Seventeenth

1.2K 218 9
                                    

        Makan malam di kediaman Habel terasa begitu canggung bagi bocah berusia hampir enam belas tahun itu.

Suasana meja makan itu terasa begitu dingin meskipun Yuvia terus membangkitkan obrolan obrolan kecil diantara mereka.

Setelah makan malam, Yuvia berpamitan untuk kebelakang sebentar karena Edward mengajaknya mengobrol sebentar dibelakang, sementara para kakak Habel akan mencoba tuk mengakrabkan diri dengan bocah itu.

Sebenernya Habel tak ingin ditinggal, namun dengan bujukan sang mama yang mengatakan bahwa ia akan menemani bocah itu tidur malam ini, akhirnya Habel pun mengiyakan permintaan sang mama.

Dan disinilah saat ini Habel berada, duduk diam di antara dua abangnya sambil menonton kartun favoritnya.

Sangat hening, mereka ingin mulai percakapan namun mereka juga bingung harus mulai dari mana.

" dek " yang dipanggil masih bergeming, tak tahu bahwa panggilan itu ditujukan untuk dirinya.

Sementara mereka mulai memusatkan perhatian pada bocah itu yang kini tampak asik dengan tontonannya.

Tak mendapatkan jawaban dari sang adik tak membuat ia menyerah, ia kemudian beralih mencolek pundak bocah itu yang mana langsung buat dirinya menoleh cepat pada pemuda yang tadi mencolek pundaknya.

" abang tadi panggil loh "

Manik hazel bocah itu mengerjap lucu yang mana langsung buat para pemuda tersebut menahan kegemasan mereka.

" abang panggil gue? " balik tanya Habel buat mereka tersadar dari lamunan.

" tau nama abang nggak? " tanya pemuda itu lagi yang mana buat Habel menggelengkan kepalanya.

Mereka memang belum sempat berkenalan tadi, jadilah Habel tak mengetahui namanya, kecuali tiga pemuda yang lain karena Habel sudah mengetahui namanya sejak awal.

" kenalin, nama abang Mahameru, panggilannya bang Meru aja biar sama kayak Yessa " ucap Mahameru sambil jabat tangan Habel.

Habel anggukan kepala tanpa ada niatan untuk membalas ucapan Mahameru barusan, karena pastinya kakak yang baru ditemuinya hari ini itu pasti sudah mengetahui namanya.

Mahameru tersenyum yang dibalas dengan senyuman canggung oleh Habel, senyuman yang seharusnya terlihat canggung itu entah mengapa malah terlihat begitu mengemaskan dimata kakak kakaknya.

Saking gemasnya, tanpa aba aba Johan angkat tubuh Habel lalu ia letakkan pada pangkuannya, kemudian ia kecup berulang kali pucuk kepala sang adik saking gemasnya.

Sementara Habel yang dapatkan perlakuan seperti itu tentu saja langsung terkejut bukan main, ia berusaha untuk melepaskan diri dari pangkuan Johan.

Namun, karena memang perbandingan kekuatan mereka yang sangat berbanding terbalik, sehingga Habel tak bisa menyingkirkan dari atas pangkuan Johan.

Menyerah, Habel akhirnya menyerah dan sudah tak ada niatan untuk memberontak.
Kepalanya menunduk sambil jemari tangannya mencubit tangan Johan yang memeluk dirinya.

" dek, kenapa? " tanya Mahameru saat menyadari gelagat aneh mulai ditunjukkan oleh bocah itu.

Habel yang dapatkan pertanyaan demikian langsung dongakkan kepalanya, dan saat itulah Mahameru beserta dua saudaranya yang lain dapat melihat mata Habel yang sudah berkaca kaca, bahkan wajah bocah itu sudah merah padam.

" bang bang, udah bang, adek mau nangis nih " ucap Yessa sambil tepuk pundak Johan berulang kali.

Johan yang tersadar segera lihat wajah Habel, dan saat melihat bagaimana mata indah itu mulai mengeluarkan cairan bening, Johan pun tersadar dari perbuatannya.

Bocah KesayanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang