Part 23

185 25 0
                                    

"Nat,"

Aku menoleh ke arah sumber suara, "Iya, Ni--"

"Eh? Umm, umm, how should I call it?," aku bingung harus memanggilnya apa. Karena memang dari dulu aku tidak tertarik dengan keluarga Niall, kecuali Theo.

"Call me Mom Maura," katanya ramah,

"Oke mom," balasku, sambil menggendong Ernest.

"Kau sudah makan dear?" tanya mom Maura,

Aku menggeleng. Mom Maura melihat ke arah Niall, "Niall, kau bagaimana? Kau biarkan dia kelaparan?"

"Mom, aku masih kenyang kok," jawabku sambil tersenyum,

"Oh begitu, yasudah kalau begitu. Aku mau mengurus makan Theo dulu ya," ucap Mom Maura,

"Mom, aku saja yang mengurus Theo,"

"Lalu Ernest?" tanya Mom Maura,

"Aku akan membawa mereka ke playground," usulku

"Oh baiklah," jawab Mom Maura, "Niall, bantu Natasha mengurus Theo ya,"

"Oke mom," balas Niall sambil mencubit pelan pipi Ernest.

*

Aku membawa Ernest dan Theo ke playground. Niall mengambil baby trolley Theo dan mendudukkannya disitu. Theo menangis,

"Niall, jangan begitu dong," ucapku pelan lalu mengeluarkan Theo dari baby trolley nya, "Oh Theo, don't cry baby,"

Saat itu Lottie masuk kedalam ruangan dan membawa Doris, "Wow, Niall seperti daddy day care,"

Aku dan Niall saling bertatapan, "Lottie, jangan mulai," ujar Niall,

"Maaf, maaf," tawa Lottie. "Oh iya. Aku mau mengambil Ernest ya. Dia belum makan,"

"Oh begitu, oke," timpal Niall sambil mengangkat Ernest lalu memberikannya ke Lottie.

Setelah Lottie keluar dari playground dengan Ernest, aku dan Niall kembali mengurus Theo.

Aku membiarkan Theo makan sambil bermain. Saat mulutnya selesai mengunyah, aku menambahkan makanannya lagi.

"Theo, sudah atau belum?" tanyaku saat dia sedang bermain,

"Not yet," dengan mulut penuhnya,

"Okay tell me when you're done," tambahku,

Beberapa detik kemudian, "Aaa," mulutnya membentuk huruf 'A' dan aku memasukan sesuap mashed potatoes ke dalam mulutnya.

"Kau suka anak-anak ya?" tanya Niall tiba-tiba.

Aku mengangguk, "Iya, mereka lucu. Menggemaskan,"

"Seperti aku kan?" tanya Niall dengan percaya diri,

"Terlalu percaya diri," kataku sambil tertawa lalu menjulurkan lidah.

"Nat, bagaimana kalau Theo ikut di mobil kita saja?" usul Niall,

"Boleh saja sih. Tapi kau sudah tanya mom Maura?" tambahku,

"Belum. Tapi pasti boleh," ucap Niall sambil tersenyum,

"Ni, jangan senyum terus dong. Bosan lihatnya," protesku. Aku tau itu aneh. Membiarkan seseorang tidak tersenyum. Sebenarnya alasannya kalau Niall tersenyum, aku mulai meleleh.

"Oke aku tidak tersenyum sering-sering,"

*

"Theo mau biskuit?" tanyaku dalam perjalanan ke villa Uncle Robbin,

Change Your TicketTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang