Theater JKT48
Gracie duduk di ruang ganti, mengenakan seragam latihan, rambutnya terikat rapi, namun matanya terlihat lelah. Hari ini adalah hari penuh latihan dan jadwal yang padat. Meski lingkungan sekitarnya ramai dengan teman-teman sesama anggota JKT48 yang sedang mempersiapkan penampilan, ada kekosongan yang ia rasakan dalam hatinya. Kekosongan yang hanya bisa dipenuhi oleh Rifqi.
Gracie (dalam hati, sambil memandangi layar ponselnya yang kosong): "Kenapa ya, walaupun tiap malam video call, tetap aja rasanya kosong... aku kangen banget sama kamu, Rif."
Bahkan di tengah keramaian yang penuh tawa teman-temannya, Gracie merasa jauh. Sering kali ia menunggu waktu di akhir hari untuk berbicara dengan Rifqi, meskipun percakapan mereka cuma lewat layar, seakan jarak yang memisahkan mereka semakin nyata.
Gracie (tersenyum kecil, membuka pesan Rifqi di ponselnya): "Sayang, jangan lupa makan, ya! Aku lagi video call sama kamu nanti malam, jadi tahan rindu dulu deh."
Ponsel itu berpindah dari satu tangan ke tangan yang lain, seakan ingin merasakan kehangatan Rifqi yang tidak bisa ia rasakan langsung. Tidak ada pelukan hangat, tidak ada tatapan mata yang penuh kasih seperti yang biasanya mereka lakukan. Semua itu hanya ada dalam kenangan dan percakapan singkat di layar ponselnya.
Gracie (berbisik pada diri sendiri): "Aku bisa tahan... cuma beberapa bulan lagi."
Namun kenyataan yang berbeda muncul saat latihan. Semua anggota tampak sibuk, bergerak cepat, dan energi di ruang latihan terasa sangat intens. Gracie ikut bergerak, berlatih, dan menari, tapi ada bagian dalam dirinya yang tidak bisa sepenuhnya fokus.
Gracie (sambil menari, merasa cemas): "Kalau aku nggak maksimal, aku bisa bikin kamu kecewa, Rif... Aku harus terus semangat."
Setiap kali mereka berlatih bersama, dia selalu mencoba menyembunyikan perasaan kesepian yang sering datang menghampiri. Di sini, di tengah panggung yang gemerlap dan sorakan penonton yang riuh, Gracie merasa semakin jauh dari Rifqi. Ia mengingat masa-masa mereka bersama, saat mereka berbicara tanpa batasan, tertawa bersama, atau bahkan sekadar duduk berdua tanpa berkata-kata.
Gracie (dalam hati, berpikir keras): "Kenapa rasanya lebih berat tanpa kamu, Rif? Aku tahu ini cuma sementara... tapi kenapa tetap terasa sepi?"
Waktu berlalu, dan latihan usai. Gracie kembali ke rumah nya, matanya lelah, tubuhnya pegal. Tiba-tiba, ponselnya berbunyi, menampilkan nama Rifqi. Hatinya langsung berdegup kencang, seakan-akan ada angin segar yang menyapu kesepian dalam dirinya.
Gracie (dengan senyuman cerah, menyapa lewat video call): "Sayang, akhirnya! Aku kangen banget!"
Rifqi (dengan wajah lelah, tapi tersenyum lebar): "Aku juga kangen, sayang. Gimana latihannya? Sehat-sehat, kan?"
Gracie (tersenyum meskipun ada kelelahan di wajahnya): "Latihannya capek banget... tapi nggak ada yang lebih bikin aku bahagia selain video call sama kamu."
Percakapan mereka berlangsung hangat, meskipun ada jarak ribuan kilometer yang memisahkan mereka. Kadang, di tengah-tengah percakapan, Gracie masih merasa ada kekosongan yang sulit diisi, namun suara Rifqi, tawanya, dan kata-katanya bisa membuatnya merasa sedikit lebih baik.
Gracie (bercanda, sambil sedikit tertawa): "Jangan pernah lupa sama aku, ya? Aku nggak mau jadi kenangan."
Rifqi (dengan tatapan serius tapi penuh kasih): "Kenangan? Nggak mungkin, sayang. Kamu bukan kenangan, kamu masa depan aku. Kita cuma sementara berjauhan, dan aku janji aku akan segera balik."
Mendengar itu, Gracie merasa sedikit lega. Setidaknya, ada harapan untuk menunggu. Meski hatinya terasa kosong dan kesepian, ada sedikit kenyamanan karena tahu bahwa perasaan mereka tetap terjaga, bahkan di tengah kesibukan yang tidak pernah berhenti.
Gracie (dalam hati, sambil menatap layar ponselnya): "Aku akan bertahan, Rif. Untuk kita."
To be continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
Temen Gue Member JKT48
Любовные романы[WARNING: karakter Rifqi disini sekehendak kalian, disini ga menjerumus ke orang tertentu] Gracie, member JKT48 yang pindah ke SMA Tunas Harapan, nggak terlalu diperhatikan Rifqi yang lebih suka main game. Namun, kedekatan mereka membuat Rifqi jatuh...