apa,” Yerin tersenyum tulus. “Anggap saja ini untuk membantu kamu. Sisanya buat kamu, ya.”
Mata gadis kecil itu mulai berkaca-kaca. Senyumnya meluas, tampak begitu polos dan bersyukur. “Terima kasih, Kak! Kakak baik sekali… Kakak seperti malaikat!” ucapnya penuh semangat.
Yerin tertawa kecil, merasa terharu. “Terima kasih, tapi aku bukan malaikat, kok.”
Gadis kecil itu menggeleng cepat. “Kakak memang baik sekali! Semoga Kakak selalu sehat dan bahagia!" serunya semangat.
“Kalau Kakak sedang susah atau sedih, ingat saja, Kakak nggak sendirian. Banyak orang yang sayang sama Kakak,” ujar gadis itu lagi dengan nada polos. “Kakak pasti kuat!”
Yerin terdiam. Betapa dalamnya kata-kata anak ini, meskipun ia masih kecil. Seolah gadis kecil itu bisa merasakan apa yang Yerin simpan dalam hatinya. “Terima kasih, kamu baik sekali,” ucap Yerin, suaranya mulai bergetar.
Gadis kecil itu tersenyum lebar dan menepuk tangannya kecilnya ke dada, seakan memberi kekuatan pada Yerin. “Aku doakan Kakak selalu bahagia. Jangan khawatir, masalah Kakak pasti selesai kok, Kak.”
Yerin tak kuasa menahan air mata yang mengalir perlahan di pipinya. “Terima kasih banyak, ya... Kamu mengingatkan aku untuk tetap kuat.”
Anak itu kembali tersenyum lebar, matanya yang polos memancarkan ketulusan. “Kakak pasti kuat. Kakak terlihat seperti orang yang sangat baik dan berani. Kakak nggak sendiri, ingat itu.”
Yerin mengangguk sambil tersenyum haru, mengusap air mata yang mulai jatuh. “Iya, aku akan ingat itu. Terima kasih sudah menyemangati aku,” katanya, suaranya bergetar.
Anak kecil itu mengangguk mantap, kemudian melambaikan tangan saat ia berbalik dan berjalan menjauh dengan riang. Wajahnya yang penuh debu terlihat lebih cerah saat ia tersenyum, dan pemandangan itu meninggalkan kesan yang dalam di hati Yerin.
Ketika gadis kecil itu sudah menghilang dari pandangannya, Yerin duduk diam sejenak di dalam mobil, terhanyut dalam pikiran. Kata-kata sederhana dari gadis kecil itu seolah memberi Yerin kekuatan baru yang sudah lama tak ia rasakan.
Pak Han yang mengemudi di depan melirik Yerin melalui kaca spion. “Nona Yerin, apakah Anda baik-baik saja?” tanyanya lembut.
Yerin menatap Pak Han dan tersenyum tipis. “Iya, Pak Han. Aku hanya merasa... mungkin, aku juga harus mulai lebih kuat.”
Pak Han tersenyum penuh pengertian. “Nona Yerin sudah sangat kuat, kok. Jangan pernah ragu akan hal itu.”
Yerin mengangguk, masih tenggelam dalam perasaan yang bercampur aduk. Meski Jungkook selalu mengontrol hidupnya dan membuatnya merasa terkekang, ada kekuatan yang mulai tumbuh di dalam dirinya. Entah dari mana, namun ia merasa sedikit lebih berani setelah pertemuan singkat dengan gadis kecil tadi.
Mobil kembali bergerak melewati kemacetan, membawa Yerin pulang ke rumah. Meski ada ketakutan yang menunggu di rumah, Yerin mencoba merasakan kebahagiaan kecil dalam hatinya. Ia merasa ada yang berubah dalam dirinya, meski perubahan itu baru saja dimulai.
tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
captiva
FanfictionYerin adalah seorang gadis polos yang tumbuh sebagai anak angkat di keluarga kaya raya, keluarga Jeon. Di balik kehidupan mewahnya, Yerin terperangkap dalam kendali Jungkook, putra tunggal keluarga itu yang keras, dingin, dan memiliki kekuasaan penu...