Request pembaca.
Sebuah cerita tentang Bangau, prajurit dari kerajaan Ananta yang mendapatkan kutukan luka. Drama, cinta dan sihir bersatu dalam buku ini.
Cerita ini masuk ke dalam semesta buku Danau Pelangi. Author sangat menyarankan untuk membaca...
•• ━━━━━ •• Saat aku sudah sangat dicintai Jiwaku memaksa diri untuk mencintai Yang lain •• ━━━━━ ••
Bangau sedang membersihkan beberapa kotak kaca artefak yang berdebu. Saat lonceng penanda siang hari dibunyikan, itu tanda dia boleh meninggalkan gedung artefak untuk makan siang. Seperti biasa dia dan Maleo akan bertemu di salah satu menara pengawas Ananta, tempat mereka biasa makan siang berdua.
"Tumben terlambat?" tanya Maleo yang sudah menunggu di menara itu.
"Aku bawa ini" Bangau mengeluarkan bungkusan berisi pisang bakar dan madu.
"Ayo makan, aku punya jagung bakar"
"Kau sudah mandi?" tanya Bangau yang tahu bahwa pekerjaan Maleo di saluran bawah tanah cukup kotor.
"Sudah... sudah... apa yang kau takut-kan, nih..." Maleo membuka jubahnya dan makan tanpa baju agar Bangau bisa mencium kalau badannya tidak bau sampah.
Mereka berdua duduk di pinggir menara sambil melihat ke bawah. Menikmati angin dari ketinggian dan berbincang tentang pekerjaan. Setahun kebelakang mereka dekat, sangatlah dekat. Maleo selalu ada disamping Bangau, mendukungnya secara mental dan fisik. Bangau juga menerima Maleo di sampingnya walaupun dia tahu, hatinya masih berharap kepada Murai.
Mereka sering menghabiskan malam bermesraan walau tak lebih dari berciuman, dan bermain mulut di bawah sana. Maleo menghargai tubuh rapuh Bangau. Dan Bangau sendiri tidak mempermasalahkan bila Maleo ingin "tidur" dengan orang lain karena dia tahu dia tidak akan memenuhi hasrat itu. Tapi Maleo tidak tergoda oleh siapapun, menetapkan hatinya, pikirannya, dan tubuhnya hanya untuk Bangau. Dia menggunakan waktunya untuk melatih Separa Kena agar sempurna.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Terdengar genderang perang mendekati gerbang. Para Prajurit kembali dari medan perang di perbatasan dengan Anunika. Terlihat beberapa pasukan berhasil pulang dengan selamat, ada yang luka-luka di kereta kuda, dan ada yang sudah jadi mayat di gerbong barang.
"Ada untungnya kan kita tidak jadi prajurit perang. Damai, tenang, makan pisang bakar madu" ucap Maleo sambil bercanda.
"Kenapa kita tidak berdamai saja dengan Anunika. Kalau kita bisa berteman dengan Abaria, kenapa dengan Anunika tidak?" tanya Bangau sambil mengambil jagung rebus dari tangan Maleo.
Bangau menggigit jagung itu ...
"Akkh" Jagung itu terlalu keras dan gigi bangau menggigit bibirnya sampai berdarah.
"Sayang..." Maleo yang khawatir mengambil sapu tangan untuk membersihkan darah di bibir bangau.
"Tak apa..." Bangau mengambil kain khusus untuk menampung darahnya "Lagipula aku butuh darahku untuk Citra dan Sastra kan?"
"Sakit ya... maaf aku tidak tahu kalau jagungnya belum matang. Jagung jahat" Maleo melempar jagung itu ke bawah menara.
Bangau tertawa dan menyimpan tetesan darahnya lalu menahan sakit.