Habel berlari heboh sambil berteriak teriak, suaranya menggema di setiap lorong sekolah membuat siapapun yang mendengarnya pasti penasaran akan apa yang terjadi.
Sementara di belakangnya, dua orang pemuda memakai jas khas anak OSIS sedang mengejar bocah itu.
" WOI!, BERHENTI!"
Suara teriakan yang terdengar begitu lantang tersebut tak membuat Habel menghentikan aktivitasnya, bahkan untuk melambat saja rasanya Habel tak ingin.
Di depan sana, dapat Habel lihat tiga temannya sedang menatap datar ke arah dirinya sambil melipat kedua tangan didepan dada.
Habel memelankan langkah kakinya saat ia sudah tiba dihadapan ketiga sahabat karibnya.
Dan dibelakangnya, dua pemuda tadi juga ikut menghentikan langkah mereka, mereka kemudian menopang kedua tangan mereka pada lutut sambil berusaha mengatur nafas mereka yang tersengal sengal.
Didepannya, tiga orang itu hanya memandang datar mereka tanpa ada niatan untuk menanyakan keadaan mereka.
" Kenapa?" Tanya Fahmi membuka suara.
" Tuh bocah tadi ketahuan lompat di tembok samping, jadi kita —"
" Kenapa?" Tanya Fahmi lagi.
" Maksudnya?" Tanya salah satu dari mereka, jujur saja mereka kini merasa bingung dengan raut wajah Fahmi beserta dua temannya yang menatapnya datar.
" Kenapa dikejar, kan dah dibilang biarin aja " jelas Sadewa yang melihat sepertinya Fahmi tak ingin memperjelas maksud ucapannya.
Dua orang tadi langsung diam tak berkutik, sementara dibelakangnya, Habel tampak santai me selonjoran kakinya dilantai sambil minum air mineral yang tadi di bawa oleh Aaron.
" Gue dah pernah bilang sebelumnya, kalau Habel lewat belakang jangan dikejar " ucap Aaron.
Dua pemuda tersebut masih diam ditempatnya, menunjukkan raut wajah bingung sekaligus tak terima.
" Anggota baru Fahm?" Tanya Sadewa.
Anggukan dari Fahmi membuat mereka menganggukkan kepala maklum, sepertinya Fahmi lupa memberitahu dua anak baru ini bahwa anggota OSIS tak ada yang boleh menghukum Habel apapun alasannya.
" Semua anggota OSIS yang ada disekolah ini nggak ada satupun yang boleh hukum Habel atau apapun itu, faham ?"
Dua pemuda tadi langsung menunjukkan raut wajah tak terima. tentu saja!, lagian siapa yang setuju dengan aturan seperti itu.
" Ya nggak bisa gitu dong ketua!, dia kan melanggar peraturan sekolah, jadi harus —"
" Siapa ketuanya"
" Elo " jawab mereka bersamaan.
" Jadi patuhin ucapan gue, kalau gue bilang nggak ya nggak!" Ucap Fahmi penuh penekanan.
" Tapi kan —"
" Ini permintaan langsung dari cucu pemilik sekolah" potong Sadewa dengan cepat saat melihat pemuda tadi hendak melayangkan protes pada Fahmi.
Dau pemuda tadi langsung terdiam ditempatnya, tak dapat lagi membantah ucapan Sadewa, sementara dihadapannya, Aaron menyunggingkan senyum miring.
Menurutnya sangat menyenangkan saat melihat orang tak dapat berkutik seperti ini dihadapannya karena menentang keinginannya.
" Faham kalian." Dua pemuda tadi langsung menganggukkan kepalanya cepat.
Fahmi mengambil selembar uang berwarna merah dari kantung seragamnya lalu ia berikan pada salah satu pemuda tersebut sambil berlalu diikuti yang lain dibelakangnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Beloved Boy [ End ]
Teen FictionNggak bisa bikin sinopsis, jadi langsung baca aja ya....!!!