Part 21

1.2K 94 12
                                    

∆ No Edit, penuh dengan typo jadi harap maklum∆ Jangan lupa vote dan komennya juseyoo (

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


∆ No Edit, penuh dengan typo jadi harap maklum
∆ Jangan lupa vote dan komennya juseyoo (.◜◡◝)و!!

꧁❁🅝🅨🅞🅝🅨🅐 🅙🅤🅝🅖❁꧂

*

*

*

Di kediaman keluarga Seo, keheningan pagi berubah menjadi kekacauan total sejak si sulung Haechan tiba. Mami Doyoung dan Papi Johnny yang awalnya menyambut kedatangan Haechan dengan senyuman hangat, kini hanya bisa menatap putra manis kesayangan mereka itu dengan ekspresi putus asa.

“Channie sayang, hati-hati! Jangan lari-lari seperti itu!” seru Mami Doyoung panik saat melihat Haechan melompat-lompat kecil mencoba mengejar kucing keluarga yang bernama Mochi.

“Aku tidak lari, Mami. Aku cuma mau main sama Mochi!” balas Haechan sambil tertawa riang.

“Tapi perutmu itu sudah seperti bola dunia, Channie” sahut Papi Johnny dari ruang tamu, wajahnya terlihat sangat tegang.

“Kamu mau bikin cucu papi lahir prematur di rumah ini?”

Haechan mendengus, masih sibuk mengejar Mochi yang tampaknya sudah kelelahan. Bayangkan saja kucing kecil harus dikejar beruang cokelat yang sedang hamil, apa tidak lelah.

“Papi, aku ini baik baik saja. Jangan lebay!”

Papi Johnny hanya bisa memijat pelipisnya, sementara Mami Doyoung mencoba mengejar Haechan dengan membawa bantal untuk melindungi Haechan kalau kalau anak nakal itu sampai jatuh.

Flashback on

Semua ini bermula pagi sekali di apartemen nominhyuck,  Haechan terlihat sedang menangis tersedu-sedu di depan pintu apartemen. Dua suaminya, Jeno dan Jaemin, terlihat sudah berpakaian sangat rapi lengkap dengan koper milik mereka. Namun harus menghadapi drama besar dari si nyonya Jung yang tidak ingin ditinggal.

“Aku tidak mau ditinggal sendirian!” tangis Haechan, memegang erat lengan Jeno.

“Aku mau ikut dengan kalian! Aku janji tidak akan membuat masalah!”

Jeno menghela napas panjang, berlutut di depan Haechan sambil memegang kedua tangannya.

“Sayang mengertilah, ini semua demi kebaikan mu. Kami tidak ingin mengambil risiko” ucap Jeno dengan nada seserius mungkin.

Haechan terdiam sambil mengerutkan dahi. “Risiko apa? Aku kan cuma duduk di bangku pesawat”

Jaemin mengangguk setuju dengan Jeno. “Iya, tapi bagaimana kalau ada turbulensi? Pesawat bisa goyang, dan kami tidak mau kamu tiba-tiba melahirkan di saat pesawat sedang mengudara.”

Nyonya Jung (Nominhyuck) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang