LDR

6 1 0
                                    


Sekolah – Pagi Hari

Rifqi duduk di bangku taman sekolah, dengan wajah cemas yang terlihat jelas. Meskipun sudah berusaha keras untuk mengumpulkan uang demi voting Gracie, jumlahnya masih jauh dari yang dia butuhkan. Dia merasa hampir putus asa dan berpikir tidak ada cara lain untuk membantu Gracie.

Rifqi (dalam hati): "Jual barang-barang bekas, pinjam dari teman-teman, tapi tetap aja nggak cukup. Apa aku harus nyerah gini? Aku harus bantu Gracie, gimana caranya?"

Tiba-tiba ponselnya bergetar. Sebuah pesan masuk dari Refianto.

Pesan Refianto:
"Bro, ada kabar bagus nih. Lo ada tawaran magang di luar negeri, dan kebetulan bulan depan kita semua udah libur panjang. Kesempatan kayak gini nggak bakal datang dua kali, lo nggak mau lewatkan."

Rifqi terkejut membaca pesan itu. Ini bisa jadi solusi untuk masalah uangnya. Tapi ada satu masalah besar yang langsung terbayang di pikirannya: hubungan jarak jauh dengan Gracie.

Rifqi (dalam hati): "Magang di luar negeri... Kalau gue ambil, gue bisa dapetin duit buat voting Gracie. Tapi masalahnya, gue harus LDR sama Gracie. Apa dia bakal terima ini?"


Taman Sekolah – Siang Hari

Setelah pelajaran, Rifqi bertemu dengan Refianto dan Pratama di taman. Mereka ngobrol sambil menunggu waktu pulang.

Rifqi: "Guys, gue dapet tawaran magang di luar negeri. Kalo gue ambil, gue bisa dapetin duit buat voting Gracie. Tapi masalahnya, gue harus LDR sama dia."

Refianto (mengangguk): "Bro, itu kesempatan besar. Lo bisa bantu Gracie, dan lo juga bakal dapet pengalaman. Tapi LDR sih pasti berat."

Pratama: "Gue yakin lo bisa handle itu, bro. Cuman, harus ngomong ke Gracie deh. Dia bakal ngerti kok."

Rifqi (gelisah): "Aku nggak mau bikin Gracie cemas. Gue tahu dia udah banyak tekanan dengan semua ini. Kalau gue pergi, mungkin dia bakal takut kita nggak bisa terus bareng."

Sekolah – Sore Hari

Gracie datang menemui Rifqi setelah sekolah. Mereka duduk bersama di taman, seperti biasa. Rifqi masih merasa berat untuk membuka masalah LDR ini.

Gracie: "Sayang, ada apa? Kamu kelihatan cemas banget. Ada yang ganggu pikiranmu?"

Rifqi (tersenyum canggung): "Nggak apa-apa, Gracie. Aku cuma lagi mikirin banyak hal."

Gracie memandang Rifqi dengan penuh perhatian. Dia tahu ada sesuatu yang disembunyikan Rifqi.

Gracie: "Kamu nggak usah nutupin apapun dari aku, Rif. Aku tahu kamu lagi nggak nyaman. Apa yang bikin kamu bingung?"

Rifqi terdiam, lalu menarik napas panjang.

Rifqi: "Gracie, ada tawaran magang buat aku di luar negeri bulan depan. Kalau aku ambil, aku bisa dapetin banyak duit buat bantu kamu. Tapi masalahnya, kita bakal LDR... Aku nggak mau bikin kamu khawatir, makanya aku belum bilang."

Gracie (terkejut, tapi kemudian tersenyum): "Jadi itu yang bikin kamu cemas, ya? Kamu nggak perlu takut, Rif. Aku tahu ini kesempatan besar buat kamu. Aku bisa ngerti kok, kita pasti bisa atur semuanya."

Rifqi (dengan rasa terkejut): "Kamu bisa ngerti? Tapi... kamu yakin bisa terima kita LDR? Aku nggak mau jauh dari kamu."

Gracie: "Rif, kita udah melalui banyak hal bersama. Kita nggak akan kalah cuma karena jarak. Aku percaya sama kita. Aku dukung kamu kok."

---

Rumah Rifqi – Malam Hari

Di malam hari, Rifqi merasa lega karena Gracie tidak keberatan dengan ide LDR. Namun, di sisi lain, perasaan bersalah mulai muncul karena dia tidak langsung memberitahu Gracie tentang rencananya.

Rifqi (dalam hati): "Aku nggak mau Gracie merasa terbebani dengan keputusan ini. Tapi aku harus ambil kesempatan ini buat masa depan kita."

Dia membuka ponselnya dan mengirim pesan ke Gracie.

Pesan Rifqi:
"Sayang, aku udah memutuskan buat terima tawaran magang itu. Aku harap ini bisa jadi langkah yang baik buat kita berdua."

Tak lama kemudian, pesan balasan dari Gracie muncul.

Pesan Gracie:
"Aku yakin ini keputusan yang tepat, Rif. Jangan khawatir, kita pasti bisa atasi semuanya. Aku percaya sama kamu."

Rifqi tersenyum lega, meski perasaan cemas masih ada di hatinya.


To be continued...

Temen Gue Member JKT48Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang