05

826 123 4
                                    

"Anda sudah mau pergi?"

(Y/n) tampak berpegangan pada ujung mantel putih Capitano. Matanya yang berbinar tampak kuyu saat tahu Capitano sudah berdiri dan berniat pergi.

"Kemana? Apa Anda mendapatkan tugas lagi dari Yang Mulia Tsaritsa?" Gadis itu sedikit mendesak. Bibirnya bergetar halus saat Capitano tidak menjawab pertanyaannya cukup lama.

"Tolong jawab saya..." Pada akhirnya mata cemerlang itu mulai berkaca-kaca. "Apa Anda akan meninggalkan saya lagi?"

"Aku akan pergi ke Natlan."

Natlan! Itu salah satu negara besar yang pernah (y/n) pelajari di kelas. Gadis itu kembali terdiam menunggu lanjutan dari ucapan Capitano.

"Mungkin butuh waktu dua tahun atau tiga tahun." Capitano tampak berpikir sejenak. Kepalanya menunduk untuk melihat wajah sang gadis.

"Saya boleh ikut?" (Y/n) meremas pelan mantel putih Capitano. Menggigit pelan bibir bawahnya saat menunggu jawaban dari Capitano.

Tangan Capitano tampak terulur ke wajah (y/n). Jempol pria itu mengusap bibir bawah gadis itu dengan lembut dan menggeleng pelan.

"Tidak boleh. Negara itu sedang perang saat ini." Capitano mencoba melepaskan satu persatu jemari (y/n) yang mencengkram kuat mantel putihnya. "Aku pasti kembali, menunggu beberapa tahun lagi tidak akan terasa terlalu lama."

"Tidak mau!" (Y/n) menolak melepaskan mantel Capitano. Cengkramannya semakin menggila saat Capitano mencoba mengangkat tubuhnya kedalam pelukan.

Seperti tengah mengangkat kucing, Capitano berpegangan diketiak (y/n). Mengangkat sedikit lebih tinggi agar wajah mereka sejajar. Capitano bisa mencium dengan jelas aroma lembut yang datang dari rambut (y/n). Aroma lembut yang berhasil membuatnya menahan nafas sejenak sebelum menghirupnya lebih dalam.

"Kau bisa mati kalau kau memaksa ikut denganku." Capitano menghembuskan nafasnya perlahan. Berat bagi Capitano meninggalkan gadis ini lagi. Bahkan mereka hanya bertemu dua kali saja. "Lagipula, kau harus tetap disini mengurus panti dan adik-adik pantimu. Kalau kau ikut denganku, The Knave akan memarahiku."

"T-Tapi... Saya mau ikut juga..." Air mata (y/n) akhirnya luruh. Wajah (y/n) memerah dan basah seketika. Pemandangan itu membuat Capitano menelan ludah dengan kasar. "Saya janji tidak akan menyusahkan Anda, Tuan! Tolong bawa saya juga bersama Anda!"

Capitano terlihat bimbang, tangisan (y/n) membuat pria itu turut merasa sakit. "Tidak bisa. Tempat itu berbahaya untukmu. Kau tidak mungkin bisa tahan juga dengan suhu disana yang panas."

"Saya suka musim panas! Tempat yang panas bukan masalah untuk saya!" (Y/n) masih saja bersikeras. Gadis itu bahkan dengan berani melingkarkan lengannya dileher Capitano, menolak untuk diturunkan oleh pria itu. "Saya memang tidak bisa memasak, tapi saya bisa bersih-bersih! Saya juga bisa mencuci baju atau menjemur pakaian. Tolong bawa saya juga, Tuan Capitano!"

Teriakan (y/n) mengundang orang-orang Panti melihat apa yang tengah terjadi. Mereka menonton bagaimana (y/n) memeluk Capitano dengan erat dan menangis keras seperti bocah.

"Ada apa ini?" Arlecchino akhirnya angkat bicara karena kesal mendengar teriakan (y/n) yang sampai ke lantai satu. Wanita bernetra hitam dengan tanda silang merah itu tampak tercengang melihat Capitano dan (y/n).

"The Knave." Capitano tampak sedikit kesusahan melepaskan pelukan (y/n). Pria itu mencoba meminta bantuan karena takut melukai gadis keras kepala itu. "Bantu aku. (Y/n) menolak melepaskanku."

Arlecchino menghela nafas dengan kasar, wanita yang dipanggil 'Ayah' itu bergerak dengan mulus dan memukul belakang kepala (y/n) hingga gadis itu terkulai lemas dan jatuh pingsan.

"Merepotkan sekali." Arlecchino bisa merasakan pandangan tajam yang menusuk diberikan oleh Capitano padanya. "Apa? Kau sendiri yang meminta bantuanku. Jangan mengomentari metodeku."

Capitano meletakkan tubuh (y/n) yang lemas keatas kasur gadis itu. Wajah (y/n) benar-benar memerah karena tangisan, membuat Capitano sedikit khawatir. Tangan Capitano segera menarik selimut untuk menutupi kaki dan paha gadis itu yang tersingkap.

"Terimakasih." Capitano berkata pada Arlecchino.

Arlecchino bisa melihat Capitano berjalan dan meninggalkan kamar (y/n). Pun dengan Arlecchino, wanita itu menutup kamar (y/n) dari luar agar tidak ada yang menerobos masuk.

"Sama-sama."

Kedua Harbinger itu berjalan bersisian. Arlecchino yang pertama kali berbicara lagi menanyakan pada Capitano kemana tugas selanjutnya pria itu. Sama seperti jawaban Capitano pada (y/n), pria itu hanya menjawab Natlan pada Arlecchino.

Arlecchino yang sudah tahu bagaimana konflik di Natlan mendoakan agar Capitano selamat dari murka dewa Api.

.
.
.

.
.
.

T
B
C

.
.
.

San: belum masuk era Cegilnya, ntar mas-mas Capibara bakalan lebih pusing sama tingkah Yeen 🤣🤣

.
.
.

.
.
.

Wansut mas mas Capibara ada di trakteer ya gaesss, bisa dibeli dan harganya khusus bulan September 2024 ini hanya 5k, jadi jangan lupa beli mumpung diskon 😍

.
.
.

.
.
.

21 September 2024

𝓥𝓮𝓷𝓮𝓻𝓪𝓽𝓮 - [𝚃𝚑𝚎 𝙲𝚊𝚙𝚝𝚊𝚒𝚗 𝚡 𝙵. 𝚁𝚎𝚊𝚍𝚎𝚛]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang