Saqiya terpaksa mengulang state nya karena seorang dokter yang tak memiliki hati nurani. Dirinya harus mengurungkan niat untuk lulus pada koas nya kali ini dan tidak dapat mengucapkan sumpah dokter bersama temen-temennya karena perbuatan dokter ters...
Pertemuan Raffa dan Faqih tadi malam akhirnya membawa Faqih dan Zilla untuk main ke rumah Raffa. Tujuannya untuk melihat Qiya dan Lani sekaligus mencari teman untuk Bian yang tentu hari-harinya hanya diisi oleh sang ibu dan ayah. Faqih memang ingin mengenalkan Bian pada lingkungan sekitar.
Adzan ashar telah berkumandang. Tiga puluh menit setelah adzan Zilla dan Faqih datang dengan membawa Bian. Ketiganya di izinkan masuk oleh sang pemilik rumah. Semuanya duduk di ruang keluarga rumah Raffa. Raffa dan Qiya sendiri sudah menyiapkan beberapa makanan dan minuman untuk waktu panjang mengobrol kedua keluarga tersebut.
"Ns. Zilla, Bian udah mulai merangkak ya?" tanya Qiya bersemangat
"Iya dok, lagi aktif suka ngacak-ngacak jadi minta maaf ya kalo nanti rumah nya berantakan. Nanti saya sama mas Faqih bantu beberes ko karena kalo di larang juga engga baik" terang Zilla
"Engga apa-apa ns. Zilla, nanti Lani gedean dikit juga kaya gini pasti" balas Qiya
"Ini kalian berdua kenapa kaku banget si?" tanya Raffa pada kedua wanita itu
"Iya juga si hehe padahal usia cuma beda setahun juga. Panggil Zilla aja ya!" terang Zilla
"Deal kalo ns. Zilla panggil saya Qiya" balas Qiya yang langsung di setujui Zilla.
Keduanya tampak akrab dengan obrolan santai sambil melihat Bian yang sedang asik bermain dengan merangkak ke segala arah dengan pengawasan langsung dari 4 orang dewasa itu tentunya.
Bian bermain ke kolong meja makan milik Qiya. Ia tampak senang berada di sana. Namun sayangnya saat ia berusaha keluar dari kolong kepala nya terbentur kaki dari kursi meja makan tersebut. Tangisnya pecah sambil mengatakan "bubububu....bubububu.....bubububu". Layaknya mengadu pada sang ibu dan meminta pertolongan.
Zilla hanya tersenyum, ini bukan kali pertama Bian seperti itu di rumah namun sudah beberapa kali namun tidak kapok. Zilla pun tak melarang anaknya, namun selalu menjadi ibu peri pertama ketika Bian menangis atau meminta pertolongan.
"Sini sama ibu. Yang mana yang sakit abang?" tanya Zilla yang terlihat tenang
"Ninini bubububu" balas Bian. Tangannya terulur menunjuk bagian kepala yang terbentur
"Lucu banget si abang Bian" terang Qiya.
"Makasih mama" balas Zilla menirukan suara anak kecil
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Asik bermain bersama Bian, isak tangis Lani setelahnya menghiasi indra pendengaran mereka. Qiya sedikit berlari menuju kamarnya melihat Lani yang sepertinya haus. Semalam Lani masih meminum susu soya yang Raffa beli karena Zilla dan Faqih juga baru pindah, tidak mungkin meminta ASI Zilla pada keadaan seperti itu.
Hari ini kali pertama Qiya harus merelakan anaknya diberikan ASI oleh Zilla. Namun sebagai ibu ia merasa amat cemburu, ia marah namun belum ia sampaikan pada Raffa. Ia berusaha memikirkannya matang-matang, mengambil nafas banyak agar dirinya jauh lebih tenang.