Haechan itu seorang dominan garis keras, cuman akibat do'a mami Doyoung yang menjadi kenyataan. Dengan sangat terpaksa Haechan harus merelakan gelar dominannya lalu menerima gelar barunya sebagai nyonya Jung karena sedang hamil anak si kembar Jung J...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
∆ No Edit, penuh dengan typo jadi harap maklum ∆ Jangan lupa vote dan komennya juseyoo (.◜◡◝)و!!
꧁❁🅝🅨🅞🅝🅨🅐 🅙🅤🅝🅖❁꧂
*
*
*
Di apartemen mewah milik keluarga Jung, suasana siang itu tampak damai. Jeno tengah mengetik di laptop di ruang kerja, sementara Jaemin sibuk di dapur mempersiapkan camilan kesukaan Haechan. Haechan sendiri sedang duduk santai di sofa ruang tamu, mengenakan piyama berbahan satin yang longgar dan nyaman. Meski terlihat santai, matanya terus menatap layar ponselnya dengan tatapan tajam, membaca artikel tentang kehamilan.
“Oh, lihat ini,” gumam Haechan pada dirinya sendiri, jari-jarinya menggulir layar.
“Orang hamil biasanya naik berat badan 10-15 kilogram. Tapi aku rasa aku sudah naik 20 kilogram!”
Haechan menatap perutnya yang bulat dengan cemberut, lalu berteriak memanggil kedua suaminya.
“Jeno! Jaemin! Cepat ke sini!”
Keduanya langsung muncul hampir bersamaan, dengan ekspresi khawatir yang khas di wajah tampan mereka.
“Kamu baik-baik saja? Perutmu sakit?” tambah Jaemin sambil mengeringkan tangannya dengan lap dapur.
“Tidak, aku tidak sakit.” Haechan menunjuk perutnya dengan dramatik.
“Tapi lihat aku! Aku sudah sebesar balon udara. Apa aku terlihat sangat gendut?”
Jeno dan Jaemin saling pandang dengan mata melebar. Ini adalah momen yang berbahaya. Sekali saja salah menjawab pertanyaan ini bisa berakhir dengan bencana.
“Tidak, Sayang, kamu tidak gendut” kata Jeno cepat.
“Kamu hanya terlihat…. lebih glowing” tambah Jaemin, mencoba terlihat yakin meskipun nada bicaranya sedikit bergetar.
Haechan memicingkan mata ke arah mereka. “Glowing? Apa maksudmu glowing? Itu artinya aku gendut, begitu?”
“Bukan begitu maksudnya!” seru Jeno panik. “Kamu hanya terlihat sehat dan… sangat bahagia!”
Haechan masih menatap mereka dengan tatapan curiga, tapi sebelum sempat melanjutkan interogasinya, bel pintu berbunyi.
“itu pasti Mark yang datang!” seru Haechan dengan wajah ceria, seolah lupa pada diskusi sebelumnya.
Haechan bangkit dari sofa dengan susah payah, membuat Jeno dan Jaemin langsung refleks membantunya berdiri.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.