Aku tidak langsung pulang setelah dari kampus, aku mau refreshing sebentar ke mall. Saat aku mengelilingi mall itu, aku melihat seseorang yang kurasa aku kenal wajahnya. Aku menutup wajahku dengan tanganku agar tidak terlihat. Tapi,
"Natasha," panggilnya. Aku langsung berjalan cepat. Aku tidak mau bertemu dengannya.
"Nat, dengerin gue dulu dong," pintanya, "APA?! GUE HARUS DENGER APA?! BOONG LO LAGI? IYA?!" bentakku kepadanya. Aku tau itu kasar, tapi apa boleh buat?
"Makanya, gue sekarang mau minta maaf, gue tau gue salah sama lo Nat," ucapnya dengan nada menyesal,
"Hah? Apa lo bilang? Maaf? Abis ketauan duain gue? Bagus banget," ucapku berdesis dan tersenyum sinis,
"Nat, ayolah maafin gue," pintanya layaknya anak kecil memohon kepada ibunya membelikan gula kapas.
"Denger ya James, gue gak mau tau lo lagi. Mending sekarang lo pergi, gue muak liat muka lo. Dan gue udah punya pengganti lo," ucapku kesal lalu bergegas pergi,
Dia menarik tanganku lagi, "Na--"
"Shut the f*ck up man. I hate you," amarahku sudah di puncaknya.
"Gue bakal pergi abis lo maafin gue, Nat," katanya sambil memegang tanganku. Segera aku menepis tangan besanya itu. Jelas tangannya besar, sejak aku masuk kuliah 6 tahun lalu, dia sudah menjadi Menwa di kampus.
"Lepasin! Gue bilang gak, ya gak," omelku padanya tegas.
"Oke, gue pergi Nat. Yang jelas, gue cuma pengen lo tau gue butuh lo sekarang," ucapnya,
"Butuh? Butuh lo bilang? Kemana tuh cewek lo yang lo bangga-banggain dulu? Sampe bela-belain duain gue. Kemana tuh? Siapa namanya? Gaby ya?" ucapku mengingat-ingat dulu.
"NAT! Itu kan 6 tahun lalu, udah lah Nat. Gue minta maaf,"
"Eh, kuping lo tuh dimana sih? Gue bilang dari tadi apa? Hmm?" tanyaku terus terang dengan tangan bercacak pinggang.
"Kata lo 'gak' kan? Gue denger kok,"
"Terus ngapain lo masih disini? Pergi lo!" Omelku. Aku tidak peduli lagi dengan orang yang melihat ke arahku dan James.
"Oke, gue pergi. Tapi ada satu syarat," ucapnya menyerah.
"Banyak omong banget sih lo!" bentakku. "Cepet! Apa mau lo?"
"Tunjukin pacar lo. Paling lama batasnya akhir tahun,"
"Duh, shit. Gimana caranya?" Batinku mendesakku untuk berpikir
"Eh, kok lo diem? Lo boong ya sama gue kalo lo punya pacar baru?" tanya nya penuh curiga dan senyum nakal nya itu.
"Ngapain gue boong? Emangnya gue kayak lo!" jari ku menunjuk tepat di wajahnya
"Buktiin dong," tantangnya dengan senyum nakalnya itu.
"Oke, gue buktiin. Dan jangan bikin diri lo malu sendiri kalo lo liat pacar baru gue, jerk!" ucapku lalu pergi menjauh. Sejauh mungkin.
*
"Ah, si James gila kali. Udah tau gue suka nya sama artis. Otaknya ilang kali ya ini orang! Ih, gue kesel! Masa gue pacarin Zayn? Dia kan udah punya pacar. Lagian gak mungkin banget. Liam? Sama Sophia. Louis udah gue anggep kakak, Harry? Mana mungkin dia mau," kataku terus berpikir keras. "Ah, masa Niall sih? Gak mau ah gue, lagian mimpi aja lo, Nat," lanjutku sambil menggelengkan kepala ku
"Gue curhat aja kali ya ke Louis atau Liam? Siapa tau ada solusi," tekadku.
Guys, gue mohon dengan sangat, vomments nya ya.. jangan jadi silent reader dong... Ga enak tau wkwk
KAMU SEDANG MEMBACA
Change Your Ticket
Fanfiction"You should probably stay, probably stay a couple more days, Come and let me change your tickets home... Don't go.... It's not the same when you go, And it's not good to be all alone So you should probably stay Here with me a couple more days Com...