02

1.3K 196 4
                                    

"Besok kita kedatangan tamu istimewa."

Arlecchino, selaku Ayah dari para yatim piatu yang tinggal di House of Heart membuka pembicaraan. Makan malam telah usai, para anak-anak duduk rapi di sebuah meja makan panjang, diam dan mendengarkan Ayah mereka tanpa menyela.

Kue-kue manis yang tersaji kini tinggal sedikit, Arlecchino dengan jemarinya mengambil sebuah kue kering dengan toping buah beri kering yang manis pada seorang anak berusia tiga tahun. Anak kecil yang ditemukannya saat bertamu di Fontaine sebelum banjir melanda tempat itu.

"Persiapkan dengan baik. Anak-anak harus mandi sebelum pukul delapan pagi. Dan jangan lupa teh sambutan juga beberapa makanan ringan." Arlecchino mengangkat anak itu dengan kedua tangannya. Meletakkan tubuh mungil diatas pangkuan kala jemari mengusap lembut rambut coklat anak itu. "Aku juga membeli beberapa minuman. (Y/n), sajikan semua itu untuk tamu yang akan datang besok."

(Y/n) yang namanya disebutkan langsung menatap Arlecchino dengan kikuk, "y-ya, Ayah. Akan aku lakukan."

Arlecchino yang mendapati (y/n) sejak tadi tidak fokus kini memandang gadis itu dengan tajam. "Apa yang kau pikirkan sejak tadi, nak? Kulihat pandanganmu tidak fokus. Apa ada hal yang kau khawatirkan?"

(Y/n) hanya menunduk sejenak sebelum kembali menatap Arlecchino dengan pandangan penuh harap. "S-Siapa tamu besok hari, Ayah?"

"Kenapa kau ingin tahu siapa tamu yang akan datang besok? Itu tidak ada urusannya denganmu, (y/n)."

(Y/n) sontak menunduk malu, benar. Dia bukan siapa-siapa selain anak yatim piatu. Dia juga bukan tangan kanan Arlecchino ataupun yang punya gelar lebih baik selain orang yang hanya membantu di Panti. "Maaf..."

Arlecchino menghela nafasnya pelan, (y/n) adalah yang tertua diantara anak-anak panti lainnya. Menolak untuk keluar dan mencoba masuk kedalam Fatui demi menunggu kedatangan pria yang menjadi penyelamat hidupnya muncul kembali.

Arlecchino sendiri tahu siapa yang dimaksud oleh gadis itu. Tapi sayang, beberapa tahun belakangan ini Capitano dikirim ke medan pertempuran. Bahkan sangat sulit berkomunikasi lewat telegram sekalipun.

"Kau bisa liat sendiri siapa nanti tamunya. Jangan terlalu berharap, tidak ada jaminan orang yang selalu kau tunggu itulah yang akan datang."

Arlecchino memilih menutup pembicaraan dengan (y/n) dan beranjak keluar sendirian.

(Y/n) yang melihat itu seketika menghela nafas pelan dan mulai membersihkan sisa-sisa makanan dan piring kotor ke wastafel.

Malam itu, (y/n) kembali diliputi perasaan rindu.

.
.
.

"Besok," Arlecchino duduk di sebuah kursi kebesaran miliknya yang merupakan salah satu Harbinger ternama. "Datanglah ke Panti. Kau selalu mengirim uang kesana untuk gadis itu, tapi kau menolak menemuinya barang sekali."

Didepan Arlecchino duduk seorang pria dengan topeng hitam yang menutupi seluruh area wajah. Nafasnya berhembus berat dan meletakkan topengnya diatas meja. Sepasang mata yang dingin seperti potongan es menatap datar pada pemilik Panti Asuhan House of Heart.

"Entahlah." Pria itu menyenderkan punggungnya ke kursi. "Bagaimana kabarnya?"

"Kenapa tidak lihat saja langsung, daripada terus bertanya kabar gadis itu padaku."

"Cih, pelit." Capitano menyangga kepalanya, "baiklah, besok aku kesana."

.
.
.

.
.
.

.
.
.

T
B
C

.
.
.

San: Padahal 22nya saling kangen, sok"an nolak ketemu cih🗿

.
.
.

.
.
.

Jangan lupa beli dan dukung Wansut San di trakteer ya sayang"nya San, biar San bersemangat eaakk, semua Wansut bisa dibeli lewat WA, harga tetap sama, ga bakalan naik sampai kapanpun, sayang deh kalian semuaaa  😘

.
.
.

.
.
.

06 September 2024

𝓥𝓮𝓷𝓮𝓻𝓪𝓽𝓮 - [𝚃𝚑𝚎 𝙲𝚊𝚙𝚝𝚊𝚒𝚗 𝚡 𝙵. 𝚁𝚎𝚊𝚍𝚎𝚛]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang