Request pembaca.
Sebuah cerita tentang Bangau, prajurit dari kerajaan Ananta yang mendapatkan kutukan luka. Drama, cinta dan sihir bersatu dalam buku ini.
Cerita ini masuk ke dalam semesta buku Danau Pelangi. Author sangat menyarankan untuk membaca...
Bangau berkorban banyak demi cintanya kepada Murai. Merubah takdir Murai menjadi Takdirnya, membuat dirinya terkena kutukan luka yang mencegahnya menjadi kesatria, bahkan sampai memberikan kesuciannya yang melukai Maleo.
Maleo dan Murai terikat perjanjian. Maleo menutupi kematian orang tua Murai dengan syarat Murai membiarkan dia mendekati Bangau. Namun Murai melanggar perjanjian itu.
Dalam kemarahannya kepada Murai dan Bangau, atas nama cintanya kepada Bangau. Maleo membuat perjanjian dengan Ruah sang dukun Rubah untuk membatalkan kutukan luka milik Bangau. Dengan tumbal nyawa...
Prajurit Ananta yang otaknya sudah disihir oleh Ruah kembali dengan ingatan palsu mereka dari medan perang. Murai meninggal dibunuh musuh dan Maleo mati terbakar. Semino, Ukino dan Merpati mengabarkan tentang kematian Maleo kepada Bangau, mereka masih merahasiakan kematian Murai karena tak mau Bangau terpukul dua kali. Itulah kebenaran yang tersebar.
Yang terjadi Murai mati karena jantungnya diambil oleh Maleo dan di makan Ruah. Murai yang ingin menjadi panglima Ananta, kini menjadi panglima mayat hidup yang mengabdi kepada Ruah. Maleo melanjutkan hidupnya untuk mengumpulkan nyawa-nyawa, membunuh orang sebanyak mungkin demi membayar Ruah, untuk mengobati kutukan Bangau.
...
Setelah kondisi Bangau membaik dari tidur panjangnya, Merpati menghampirinya untuk membantu Bangau pulang.
"Mana Murai?" tanya Bangau "Dia tidak menjengukku?"
"Dia..." Merpati berat untuk membicarakannya "Dia juga gugur..."
Bangau terduduk, mematung dan tidak percaya dengan ucapan Pati.
"Bagaimana mungkin dua pria itu gugur bersamaan. Mereka prajurit terbaik Ananta" ucap Bangau.
"Bangau, kumohon kau tenang. Kita semua berduka dan Ananta harus bangkit."
"Tidak.. Tidak mungkin...Tidak..."
Bangau kehilangan kedua nya sekaligus. Pria yang sangat dia cintai, dan Pria yang sangat mencintainya. Dan hal terakhir yang dia ingat adalah dia mengecewakan keduanya. Dia tertidur, dan terbangun dengan fakta bahwa kedua pria itu mati.
Semua sesalnya menumpuk di satu waktu. Seandainya dia menuruti kemauan Murai untuk membantu perang dengan sihirnya, mungkin mereka tidak gugur. Seandainya dia benar-benar setia kepada Maleo, maka sekarang Maleo ada di sampingnya. Bangau kehilangan keduanya, dan sadar bahwa keputusannya mungkin bisa mencegah itu.
Bangau menangis sejadi-jadinya. Patah hatinya sangat luar biasa, tapi tidak ada yang lebih besar dari rasa bersalahnya. Tak sempat dia membalas cinta Maleo, tak sempat dia minta maaf, tak sempat dia menyelesaikan kejelasan hubungannya dengan Murai. Dia kehilangan semuanya...
Setelah menerima berita itu Bangau tidak bicara kepada siapapun kecuali penting. Air matanya terus jatuh saat dia menjaga ruang artefak. Seakan tidak ada kebahagiaan sama sekali yang ada dalam hidupnya. Bangau tenggelam dalam duka, dan Ukino merasa khawatir. Dia khawatir Bangau akan mengakhiri hidupnya karena duka itu.
Maka dari itu Ukino mengutus seorang prajurit junior untuk mengawasi Bangau. Atas rekomendasi Elang dan Rajawali, seorang telepat (Pembaca pikiran) dipilih untuk bisa mengetahui isi pikiran Bangau. Mencegahnya bila sang pelukis berniat macam-macam.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.