"Permisi Nona, apakah kau dapat bergeser sedikit?" suara serak seksi itu sangat ku kenal. Ya meskipun hanya dari YouTube.
(P.s : Pribadi bgt yolo)"HAZZA?!" sontakku kaget melihat wajah si curly yang sekarang jadi panjang itu dan mata nya yang hijau.
"NATASHA!" Harry pun ikut berteriak layaknya sedang fangirling.
"OH MY GOD! FINALLY I MEET YOU!" teriakku tanpa sadar aku berada di dalam mobil. Aku menutup mataku agar dapat menahan rasa senang yang aku alami sekarang.
"GUYS! Stop it! It's not Fangirling time okay?" ucap Louis dari kursi depan.
Aku langsung diam. Tapi tetap dalam keadaan mengontrol diriku. Sebab kalian pasti tau mereka tidak suka dengan.... Ya kalian tau lah hahaha.
"Sekarang kemana kita akan pergi?" tanya Harry kepada Louis.
"Don't know. How about Mall?" tanya Louis.
"Mall? Ah, kau gila ya?" protes Harry dari belakang.
"Yasudah. Bagaimana kalau kita ke studio saja?" tanya Louis.
"Ide bagus, Lou," Harry menyetujui gagasan cermat itu.
"Hey, hey," aku memutus pembicaraan mereka.
"Apa?" tanya Harry sambil menoleh ke arahku. Ah, sungguh dia membuat jantungku mau lepas.
"Kenapa kita harus ke studio?" tanyaku terus terang.
"Kau mau mendengar lagu yang baru tidak? Ini buat album ke lima," ajak Louis.
"Tapi berjanjilah kau tidak mengumbar umbarkan nya ya," timpal Harry.
Aku mengangguk, "Iya,"
"Tapi aku malas kembali ke studio, Haz," ucap Louis memberhentikan mobilnya.
"Kok berhenti Lou?" tanyaku kebingungan.
Louis menoleh kebelakang dan melihat ke arahku. Dia memukul pelan kepalaku, "Lampu merah, sweety,"
"Sweety? WTF! He just making me wanna scream," batinku,
"Please don't scream," pinta Louis.
"Bagaimana dia tau? Pembaca pikiran," pikirku, "Siapa juga yang mau berteriak? Kau terlalu percaya diri," lanjutku sambil menjulurkan lidahku keluar.
"Wah, kau ini benar-benar menyebalkan ya Sha," ucap Louis diikuti tawanya sambil menaruh tangannya di atas kepalaku dan mengacak-acak rambutku
"Ckckck," seseorang berdecak kesal di dalam mobil. Tapi itu bukan Louis,
"Kenapa Haz?" tanyaku masih mencoba menangkis tangan yang akan menyerang rambutku lagi.
"Tidak apa-apa. Lanjutkan saja permainan kalian. Aku akan menonton saja," ucap Harry sambil melihat kearah jendela mobil.
"Dia merasa kita diamkan. Itu sudah biasa. Dan sekarang dia ngambek," tutur Louis lalu dia tertawa dan tangannya akan memukul kepala Harry. Dengan sigap Harry menghindar, "Tidak kena,"
Sikap mereka ini masih anak-anak sekali. Padahal mereka sudah 20 ke atas semua. Ya Tuhan...
Di tengah tawa kami, aku menyadari sesuatu. Mobil Range Rover? Hitam? Tunggu, tunggu, tunggu. Sepertinya aku tau mobil ini.
"Guys," kataku yang membuat mereka terdiam,
"Ya?" tanya Louis.
"Ini mobil Niall ya?" tanyaku to the point.
Harry mengangguk, namun berbeda dengan Louis. Dia menggeleng.
Aku heran dibuat mereka. "Ini mobil siapa? Niall kan?"
Kali ini Harry menggeleng, Louis mengangguk. Aku tambah heran. "Yasudah lah,"
*
"Hey Sha, bangun,"
"SHAAA!!!"
Aku terkejut mendengar suara itu. Keras sekali. Kubuka mata ku perlahan, kulihat seseorang dengan speaker/Toa di tangannya. Dan masih mengarahkannya ke telinga ku.
Aku mencoba membuka mataku untuk meyakinkan yang kulihat. Aku langsung berdiri. Jujur, aku kaget melihat wajahnya.
"LEEYEUM!!!" aku meloncat-loncat sendiri. Sadar akan reaksi ku tadi, aku segera berhenti meloncat dan merapihkan rambut dan segalanya.
"Maaf. Aku hanya sedikit bahagia," ucapku
"Tenang. Santai saja," ucapnya lalu memberikan tawanya itu.
"Tuhan, jangan ambil nyawa gue dulu. Duh, malaikat mana malaikat, pegangin jantung gue please," batinku bicara sambil terus memandangi wajah Liam.
"Hey Nat," tangan Liam bergerak ke kanan ke kiri dan membuatku tersadar.
"Ah? Iya?" ucapku sadar dari lamunan gila ku tadi
"Kau ingin masuk atau tidak?" tanya Liam kepadaku. Aku mengangguk dan mengikuti nya dari belakang.
"Wait Liam,"
Liam menoleh,"Ada apa,Nat?"
"Can I hug you?" tanyaku spontan. Aku tau ini gila. Tapi aku juga tidak tau Liam akan merespon apa.
Liam membentangkan tangannya, "Sure,"
Aku berlari kecil ke arah Liam dan memeluknya. Liam membalas memelukku.
"Sumpah ini anget banget. Ya Tuhan, comfortable banget," ucapku dalam hati. Ingin terus berlama-lama memeluk Liam, tapi itu kan tidak mungkin.
"Nat, masuk ke studio yuk. Aku sudah di tunggu Julian," kata Liam sambil menepuk pelan punggungku.
Aku melepas pelukan Liam. Walaupun sejujurnya tidak rela.
(P.s : Siapa yang rela woy -_-)"Julian? Julian Bunetta?" tebakku. Ya karena aku Directioners, pasti aku tau dia.
Liam mengangguk, "Iya. Ada John juga di dalam,"
"Baiklah," ucapku lalu mengikuti langkah Liam.
*
"Sekarang Liam, kau recording dulu, kau yang terakhir," ucap Julian saat selesai dengan recording Louis, Harry dan Niall.
"Umm, Nat, aku masuk ke dalam dulu ya," ucap Liam saat akan masuk ke dalam ruangan itu. Aku mengangguk.
Dia masuk ke dalam ruangan itu, beberapa detik kemudian dia keluar lagi. "Oh iya Nat, disana ada banyak kertas kosong. Ambil saja kalau kau masih berniat untuk menggambar jaket itu,"
Aku terkejut mendengar perkataan Liam. Aku saja tidak sadar aku masih dalam hari kerjaku. Aku tersenyum, "Thank you, Liam,"
guys, just info, CYT bakal abis, so still needing your vomments. Gracias!
KAMU SEDANG MEMBACA
Change Your Ticket
Fanfic"You should probably stay, probably stay a couple more days, Come and let me change your tickets home... Don't go.... It's not the same when you go, And it's not good to be all alone So you should probably stay Here with me a couple more days Com...