Malam hari setelah memberi keperawanannya ke Murai, Bangau tertidur di kamarnya sambil menanggung sakit luar biasa di bawah sana. Dia meringis, berusaha meminum obat dan lain sebagainya, tapi semuanya tidak berpengaruh. Area bawahnya terluka, robek dan sangat nyeri.
Berjalan ke rumah tinggalnya saja dia pincang dan harus diam-diam agar tidak ada yang melihat. Tindakannya dan Murai membuatnya membayar besar. Tubuhnya panas dan otot-otot tubuhnya nyeri. Lututnya gemetar dan darah terus menetes dari luka robek itu. Dia melapisi bokongnya dengan kain untuk menahan tetesan darah dari bawah sana. Tiap kali dia bergerak, duduk, berjalan, bahkan jongkok akak membuat lukanya menyengat seisi tubuhnya.
Tok-tok-tok
Pintunya di ketuk.
"Murai?" tanya Bangau.
Pintu terbuka dan Maleo masuk sambil membawa beberapa barang. Dia letakkan barang-barang di samping ranjang Bangau, dia duduk tanpa suara dan mulai mengompres kening Bangau agar panas tubuhnya reda.
"Aku dengar kau sakit setelah mengobati Murai" ucap Maleo lembut dan mengusap kening Bangau.
Bangau terkejut karena dia kira orang yang mengetuk pintu adalah Murai, Maleo tidak perlu mengetuk pintu, dia dapat berjalan menembusnya.
"Sakit?" tanya Maleo dan mengambil belati, menggores tangannya dan membuat ruang hampa untuknya dan Bangau.
Gelembung hampa mengelilingi ranjang Bangau, di dalam kehampaan setidaknya Bangau tidak merasakan nyeri. Maleo keluar masuk gelembung untuk mengurusnya. Mengganti jubahnya, tanpa bertanya bercak darah di bawah sana. Dia memberikan teh hangat dan ramuan. Maleo juga menyiapkan buah potong dan makanan ringan.
"Aku sengsara, aku kesakitan Leo. Karena...." Bangau terdiam dan melihat Maleo menuangkan beberapa ramuan untuknya "Memindahkan racun dari tubuh Murai. Efek sampingnya menyakitkan untukku"
Jelas itu kebohongan. Dia tidak kesakitan karena efek memindahkan racun. Tapi karena persetubuhan tanpa persiapan yang matang. Ditambah kasarnya Murai untuk Bangau yang belum pernah melakukan hal itu, jelas mengaku sakit karena memindahkan racun adalah kebohongan yang dilakukan Bangau dengan kesadaran penuh.
"Ya, racun yang sangat banyak ya" ucap Maleo dan meminumkan ramuan penambah energi ke Bangau. Walau tidak menyembuhkan setidaknya Bangau tidak lemas dan pucat.
"Dia hampir mati, aku menolongnya Maleo, aku harus menolongnya..." Bangau memegang tangan Maleo.
"Oh ya?" Maleo tersenyum "Kau hebat bisa menyelamatkannya dari kematian. Apa yang kau lakukan?"
"Aku..." Bangau menelan ludah "Memantrainya, menggunakan Sastra untuk mengeluarkan racun itu..."
"Sampai membiarkan dia mengambil keperawananmu?" tanya Maleo dengan mata berkaca-kaca "Sampai kau biarkan dia membuat kau terluka kesakitan begini, sampai kau harus bohong kepadaku Bangau?"
KAMU SEDANG MEMBACA
TINTA DAN DARAH . Danau Pelangi (Special Request)
FantastikRequest pembaca. Sebuah cerita tentang Bangau, prajurit dari kerajaan Ananta yang mendapatkan kutukan luka. Drama, cinta dan sihir bersatu dalam buku ini. Cerita ini masuk ke dalam semesta buku Danau Pelangi. Author sangat menyarankan untuk membaca...