Nineth

1.4K 174 5
                                    

     Habel langkahkan kakinya begitu riang memasuki lingkungan sekolahnya, rambut bocah itu bahkan sampai bergerak gerak seirama dengan langkah kakinya.

Para murid yang melihatnya bahkan sampai harus menahan rasa gemasnya melihat tingkah Habel barusan.

Habel memasuki kelasnya dengan senyuman yang masih mengembang apik pada bibir tipisnya.

" selamat pagi Habel "

" pagiii....!! "

" selamat pagi "

" selamat pagi jugaaa..!! "

Bocah itu terus membalas sapaan sapaan dari teman teman dikelasnya yang kebetulan hari ini berangkat pagi.

Habel terus langkahkan kakinya sampai kemudian ia tiba di bangu miliknya, Habel letakkan tas punggungnya pada meja belajarnya kemudian ia memainkan game di ponselnya sambil menunggu bangku kosong disampingnya itu terisi.

Cukup lama ia mainkan game di ponselnya namun Aaron belum juga menampakkan batang hidungnya, dan itu sukses buat Habel cemberut, karena sebentar lagi bel pertanda pelajaran dimulai akan berdering lima menit lagi.

" Aaron bolos apa gimana sih, lama amat! " kesalnya entah pada siapa.

Dan seperti dugaannya barusan, Aaron benar benar tak memasuki ruang kelas sampai bel berdering dan setelahnya pak Joko — guru sejarah dikelas Habel memasuki kelas.

Habel menompang dagunya sambil matanya menatap malas kearah papan tulis, tempat dimana pak Joko sedang menerangkan pembelajarannya.

" huft.. "

Habel hembuskan nafas bosan untuk yang kesekian kalinya.
Ia lirik bangku disampingnya dengan dahi yang mengkerut kesal.

Namun bukannya terlihat kesal, bocah itu malah kelihatan mengemaskan dengan ekspresi muka seperti itu.

Tatapan Habel kemudian beralih ke luar jendela. Disana ia bisa lihat kelas Sadewa dan Fahmi yang sedang asyik lakukan kegiatan olahraga.

Habel jadi ingin merasakannya.
Andai saja jam olahraga kelasnya pagi, ia pasti masih bisa mengikuti kegiatan tersebut.

Namun sayang, jam pelajaran olahraga kelas Habel diadakan setelah jam istirahat, yaitu pada jam ketiga yang mana otomatis buat Habel tak bisa mengikutinya, mengingat tubuhnya yang akan gatal dan merah merah setelah terkena panas keringatnya sendiri.

Tak!

Suara ketukan dimeja Habel buat anak itu berjingkat karena terkejut. Dan semakin terkejut lagi saat pak Joko kini sudah berada tepat didepan mejanya.

" kamu tidak mendengarkan penjelasan saya?! ''

Nadanya sedikit tak santai, dan hal itu buat Habel keluh tuk jawab pertanyaan dari sang guru, dan yang hanya dilakukan oleh Habel hanyalah menundukkan kepalanya.

" kamu ini kalau berangkat sering telat, kadang juga bolos sekali masuk tuh harusnya dengarkan penjelasan didepan!, bukan cuma ngelamun dikelas!, mengerti kamu?! "

Anggukan kepala Habel berikan namun hal itu tak buat sang guru puas, ia masih pandang tak suka Habel yang duduk dihadapannya.

" kalau dibilangin itu jawab!, bukan cuma ngangguk ngangguk aja kepalanya! "

" iyaaa... " cicit Habel pelan, sangat pelan malahan sampai pak Joko harus pasang baik baik pendengarannya.

" fokus!, jangan ngelamun terus kamu! "

setelah mengucapkan hal demikian pak Joko langsung kembali kedepan, para murid yang tadinya menoleh ke belakang pun otomatis kembali melihat ke depan, takut kena teguran juga.

Bocah KesayanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang