Walaupun hari ayah udah lewat, nggak apa-apa deh....
*****
Jam menunjukkan pukul lima sore, langit biru sudah berubah warna kelabu, di ufuk barat langit mulai berubah warna jingga, matahari pun sebentar lagi akan terbenam, Aciel terbangun dalam tidurnya, ia mengerjapkan mata menyesuaikan cahaya masuk ke dalam rentina matanya, Aciel mendudukan dirinya lalu menyenderkan punggung dengan kepala ranjang, ia elus dadanya yang sedikit nyeri, mata itu menatap kearah balkon menatap kearah langit yang sudah tak secerah pagi tadi.
Aciel memilih untuk mencuci wajahnya dan berniat untuk duduk di balkon sembari menatap langit sore yang sepertinya sore ini sangat indah.
Aciel memicingkan matanya ketika melihat Jef sedang duduk termenung dibangku dekat kolam renang, setelah berpikir sejenak, Aciel memilih untuk mendekati Jef.
"Mau kemana dek?" Tanya Keysha ketika ia melihat Aciel menuruni anak tangga dengan sangat hati-hati, sebenarnya mereka belum mengizinkan Aciel jalan biasa, Keysha meminta Aciel untuk menggunakan kursi roda untuk sementara tapi anak itu menolak keras karena dia bilang ia tak lumpuh.
"Mau nyamperin papa didekat kolam" ucapnya memberitahu, Aciel meliarkan pandangannya tapi ia tak mendapati kedua adiknya yang biasanya sudah ribut diruang tamu, "yang lain pada kemana ma?" Tanya Aciel, Keysha terpaku ketika Aciel benar memanggilnya dengan sebutan mama, jujur saja hatinya begitu hangat, Keysha berharap ini menjadi awalan yang baik bagi keluarga mereka.
"Mas Arka sama bang Kana keluar tadi, mungkin ketemu sama Bumi, kalau dua adikmu tadi masih tidur, kalau bang Azka sama bang Alaska ketemu pacarnya dia" jawab Keysha memberitahu perjalanan keenam putranya.
"Ya sudah, Ciel mau ketemu papa dulu ya ma" pamit Aciel lalu pergi meninggalkan Keysha yang menatapnya dengan pandangan yang sangat bahagia, akhirnya setelah banyak drama, Aciel ingin memanggilnya dengan sebutan mama.
"Pa" Jef yang melamun terkejut ketika mendengar suara Aciel yang berdiri dibelakangnya, anak itu terkekeh ketika melihat raut terkejut Jef yang mengelus dadanya.
"Untung papa nggak punya riwayat jantung, kalau punya kayaknya udah sekarat papa" canda Jef dramatis, Aciel tersenyum lalu duduk disalah satu kursi dekat dengan Jef, "gimana dadanya masih sakit nak?" Tanya Jef ada nada khawatir yang tersirat dari suara ayahnya.
"Ini udah agak mendingan sih pa, yang nggak enaknya tu kalau mau tidur, adek 'kan biasanya tidur tengkurap kalau nggak miring, tapi jadi nggak bisa karena terhalang bekas jahitan operasi sama dadanya sakit" jawab Aciel jujur, dirinya sedikit tak nyenyak tidur karena posisi tidur yang tak seperti biasanya.
"Papa" Aciel menatap Jef lekat, "selamat hari ayah" ucapnya berkaca-kaca, jantung Jef berdebar tak karuan, ada rasa bahagia dan sesak didadanya secara bersamaan, semenjak ia dipertemukan dengan Aciel, ia selalu mendapat ucapan hari ayah, sedangkan keenam putranya yang lain terlalu sungkan dan gengsi untuk mengucapkan selamat hari ayah.
"Dulu sebelum ketemu papa, adek nanya sama bunda, apa adek punya ayah? Bunda menjawab setiap anak pasti memiliki ayah! Tapi kenapa, kalau adek punya ayah dimana ayahnya adek? Adek juga mau mengucapkan selamat hari ayah seperti teman sekolah adek yang selalu mengucapkan, tapi setelah tiga tahun yang lalu, adek benar punya ayah, jadi selamat hari ayah papa, sehat terus ya, jangan pernah lagi tinggalkan Ciel"
Jef tersenyum tapi matanya meneteskan air mata, rasanya begitu terharu, rasanya menjadi seorang ayah untuk Aciel itu begitu membanggakan, Jef selalu berharga bersama Aciel, bukan berarti ia tak bahagia dengan putranya yang lain tapi rasanya beda, Aciel itu selalu saja membuat hatinya campur aduk, satu sisi Jef merasa belum pantas menjadi ayah untuk Aciel tapi disisi lain Jef merasa sangat baik menjadi seorang ayah.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEVEN A
FanfictionKehilangan adalah salah satu yang sangat ingin semua orang hindari bukan? Hidup berdua dengan sang ibu sudah membuat remaja bernama Aciel begitu bahagia, tapi sayang remaja itu harus dipisahkan dengan ibunya. Terpaksa Aciel harus ikut dengan ayahnya...