Remon terbangun keesokan paginya dengan Tania yang masih berada di pelukannya. Gadis itu masih terlelap dan memeluk pada dada bidangnya. Wajah Tania yang sedang tidur terlihat sangat polos seperti bayi. Bagaimana tangan gadis itu yang mengepal dan tubuhnya yang meringkuk dalam pelukan Remon benar-benar menggemaskan.
Remon tersenyum kecil tanpa sadar. Tangan kanannya menopang tubuh Tania semalaman. Kini tangan kirinya bergerak membelai anak rambut Tania yang menutupi sebagian wajahnya. Pipi Tania yang sedikit menggembul itu sangat halus dan putih bersih. Lagi-lagi Remon ingin memuji Jeffrey yang telah berhasil membesarkan seorang gadis yang cantik dan baik.
Remon membuka sedikit selimut yang menutupi hampir seluruh tubuh Tania. Disitulah ia melihat banyak jejak keunguan yang sangat kontras dengan kulit susunya.
Lama Remon terdiam memandangi wajah teduh Tania. Ada sesuatu yang ingin ia ungkapkan pada gadis ini sebenarnya. Entah Tania akan mengerti atau tidak, yang pasti.. Remon benar-benar ingin Tania tau,
bahwa hatinya telah jatuh cinta pada gadis berharga yang telah ditakdirkan memiliki disabilitas mental di dunia, Tania.
Entah bagaimana bisa, yang pasti.. Remon hanya ingin Tania terus bersamanya. Jika saat ini Tania masih menganggapnya seorang ayah, ia ingin.. Suatu hari nanti Tania akan melihatnya sebagai seorang suami yang mencintainya.
Remon harap, Tania bisa mengerti.
Remon mengecup lembut puncak kepala Tania. Kasihan gadis itu, semalam harus melayani nafsu bejatnya. Padahal ia sudah berjanji akan pelan-pelan, tapi tubuh Tania yang menggiurkan membuat pikirannya berantakan. Ia benar-benar ingin terus membuat gadis itu mendesah dan memanggil namanya.
Remon harus meminta maaf nanti. Jangan sampai Tania trauma.
Sekarang sudah pukul 11 siang. Tania terlihat masih kelelahan karena harus bergadang sampai jam 3 subuh semalam. Remon masih bisa mengingat bagaimana Tania terus berpegangan dan memeluk erat padanya. Seolah-olah gadis itu benar-benar menyerahkan dirinya.
Remon menyukainya.
Sekarang, Remon sibuk mengusap surai rambut lembut Tania yang panjang sambil memperhatikan dari dekat wajah mungil yang sangat cantik ini.
Remon menarik tangan kanannya untuk mendekap Tania lebih dalam ke pelukannya. Membuat gadis itu melenguh tak sadar dan menggeliatkan tubuhnya.
Remon baru sadar gadis itu masih belum memakai apapun. Semalam setelah melakukannya, ia dan Tania sempat bebersih sebentar di kamar mandi. Namun keduanya langsung tidur dalam selimut karena merasa lelah dan mengantuk.
Kini gundukan kenyal itu terasa menyentuh pada kulitnya. Membuat hatinya berdesir dan sesuatu di bawah sana mulai terbangun akibat sentuhan itu.
Remon menahan napasnya dan mencoba menetralisir hal itu. Tapi tangan besarnya tetap bergerak menuju puncak bukit milik Tania yang tak tertutup.
Ditangkupnya dan di remas lembut gundukan kenyal itu. Sesekali nafasnya terdengar mendesah berat. Hal itu menyebabkan gadis kecil itu terbangun dan mengerjapkan matanya mencoba melihat ke arah Remon.
Lama gadis itu terlihat mengumpulkan nyawa sampai akhirnya bibirnya berucap,
"Em.. Mau pippis.." suara Tania yang terdengar sedikit serak khas orang yang baru bangun tidur itu terdengar. Matanya menatap Remon dengan ekspresi polosnya.
Remon terkekeh kemudian bangkit perlahan. Pria itu menyibak selimut yang menutupi tubuh mereka. Membuat Tania terkejut ketika sadar dirinya tidak memakai pakaian.
Gadis itu langsung bangun celingukan dan sebelah tangannya langsung memeluk pada pinggang Remon. Berharap tubuh depannya tertutupi. Betapa terkejutnya ia ketika tangan yang satunya tidak sengaja ia layangkan dan menepuk benda panjang dan keras di bawah sana. Membuat Remon ikut tersentak kaget dan mendesah berat.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Precious Girl [21+]
RomanceWARNING!! 21++ Bijaklah dalam memilih bacaan! Mengandung Adegan Tak Senonoh dan hal-hal yang berbau sex! [Adegan 21+ berjalan sesuai alur dan plot cerita] Disarankan untuk pembaca yang sudah menikah. Yang masih kecik jangan ya nak🤓 Deskripsi: Remo...