Haechan itu seorang dominan garis keras, cuman akibat do'a mami Doyoung yang menjadi kenyataan. Dengan sangat terpaksa Haechan harus merelakan gelar dominannya lalu menerima gelar barunya sebagai nyonya Jung karena sedang hamil anak si kembar Jung J...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
∆ No Edit, penuh dengan typo jadi harap maklum ∆ Jangan lupa vote dan komennya juseyoo (.◜◡◝)و!!
꧁❁🅝🅨🅞🅝🅨🅐 🅙🅤🅝🅖❁꧂
*
*
*
Pagi pagi buta, di kediaman keluarga Jung, suasana yang biasanya damai mendadak berubah. Haechan berdiri di samping ranjang sambil mengguncang tubuh Jeno dan Jaemin yang masih setengah terlelap. Kedua pria itu hanya menggeliat kecil, mencoba mengabaikan gangguan tersebut.
"Jeno, Jaemin... bangun!" suara Haechan terdengar mendesak, meski sedikit bergetar.
"Hmm... Sayang, ini masih gelap nanti ya" gumam Jeno dengan suara serak, menutupi wajahnya dengan selimut.
Jaemin hanya merespons dengan dengkuran pelan, tanda dirinya tidak berniat bangun. Namun suasana mendadak berubah ketika terdengar suara isakan kecil dari Haechan.
Jeno langsung tersentak bangun. Ia menatap Haechan yang berdiri di ujung ranjang dengan mata sembap dan wajah merah.
"Sayang, kenapa menangis?" tanya Jeno panik, tangannya langsung meraih tangan Haechan, mencoba menenangkannya.
"Apanya yang sakit? Bayinya kenapa?"
Haechan menggeleng sambil terisak, suaranya terdengar agak serak dan patah-patah saat berbicara.
"Bayinya... bayinya minta dibeliin anak anjing yang jenisnya border collie warna krem. Harus warna krem. Kalau nggak, dia akan sedih"
Mata Jeno melebar, mencoba mencerna permintaan itu, sementara Jaemin langsung kembali rebahan, menutup wajahnya dengan bantal.
"Sayang, ini masih jam dua pagi loh" ujar Jaemin dengan suara berat.
"Tidak bisa kah belinya nanti pagi saja?"
"Daddy Jaemin tidak peduli sama aku dan bayi!" teriak Haechan dramatis, air matanya kembali mengalir deras.
Haechan langsung melangkah keluar kamar sambil menyeka air mata dengan punggung tangannya. Sebelum pergi, ia sempat menoleh dengan wajah penuh luka.
"Maaf ya, bayi... Daddy-daddymu memang jahat. Tidak ada yang peduli dengan kita" ucap Haechan dengan lirih.
"Ya Tuhan..." keluh Jeno sambil mengusap wajahnya kasar, langsung bangkit dari tempat tidur untuk mengejar Haechan. Jaemin, meskipun masih setengah mengantuk, akhirnya mengikuti di belakang dengan langkah berat.