sixteenth

7K 528 12
                                        

      Waktu sudah menunjukkan hampir gelap namun empat pemuda dengan latar belakang yang berbeda itu tampak begitu tenang dalam tidur mereka, seolah bahkan suara gempa pun tak mampu tuk bangunkan mereka.

Laras yang sebenarnya tak tega tuk bangunkan mereka pun harus terpaksa dibangunkan karena orang tua masing masing dari mereka sudah menghubungi dirinya.

Laras ketuk pintu kamar sang putra, setelah beberapa kali mengetuk dan ia tak mendapatkan respon dari sang pemilik kamar, Laras pun memutuskan untuk masuk kedalam kamar sang putra yang pintunya memang tak dikunci.

Saat Laras masuk, hal pertama kali yang terlihat oleh indra penglihatannya adalah empat bocah yang sudah ia anggap seperti anak sendiri itu tampak begitu tenang dalam tidur masing-masing.

Apalagi si bocah gembul itu, ia tampak begitu mengemaskan saat tidur diantara dua temannya yang memiliki badan lebih besar daripada dirinya.

Perlahan, Laras pun bangunkan Aaron yang memang posisinya paling ujung, saat Aaron sudah terbangun, Laras beralih pada sang anak yang begitu lelap sambil memeluk pinggang Habel yang sedang mendusal pada ceruk leher Sadewa.

Setelah sang anak terbangun, Laras beralih pada Sadewa terlebih dahulu baru ia membangunkan Habel yang begitu lelap.

Melihat Habel yang sepertinya akan susah untuk dibangunkan, Fahmi pun meminta sang mami untuk turun ke bawah terlenbih dahulu dan ia yang akan membangunkan Habel.

Laras menganggukkan kepala setuju, lalu ia pun pergi dari kamar Fahmi.

Selepas kepergian Laras, Fahmi pun dengan perlahan mengguncangkan pundak Habel yang tak mendapatkan respon apapun dari sang pemilik tubuh.

Sementara Sadewa dan Aaron pergi ke kamar mandi terlebih dahulu untuk mencuci muka mereka, supaya mereka merasa lebih segar.

Fahmi kembali mengguncangkan pundak Habel namun ia hanya bergumam, sementara matanya masih terpejam.

" Bel, bangun bel "

" Eummm~"

" Bel "

" Eumm~"

Fahmi memutar bola matanya malas, temannya satu ini memang sangat sulit untuk dibangunkan, sangat berbeda dengan Sadewa dan Aaron yang sekali guncangan akan langsung bangkit.

Fahmi yang mulai kesal pun tanpa aba aba langsung menarik tangan Habel, buat bocah itu kini duduk dengan mulut yang terus bergumam tak jelas.

" Bel, buka dulu coba matanya"

Habel membuka matanya, sedikit menyipitkan matanya karena cahaya lampu dari kamar Fahmi yang sangat menyilaukan.

Setelah mata Habel dapat membiasakan cahaya dari lampu kamar Fahmi, ia termenung sesaat sementara disampingnya Fahmi masih diam memperhatikan Habel yang menurutnya akan terlihat sangat menggemaskan saat sedang bangun tidur seperti ini.

Melihat Sadewa dan Aaron yang keluar dari dalam kamar mandi, Habel langsung merentangkan kedua tangannya, bermaksud untuk meminta digendong.

Namun, karena otak Sadewa yang belum seratus persen berakal sebab baru bangun tidur, ia hanya melewati Habel dan terus berjalan menyusul Aaron yang sedang menyusun barang barangnya kedalam rangsel.

Habel yang diabaikan oleh Sadewa begitu saja pun langsung melengkung kan bibirnya kebawah, dan itu sukses buat Fahmi tersenyum.

" Sama gue aja " ucap Fahmi sambil turun dari ranjang.

" Sini " Fahmi rentangkan kedua tangannya yang mana langsung disambut oleh Habel.

Bocah itu digendong Fahmi ala koala menuju kamar mandi, sementara Aaron membereskan tas Habel dan Sadewa menatap linglung pada Habel dan Fahmi.
















Beloved Boy [ End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang