1. Anggota Baru

4.2K 329 16
                                    

Diruang tamu kini sedang terjadi keheningan, bahkan anak-anak Jef sesekali melirik ke arah remaja yang sedang duduk menunduk disamping Jef.

"Jelaskan!" Suara berat Mehran ayah Jef mengalihkan mereka yang sedang sibuk dengan perang batin.

"Dia anakku..." jawab Jef melirik Aciel yang sejak tadi menunduk takut karena mereka menatap dirinya dengan tajam dan dingin, "nama ibunya Sahara, wanita yang aku cintai..." Jef menggenggam jemari Aciel yang dingin.

"Lalu dimana Sahara mas?" Tanya Keysha antusias sembari meliarkan pandangannya, siapa tahu ia melihat silut wanita itu tapi ternyata hasilnya nihil.

Keenam putranya menatap Keysha bingung, bukannya marah atau bersedih ibunya malah menampakan wajah bahagia.

"Jadi wanita itu sebelum pergi sedang hamil? Atau ia mengaku remaja ini anak kamu supaya dapat harta warisan?" Sahut Lady menatap anak sulungnya dengan sangat tajam, sedangkan para anak Jef dan Keysha hanya menyimak mereka tidak tahu apa yang terjadi dimasa lalu.

Jef menyugar rambutnya ke belakang, ia menatap ibunya dengan penuh rasa kecewa, ia baru ketemu dengan mendiang istrinya tiga tahun yang lalu waktu Aciel sedang berumur 14 tahun.

"Dia anakku...anak kandungku..." jawab Jef menatap ibunya dengan pandangan yang kecewa, "aku sudah membuktikannya lewat tes DNA"

"Dimana ibunya?" Tanya Mehran yang mencari silut wanita yang amat dicintai anaknya.

"Bunda sudah meninggal..." jawab Aciel dengan pandangan kosong, ruangan menjadi senyap, semua orang larut dengan pikiran mereka masing-masing.

"Aku tidak mau punya saudara yang beda ibu" celetuk Ansel anak bungsu Keysha dan Jef, remaja 16 tahun itu menatap Aciel penuh permusuhan, "sampai kapanpun aku tidak akan pernah menganggap kamu saudara" putusnya lalu berlalu dari sana dan pergi ke lantai dua tempat kamarnya berada.

"Aku juga tidak suka dengan dia ada disini" ucap Azka anak sulung Jef, mahasiswa teknik itu menyusul adik bungsunya ke lantai dua.

"Kenapa papa bawa dia kesini?" Tanya Arkana menatap tajam Jef.

"Kenapa? Bukannya papa berhak bawa siapa saja kerumah ini termasuk bawa Aciel" marah Jef ketika tidak ada satupun yang mau menerima anaknya dari mendiang istri yang sangat ia cintai. "Belum puas kalian mengusir Sahara yang sedang hamil, belum puas kalian membiarkan Sahara membesarkan anak seorang diri tanpa ada dampingan dari sosok suami? Dan sekarang kalian ingin Aciel hidup sendiri tanpa siapa-siapa?"

Bibir Arkana keluh, ia tidak tahu jika pertanyaan ia sangat sensitif untuk ayahnya, Arkana lebih memilih pergi meninggalkan ruang tamu, Arkata, Arkana dan Azri pergi meninggalkan ruang tamu tanpa mengeluarkan suara sedikit pun.

"Urus anak kamu sendiri" ucap Lady sebelum meninggalkan ruang tamu dan menarik lengan Mehran.

Keysha mendekati Aciel yang sedang menangis, ia peluk tubuh bergetar itu dan mengusap punggung Aciel dengan lembut, "Ciel ngak perlu khawatir ada papa sama mama yang akan jaga Ciel"

****
Semuanya sedang melaksanakan sarapan dengan khidmat, Aciel makan dengan menunduk jujur ia sangat canggung sekarang, ia tidak biasa dengan situasi seperti sekarang, dulu ia selalu bercoleteh menceritakan apa saja yang ingin dia ceritakan, tertawa bahagia dan sang ibu mendengarkan dengan sangat baik dan sesekali menimpali dirinya yang begitu antusias bercerita.

Aciel menyudahi mengingat sang ibu, jika diingat ia rindu dengan kebersamaan sang ibu, Aciel rasa ingin pergi dari rumah sang ayah.

"Mau nambah dek?" Tanya Jef yang melirik piring anaknya yang hampir habis, Ansel menatap Jef tidak suka.

Aciel menatap ayahnya dalam, ia menggelengkan kepalanya pelan, ia kembali melanjutkan makanannya.

"Ansel selesai" Ansel mencium punggung tangan Keysha, Jef, Oma dan opa, diikuti kelima kakaknya.

"Hari ini Daddy dan mommy mau pulang ke Canada" ucap Mehran menatap Jef dengan lekat.

"Dadakan? Daddy tidak lagi menghindar karena aku membawa Aciel 'kan?" Tuding Jef menatap ayahnya tajam.

Mehran menyunggikan senyumannya, "menuduh? Papa minta maaf atas kejadian masa lalu, Daddy tahu kamu masih kecewa pada Daddy maupun mommy, tapi percayalah Jef, Daddy tidak masalah kamu membawa Aciel kesini, ia punya hak atas kamu nak" ucap Mehran menatap Aciel yang sejak tadi menunduk.

"Aku tidak masalah kalau harus pulang ke Bandung papa, disana tempat Aciel sebenarnya, bukan disini" celetuk Aciel menyampaikan keresahan hatinya.

"Adek ngak mau tinggal sama papa?"

Aciel menatap Jef lekat, ia tatap wajah tegas sang ayah, "bukan itu maksud adek, tapi adek ngak nyaman tinggal dirumah papa" jujur Aciel menatap Jef dengan mata berkaca-kaca.

Jef memalingkan wajahnya kesamping, lalu menatap wajah tembam Aciel.

"Seharusnya memang adek ngak ikut sama papa...Apa Aciel pulang ke Bandung aja?"

Jef menggelengkan kepalanya tanda tidak setuju, "jangan tinggalin papa dek, adek tetap tinggal disini, soal saudara adek, mereka cuma butuh waktu untuk menerima adek sebagai saudaranya"

Aciel menghela nafas panjang, lalu mengangguk pelan, Aciel membuka vitamin miliknya yang sisa beberapa butir, ia telan beberapa vitamin berbentuk pil itu dengan bantuan air.

"Obat apa dek?" Tanya Keysha ketika melihat Aciel yang meminum pil bentuk kapsul.

"Vitamin Tante" jawab Aciel tersenyum manis.

"Vitamin apa? Mama boleh tahu?" Tanya Keysha penasaran.

"Kata bunda, Aciel harus minum vitamin itu setiap hari, kalau ngak Aciel bisa sakit, karena Aciel lahirnya prematur" cerita Aciel antusias ketika membicarakan ibunya itu Sahara.

'prematur?' Batin Lady, entah kenapa dadanya terasa sangat sesak, setelah dinasihati Mehran semalam Lady sadar kesalahannya dimasa lalu mungkin tidak bisa dimaafkan.

"Aciel pamit ke kamar ya Tante?" Pamit Aciel pergi meninggalkan meja makan yang kini terjadi keheningan.

***
Sedangkan dikantin SMA merapi, Edbert bersaudara sedang menikmati semangkuk bakso langganan mereka.

Arkata kembaran Arkana menatap kedua adiknya yang sangat menikmati semangkuk bakso tanpa beban pikiran.

"Lo beneran ngak suka sama anak yang dibawa papa?" Tanya Arkata menatap adik bungsunya yang menyeruput jus jeruk nipis miliknya.

"Menurut Abang? Gue ngak suka sama anak papa itu, pasti dia anak selingkuhan papa" tuding Ansel cemberut.

"Aku sih setuju sama apa yang dibilang Ansel...." timpal Azri kakak kembar Ansel, "Oma sempat bilang kan semalam kalau Oma yang udah ngusir ibunya anak itu, pastilah wanita itu pelakor" lanjutnya dengan nafas yang naik turun.

"Aku tetap ngak bakal terima dia sebagai saudara kita" sahut Ansel mutlak.

Arkana menghela nafas berat, ia masih memikirkan masalah ini sejak semalam bahkan dia susah tidur karena kedatangan makhluk menggemaskan menurut Arkana, tapi dia belum bisa menerima begitu saja karena dia juga masih memikirkan perasaan saudaranya yang lain yang memang terang-terangan tidak menyukai anak yang dibawa ayahnya itu.

"Kalau ia bukan anak selingkuhan papa bagaimana?" Tanya Arkata, karena entah mengapa ia merasa semua apa yang dikatakan adiknya tidaklah benar, ia yakin ayahnya bukan tipe suami yang selingkuh.

"Jangan mengambil keputusan secara sepihak, kita tidak tahu kejadian dimasa lalu" lanjut Arkata menatap ketiga adiknya dengan lekat, "bisa jadi yang ada dipikiran kita belum tentu benar"

----------------🌞🌞🌞🌞🌞🌞-------------------

Jangan lupa vote dan coment

Lanjut ngak?

Aku mungkin update tiga hari sekali dibook ini, soalnya lagi fokus dengan Aksena, tapi kalau banyak yang baca, vote dan coment itu bisa dipikirkan ulang.

SEVEN ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang