12

847 132 2
                                    

Kriet.

Pintu tenda dibuka, orang yang sejak tadi pagi ditunggu kedatangannya akhirnya datang juga. (Y/n) meloncat dari kasur, mendarat dilantai dekat Capitano yang menghela nafas dengan keras.

Niatnya yang tadi ingin mencabuti satu persatu rambut panjang syalala Capitano, dia urungkan dulu. Melihat Capitano yang terlihat lelah membuat gadis itu menarik rasa simpati.

"Tuan?" Panggilnya pelan. Tangan gadis itu mendarat di tangan Capitano, membuat Capitano diam menatapnya lekat dari balik topeng besi. "Anda baik-baik saja?"

(Y/n) bergerak menarik Capitano keatas kursi. Kursi langsung berderit begitu Capitano mendaratkan pantatnya disana.

"Mau minum dulu?" (Y/n) jelas khawatir. Gadis itu bersikap sopan dan mencoba menawari Capitano minuman. "Ada teh yang dibuatkan oleh penjaga diluar, Anda mau?"

Capitano berdehem pelan saat (y/n) membungkuk menyamakan tinggi kepala mereka. Pemandangan luar biasa baru saja tersaji didepan Capitano.

(Y/n) yang membantu melepaskan mantel putihnya lalu berlari kecil menggantung mantel yang ukurannya lebih besar dari gadis itu di rak. Kaki-kaki kecil yang berlari diatas karpet bulu mengambilkan air teh dari teko dan jemari yang menuangkan teh kedalam cangkir keramik.

Sudah seperti seorang istri saja. Capitano menggeleng pelan memikirkan hal itu. Memangnya monster perang seperti dia pantas mendapatkan kelembutan itu disisinya?

"Ini Tuan." (Y/n) menyodorkan cangkir keramik berisi teh kepada Capitano. Pria itu menerimanya, mengambilnya dari jemari lentik yang terasa hangat setiap kali bersentuhan.

(Y/n) memperhatikan bagaimana Capitano meminum teh melalu topengnya. Terasa cukup aneh karena pria itu bisa saja membuka topeng itu dihadapannya dan minum dengan tenang tanpa takut (y/n) merasa terganggu dengan kulit dan bekas luka di wajah pria itu.

Toh semalam mereka sudah saling bertatap muka dan merasakan bibir masing-masing.

Apa Capitano masih membangun jarak antara dirinya dan gadis itu?

Sejujurnya pemikiran itu membuat hati (y/n) sedikit terasa nyeri. Seberapa besar tantangan agar dirinya bisa setara dengan Harbinger nomor satu itu? Apa yang bisa dia gunakan agar dirinya tidak berkecil hati ketika suara saat nanti menyatakan perasaannya pada Capitano?

(Y/n) merasa sesak hanya dengan bedanya gelar mereka. Hanya dengan kata yatim piatu saja sudah membuat gadis itu merasa murung dan tidak pantas berada di samping Capitano.

"Terimakasih."

(Y/n) menerima kembali uluran cangkir kosong dari tangan Capitano. Pria itu terlihat mencoba merilekskan tubuhnya diatas kursi. Bisa (y/n) dengan gumaman kecil dari mulut Capitano tentang banyak hal.

"Aku mendengar laporan dari para penjaga." Capitano menegakkan kembali punggungnya. (Y/n) terlihat mendadak gugup dan berkeringat dingin.

"Ya?"

"Laporannya adalah kau mencoba kabur dari kamp."

(Y/n) seketika menjatuhkan lututnya, panik diwajahnya terlihat sangat kentara, "Maafkan saya! Saya hanya mau mengambil mora dan barang-barang seperti pakaian dan yang lainnya di penginapan, tolong jangan usir saya kembali ke Snezhnaya!"

Dia tidak mau disuruh kembali ke Snezhnaya, dia masih belum menikmati tarian Putra Putri Gema. Dia juga belum merasakan sensasi menaiki Yumkasaurus dan terbang di suku Bunga Bersayap.

"Jangan usir sayaaaa!"

.
.
.

.
.
.

.
.
.

T
B
C

.
.
.

San: Aya Aya wae yeen satu ini 🗿

.
.
.

.
.
.

5 November 2024

𝓥𝓮𝓷𝓮𝓻𝓪𝓽𝓮 - [𝚃𝚑𝚎 𝙲𝚊𝚙𝚝𝚊𝚒𝚗 𝚡 𝙵. 𝚁𝚎𝚊𝚍𝚎𝚛]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang