Ending Transmigrasion ( Nalen panengah )

589 25 0
                                    

Di lapangan luas penuh dengan sinar matahari di atas para murid yang sekarang sedang menjalankan latihan karena ini adalah hari final dan besok mereka harus tuntas menjalankan kewajiban tanpa tertinggal dan sebagai panitia yang baru di pilih oleh organisasi OSIS . Kelas X IPA dan IPS dengan penuh semangat terus latihan hingga salah satu murid kelas X IPS membuat otak Vanya nyaris pecah karena mereka berdua tidak paham sama sekali tentang apa teks yang sekarang sedang di hafal, Vanya menatap galak ke arah adik kelas yang melihatnya ketakutan. Gadis itu menghela nafas duduk di kursi sambil menatap tajam adik kelas itu.

" Rima , Kania . Kalian bisa tidak serius!" Vanya memejamkan matanya berusaha menahan emosi yang hampir meledak dalam diri nya .

Kedua adik kelas yang di tegur Vanya terdiam . Mereka sangat takut melihat ketua OSIS mereka mode serius.

" Kalian ini nanti akan melanjutkan organisasi ini setalah kami lulus . Calon Kelas 11 adalah kalian. Kalian harus bisa jangan pernah malas . Lawan kemalasan kalian . Jika kalian di pilih itu artinya kalian harus bisa menanggung tanggung jawab ini karena kami sangat percaya sama kalian . Ingat jangan pernah merusak kepercayaan ini ." Jelas Vanya melirik dingin ke arah Selina yang bertepuk tangan murid yang dia latih.

" Bagus , publik speaking kamu lebih meningkat. Saya yakin kamu pasti bisa besok!" Seru Selina menyemangati Maxime Kenward Dawala , murid X IPA yang di pilih Selina menjadi MC acara MPLS murid baru besok .

Maxime tersenyum mendengar pujian Selina . " Makasih Selina , atas pujiannya. " Ramah Maxime . Dengan senang Selina mengusap rambut adik kelas itu .

" Sama sama , semangat ya untuk besoknya . " Antusias Selina membuat Maxime sejenak mematung melihat senyum Selina.

" Iya . " Gugup Maxime menundukkan wajahnya . Entah kenapa semburat merah muncul di wajahnya melihat senyum dan wajah Selina .

Mata Vanya menyipit melihat Gelagat aneh Maxime tapi gadis itu menepis pikirannya sendiri .

" Apa perasaan gue saja nanti akan terjadi hal buruk ." Batin Vanya merasa Aneh. Tapi dia menepis pikirannya .

Selama dia melatih para panitia , tidak ada kejanggalan sedikit pun bahkan teror yang dia alami waktu di ruang loker tidak pernah sama sekali semenjak dia menghebohkan angkatan tentang teror kaki dan tangan yang dia dapatkan dari seseorang entah siapa .

Selina menatap ke arah Vanya yang memalingkan wajahnya . Gadis itu mendengus lalu pergi meninggalkan lapangan dengan matahari terus naik . Selama melatih Maxime yang menjadi MC karena publik speaking nya lumayan bagus dengan paras tampan pria itu yang sangat cocok menjadi visual MC , Selina memilih nya dan dia juga turun tangan melatih Maxime karena dia adalah juara publik speaking di negara Prancis mewakili hight Aurora School internasional.

Melihat biodata tentang Maxime , Selina tak ragu memilih nya karena melihat bagaimana keluarga Kenward yang sangat berpendidikan. Dan juga saat dia meminta pendapat para guru tentang Maxime , ternyata pria itu juga jago publik speaking di kelas hingga dia memilih pria itu menjadi MC acara MPLS ..

Maxime yang sadari tadi menatap datar Selina hanya tersenyum tipis tanpa Selina sadari saat gadis itu menjauh dari sana .

" Woy , Maxime ngapain Lo di situ. Cepat istirahat. Buruan!" Maxime hanya mengangguk berjalan mengikuti kedua temannya yang sadari tadi asyik bergosip.

" Semangat besok bro ." Tepuk Adibrata Arkata Smith , tersenyum pada temannya. Seolah olah menyemangati temannya yang akan tampil besok

" Lo suka sama Selina ." Maxime terkejut mendengar pernyataan dari Melvin Anjello Leander .. teman saat dia bersekolah SD bertemu hingga sampai sekarang sementara Adi dia bertemu dengan pria itu dari bayi hingga mereka tumbuh bersama bahkan bisa di bilang orang tua mereka adalah sahabat

" Lo jangan fitnah. Mana mungkin Maxime suka sama Selina . Ingat dia kakak kelas kita sekaligus sekretaris OSIS di sini . " Kata Adi terkekeh tak percaya ucapan temannya.

" Kalau iya kenapa!" Sontak mata kedua mata sahabat Maxime nyaris keluar mendengar pengakuan dari pria itu sendiri .

" Lo serius . " Gagap Adi tapi melihat wajah serius Maxime membuat kedua orang itu terdiam .

"Sebaiknya Lo jangan jatuh cinta sama dia . Katanya Anggota Fire of hell juga ada yang suka sama Selina. " Cegah Melvin . Dia merasa takut pada Fire of hell, anggota geng yang berisikan geng nakal tapi di dalam geng itu terdapat banyak manusia jenius masuk ke sana.

Maxime terkekeh pelan . Matanya menyipit melihat Selina dengan ponsel genggam di tangannya Bahkan gadis itu tak menyadari bahwa gadis itu duduk membelakangi mereka .

Melvin dan Adi menatap ke arah Selina di belakang mereka yang asyik memainkan ponselnya tanpa menyadari tatapan Maxime pada Selina .

" Pantas saja Maxime jatuh cinta pada gadis ini . " Batin Melvin kagum . Dari belakang saja terlihat rambut lurus terurai dengan jepit putih di samping gadis itu . Tak lupa juga dasi rapi dan polpen serta berkas berkas OSIS di tangannya .

" Jangan natap dia !" Tegas Maxime merasa cemburu teman temanya menatap Selina .

" Belum juga jadian Lo ." Sindir Adi menggelengkan kepala mendengar ucapan temannya .

" Anggota berandalan seperti mereka mana mau Selina .. lagian gue tahu Selera Selina gue " Tak lama Senyuman Maxime muncul bagaimana lambaian tangan kecil Selina memanggil pelayan Kantin .

Kedua teman Maxime ingin muntah mendengar ucapan percaya diri tingkat tinggi Maxime yang terus menatap ke arah Selina yang memakan makannya Dengan tangan bergerak mengisi data data OSIS. Untuk besok.

Di sisi lain Vanya duduk di sofa dengan tangan bergerak lincah di leptop . Gadis itu menghela nafas tangan lentiknya bergerak melepas kacamata minusnya . Semenjak masalah datang hingga teka teki yang membuat hidupnya berubah . Vanya merasa stres memikirkan kehidupan dia .

" Gue kangen Qila , mama dan papa . '"batin Vanya menerawang ke masa lalu .di mana dia berkumpul bersama keluarga dan makan bersama di taman dengan alat piknik sederhana tapi mampu membuat keluarga itu mampu membuat momen hangat untuk keluarga harmonis mereka .

" Lo lagi ngapain . " Vanya tersentak mendengar suara Nalen di belakang.

" Lo jangan pikirkan tentang teka teki tangan dan kaki . Urusan itu udah kita serahin semuanya pada kepala sekolah." Lanjut Nalen duduk di samping Vanya

" Lo dan Selina ada masalah ? " Vanya menggelengkan kepala Pelan dengan kepala sibuk memejamkan matanya

" Vanya turunin gengsi Lo buat minta maaf sama Selina . Gue tahu Lo paling gengsi kalau minta maaf . Selalu Selina yang selalu minta maaf sama Lo walaupun dia tidak salah sama Lo . Gue mohon Vanya . Jangan Lo doang minta di mengerti. Lo juga harus pikir bagaimana keadaan Selina . Dia habis sakit kepikiran Lo . Dia tahu Lo Tidak makan sama sekali . Dia khawatir sama Lo . Waktu Lo kabur , Selina yang sangat khawatir tentang keadaan Lo Vanya." Sarkas Nalen merasa sangat pusing menjadi penengah pertengjaran antara Vanya dan Selina .

Vanya terdiam . Dia memikirkan perkataan Nalen. Benar dia sepertinya cewek yang ingin di mengerti tapi tidak memikirkan keadaan orang lain yang mungkin tersakiti atas perlakuan nya . Tapi dia juga kesal pada selina yang menuduh dia pembunuh Bella hanya karena racun yang di berikan oleh seseorang.

" Gue pikirin nanti ."

Ending Transmigrasion ? [ End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang