Jum'at siang ini matahari sedang semangat semangatnya bersinar, buat siang ini cuaca lebih panas dari hari hari sebelumnya.
Meskipun ac sudah dinyalakan pada suhu yang lebih rendah dari biasanya, suasana kamar milik pemuda manis bernama Habel itu masih terasa gerah.
Dengan sebelah tangan yang ia gunakan untuk meng scroll tiktok sebelah tangannya sibuk mengkipas i badannya yang sekarang terasa sangat gerah.
" kipasin gue juga dong Bel " ucap Sadewa yang saat ini pahanya digunakan oleh Habel sebagai bantalan anak itu.
Sebagai info, sekarang mereka berdua sudah baikan, yaaa... Meskipun harus dibujuk dengan segala cara dulu.
Habel arahkan tangannya agak naik supaya angin yang dihasilkan oleh kipas portabel itu mengenai wajah Sadewa yang mulai memunculkan keringat tipis.
Tak lama kemudian suara pintu kamar Habel yang dibuka terdengar nyaring, buat Habel dan Sadewa melihat kearah pintu.
Disana nampak Fahmi yang sedang tersenyum sambil mengusap rambutnya yang terlihat basah.
" anjayyy.... Seger banget njir! " ucapnya sambil duduk di kursi belajar Habel.
" mau mandi nggak wa?" tanya Fahmi saat ia perhatikan Sadewa yang sudah mulai berkeringat.
" nggak, Habel aja dulu, ntar malah mereh merah lagi badannya " tolak nya halus.
Habel berdecih kepada Sadewa, kemudian ia ambil handuk yang sekarang di sondorkan Fahmi untuk dirinya.
" leher lo merah bel " ucapan Fahmi barusan buat Habel menyentuh lehernya.
Badannya memang sensitif dengan keringat, jika terkena keringat kulitnya akan langsung merah merah seperti ini.
Mengedikkan bahunya pasrah, Habel kemudian langkahkan kakinya keluar kamar, menuruni tangga kemudian berjalan dengan tangan kanannya yang via gunakan untuk mengibas ngibasi lehernya yang mulai terasa gatal.
_Bocah kesayangan_
Sementara Fahmi, Sadewa dan Habel sedang enak enakan goleran didalam kamar milik Habel.
Aaron sendiri malah sedang mengantri pada penjual es teh yang ia temukan dijalanan dekat rumah Habel.
Aaron perhatian jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya.
Jarum pendek menunjuk pada angka satu, pantas saja sinar matahari masih bersinar dengan semangat semangatnya diatas kepalanya.
" bang, bisa dicepetin nggak bang?, panas banget ini "
" sabar dek, yang beli bukan lo doang "
Aaron bersindakep dada sambil berdecak kesal.
" gue buat sendiri aja deh bang " celetukan Aaron barusan buat abang penjual itu menolehkan kepala ke arah Aaron.
Bisa ia lihat bahwa sepertinya anak ini sedang menahan kesal, jadi karena ia yang masih sibuk melayani pelanggan lain, si penjual pun mengiyakan permintaan Aaron barusan.
Si penjual bergidik ngeri saat bisa ia lihat senyum Aaron yang sedang senang itu malah terlihat seperti semirik mengerikan.
Tak ingin buat teman temannya yang sedang berada dirumah Habel itu menunggu semakin lama, akhirnya Aaron pun segera buat sendiri es miliknya dan tentunya dari arahan si penjual.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bocah Kesayangan
Roman pour AdolescentsNggak bisa bikin sinopsis, jadi langsung baca aja ya....!!!